Chapter 8

6.4K 335 7
                                    

Dorongan Clara begitu kencang membuat ku membentur sebuah dinding, dan jangan tanya bagaimana rasa nya, sangat sakit.

"clara" ucap alex sedikit terkejut.

"ngapain loe peluk - peluk alex" teriak nya pada ku.

Dan aku bingung harus bilang apa, "kamu salah paham clara aku hanya..

" alah tak usah menyangkal nya" potong nya kemudian dia kembali mendorong ku,

"clara, dia bisa terluka" ucap alex memegang tangan clara agar tidak terus - terusan mendorong ku.

"lun" panggil nya padaku, aku mengerti, dia menyuruh ku untuk pergi dari sana dan aku pun dari sana"semoga saja clara tak curiga" batin ku.

Ku kira clara tak akan mengejar ku tapi dugaan ku salah dia tepat berada di belakang ku, dia mendorong ku ke belakang tepat pada sebuah kolam renang, aku yang terkejut langsung memegang tangan clara dan pada akhirnya.

Byurrr

Sakit, itulah hal pertama yang aku rasakan saat kepala ku terbentur dengan keramik kolam renang, aku memegang kepala ku.

Byurr

Samar - samar aku dapat melihat seseorang menyeburkan diri nya, "alex" guman ku, ku kira dia akan menyelematkan aku tapi ternyata tidak, dia lebih menyelamatkan orang yang telah mendorong ku, clara.

Mungkin alex tahu kalau aku bisa berenang sendiri, jadi dia menolong clara, tapi kenapa dada ini terasa sesak melihatnya, aku memejamkan mataku berharap alex akan datang dan menolong ku juga.

"alex" guman ku saat tangan ku tiba-tiba di tarik ke atas, senyum ku sirna saat bukan alex yang menarik ku tapi bara.

"loe gila ya, kenapa loe gak naik ke atas hah?" teriak nya pada ku, dan aku hanya diam saja, "loe mau mati" teriak nya lagi, tapi rasa nya telinga ku tak bisa mendengar apa pun saat melihat alex tengah menyelimuti clara dengan sebuah handuk, wajah nya tampak khawatir melihat clara.

Dada ku semakin sesak saat alex membawa clara dalam dekapan nya lalu pergi tanpa melihat ke arah ku sama sekali, apakah dia tidak melihat aku juga tercebur dan ini semua ulah clara.

"lun loe gak papa?" tanya mona panik dan mengalihkan perhatian ku, aku hanya menggelengkan kepala ku.

"ini rin pakein ke luna" ucap riska sembari menyodorkan handuk nya ke rina, dan rina memakai kan nya pada ku.

"lun, ganti ya baju nya pake baju gue dulu" suruh riska, tapi aku menggelengkan kepala ku menolak nya, "tapi baju loe basah semua" ucap riska lagi.

"iya lun, nanti loe masuk angin, ganti baju ya" ucap mona dengan nada lembut.

"enggak usah, gue mau pulang aja" ucap ku.

"yaudah ayo kita pulang" ajak mona, mereka kemudian memegang tangan ku untuk membantu ku berdiri, tapi aku menolak nya.

"gue mau pulang sendiri aja" ucap ku datar, aku berjalan keluar tanpa memperdulikan raut wajah bingung teman - teman ku, aku hanya ingin sendiri.

Aku terus berjalan menyusuri trotoar, kejadian - kejadian disaat alex bersama clara terus berputar di kepala ku tanpa mau menghilang.

Grepp

Seseorang memegang tangan ku membuat aku berhenti melangkah, dan dia adalah orang yg sama yg tadi menarik ku di kolam renang.

"ayo masuk mobil, biar aku antar" suruh nya pada ku, tapi aku tidak mau dan menepis tangan nya.

"biarkan aku sendiri" ucap ku pada nya, dan aku kembali berjalan.

"loe bisa sakit" ucap nya sedikit berteriak, "udah biasa, lagian ngapain sih kamu peduli, keluarga sama pacar ku aja gak pernah peduli dengan keadaan ku" ucap ku tanpa berhenti melangkah.

"gue gak peduli sama loe, gue cuma gak mau loe di sebut orang gila karena cara berpakaian loe itu" ucap nya, dan memang penampilan ku sangat berantakan, rambut ku tak beres karena sanggul ku hampir lepas, dress ku yang basah kuyup, dan aku juga tidak tahu high heels ku ada di mana, "liat tuh orang - orang pada liatin loe" tunjuk nya, dan benar orang - orang melihat ku dengan tatapan aneh nya.

"biar..." ucapan ku terpotong saat dia tiba-tiba menyeretku masuk ke dalam mobil nya.

"udah gak usah protes" ucap nya dan kemudian menutup pintu mobil milik nya, dia kemudian berjalan memutar ke arah pintu kemudi dan duduk disana.

Dia kemudian membalikan badan nya ke arah belakang dan merogoh sesuatu, "nih" ucap nya sembari menyodorkan sebuah jaket berwarna hitam, "biar loe gak kedinginan"

"kamu ngapain sih nyamperin aku, gak takut apa keliatan temen - temen kamu" ucap ku menatap dia yang sedang menyetir mobil nya.

Dia menatap ku balik kemudian kembali lagi fokus, "ngapain takut, mereka kan bukan hantu" ucap nya santai.

Dan aku mendengus kesal dengan responnya itu, "maksud aku, kamu gak takut apa mereka marah karena udah samperin aku" ucap ku lagi.

"ngapain mereka marah, kan yang nyamperin loe, gue bukan mereka" ucap nya lagi.

Kayak nya akan percuma kalau terus bicara dengan nya, "terserah kamu aja lah" ucap ku kemudian aku menyender ke kaca mobil di samping ku, sembari menatap jalanan.

*****

"berhenti di gerbang coklat itu" ucap ku menunjuk gerbang rumah ku.

Dan setelah mobil itu berhenti, aku membuka pintu mobil dan keluar dari sana, "makasih ya, dan buat jaket nya aku bawa dulu soal nya basah" ucap ku pada nya.

"santai aja" ucap nya,

"aluna" panggilnya, membuat ku membalikan badan kembali ke arah bara.

"kenapa?"

"kalau udah sampe rumah, langsung ganti baju, jangan nangis dulu" ucap nya.

"sok tahu kamu, emang kata siapa aku mau nangis" elak ku, dan aku dapat melihat dia tertawa sebentar.

"bukan sok tahu, tapi kenyataan," ucap nya, aku pun tak terima dan hendak protes, tapi dia lebih dulu menjalankan mobil nya, "bye aluna" teriak nya, meninggalkan aku yang bingung dengan sifat nya.

"aneh" ucap ku sembari mengelengkan kepala setengah itu aku langsung masuk ke dalam.

Aku segera mandi mengganti baju ku dan segera merebahkan diri ke tempat tidur, aku membuka ponsel ku yang sedari tadi terus berbunyi, dan benar saja disana sudah banyak teman - teman ku yang mengirimkan pesan.

Mulai dari mona, rina, riska, kak tama, dan masih ada beberapa, tapi rasa nya ada yang kurang, mana alex?, kenapa dia tidak menghubungi ku?, apa dia tidak mengkhawatirkan aku?, tidak, mungkin dia sudah tidur, jadi lupa menghubungi aku, iya mungkin dia sudah tidur, yakin ku pada diri sendiri.

Aku menaruh ponsel ku kembali di atas nakas dan menatap ke arah langit - langit di kamar ku.

Kenapa kejadian itu terus berputar dan tak terasa membuat mata ku menjadi perih, "okelah aku mengakui ucapan bara benar, tentang ku yang ingin menangis"

Story In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang