Chapter 62

6.8K 252 10
                                    

Bahagia.

Itulah yang kini sedang aluna rasakan, kehangatan di meja makan yang dulu aluna rindukan kini bisa ia rasakan kembali.

Melihat rehan yang terus bercerita tentang kejadian - kejadian lucu dan membuat semua orang yang ada di meja tertawa dibuatnya.

"nih, kesukaan kamu kan? Makan yang banyak ya biar gemukan badan kamu" ucap riyan mengambil udang kesukaan aluna.

"makasih pah"

"aluna mau mama ambilin yang lain"

"gausah tan ehh mah"

Aluna juga sudah mulai memanggil wina dengan sebutan mama meskipun masih agak canggung.

Seandainya mama diana juga ada disini mungkin kebahagiaan aluna akan berkali - kali lipat dengan keberadaan keluarganya yang utuh.

Ahh tapi itu tidak mungkin.

*****

"makasih ya kak," ucap aluna sembari melepas sealbeatnya.

"iya."

"gak mau mampir dulu kak?" tawar aluna.

"enggak usah."

"yaudah, kalau gitu hati-hati," ucap aluna yang kemudian keluar dari mobil.

Aluna tersenyum menatap kepergian mobil rehan, dan berbalik untuk membuka gerbang rumahnya.

Dan di waktu yang bersamaan sebuah motor yang sangat aluna kenali berhenti tepat di depan gadis itu.

Tidak aluna belum siap untuk berbicara dengannya, aluna belum siap melihat wajahnya, dengan cepat aluna masuk ke halaman rumahnya.

"Aluna tunggu!!" laki-laki itu segera turun dan menahan aluna dengan memegang pergelangan tangan gadis itu.

"Pergi bara, aku tidak ingin berbicara denganmu," usir aluna memunggungi laki-laki itu.

"Aluna kumohon maafkan aku, aku tidak bermaksud untuk lancang, aku.."

"Sudahlah bar, pergilah."

Bara berjalan ke depan gadis itu memegang kedua tangan aluna yang kini memalingkan wajahnya, "

"Aluna maaf."

Aluna menipis kedua tangan bara, menatap kedua mata bara yang memperlihatkan sebuah penyesalan, "Bar, bisakah kau pergi dari sini? Kumohon, jangan sampai sikapmu yang seperti ini membuatku membenci mu."

Aluna berjalan melewati bara, aluna tidak ingin menatap wajah laki-laki itu, aluna akui aluna sedikit marah dengan tidakan laki-laki itu yang sedikit lancang tapi bukan itu yang membuat aluna tidak ingin melihat wajahnya aluna hanya takut saat melihat nya perasaanya akan semakin dalam pada pria itu, pria yang sedang dicintai oleh sahabatnya.

"Aku tahu kau juga mencintaiku kan." aluna berhenti saat suara lantang bara menusuk telinganya.

Kenapa dia tiba-tiba berbicara seperti itu? Apa dia sudah mengetahui nya? Darimana? Dan sejak kapan?.

Tidak, bara tidak boleh mengetahuinya.

"Tidak! Aku tidak pernah mencintaimu." elak aluna tanpa membalikan tubuhnya.

Story In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang