Kringggg
Kelas yang tadi nya sangat ramai karena guru sedang tidak ada kini bertambah ramai karena bel pulang sudah berbunyi dan dengan tidak sabar nya teman - teman ku memasukan barang - barang nya agar cepat pulang, ya memang aku juga senang bel pulang berbunyi tapi di satu sisi aku juga sangat malas untuk kembali ke rumah.
"woy ayo pulang, kok malah ngelamun aja loe" ucap rina yang sudah berdiri di samping meja ku.
"iya lun, ayo pulang" ajak mona dengan tangan yang menggenggam buku.
"kalian duluan aja" suruh ku pada mereka.
"yaudah kita duluan ya lun" pamit mona sembari menenteng tas nya.
"see you tomorrow aluna" teriak rina sebelum akhirnya mereka keluar dari kelas.
aku menggendong tas ku dan berjalan keluar kelas sembari mendengar lagu dari earphone yang sedari tadi terpasang di telinga ku.
Sepanjang koridor aku terus menatap ponsel di tangan ku tanpa memperhatikan ke depan.
Brukkk
Aku memegang kening ku yang terbentur dengan tubuh seseorang, aku mendongakkan kepala ku.
"maaf ak... "
Aku tidak menyelesaikan ucapan ku saat melihat siapa yang ku tabrak, dia adalah alex yang bersama 'sahabat' tercinta nya.
" loe bisa jal...
"maaf aku gak sengaja" ucap ku datar memotong perkataan clara yang siap memaki ku kemudian aku segera berjalan melewati mereka berdua, tanpa memperdulikan ocehan dari mulut clara yang dapat membuat mood ku semakin buruk.
aku berhenti tepat di samping jalan menunggu angkot yang lewat.
Tin tin
Siara klakson mengganggu pendengaran ku, aku mendongakkan kepala dan melihat ada sebuah mobil hitam berhenti di dekat ku dan itu adalah mobil alex.
Alex melambaikan tangan nya menyuruh ku untuk menghampiri nya, dengan malas aku mendekat ke arah mobil dan menundukan kepala ku untuk melihat alex yang berada di dalam mobil.
"kenapa?" tanya ku tanpa minat.
"naik" suruh nya,
Aku menggelengkan kepala, "enggak usah, aku bisa naik angkot kok" tolak ku dengan lembut.
Dia menghela nafas frustrasi, "kamu sebenarnya kenapa sih?" tanya nya.
"aku gak kenapa - napa"
"yaudah ayo naik kalau emang gak ada apa - apa mah"
"enggak ahh, nanti clara siapa yang anterin?"
"clara udah di jemput sama supir nya" jawab nya, "cepetan naik kalau enggak aku tinggal nih" ancam nya.
Aku hanya mengedikan bahu acuh, "silahkan"
"aluna" panggil nya lembut.
Aku memutar bola mata ku malas dan pada akhirnya aku membuka pintu mobil nya dan duduk di sana.
Selama perjalanan aku memainkan ponsel ku tanpa berniat berbicara dengan alex.
"by"
"hmmm"
"laper gak?"
"enggak"
"emm haus?"
"enggak"
"kangen sama aku?"
"enggak"
"aluna"
"apa"
Alex merebut ponsel dari tangan ku yang membuat aku menatap nya kesal, "siniin alex" pinta ku tapi dia malah menyimpan nya di saku celana nya, dan kembali melanjutkan menyetir.
"salah nya cuekin aku terus" ucap nya dengan santai, Karena malas berdebat aku akhirnya hanya bisa pasrah dan memalingkan wajah ku menatap jalanan.
Alex memberhentikan mobilnya di samping jalan dan memegang dagu ku untuk melihat ke arah nya, "kamu kenapa sih by hari ini?" tanya nya sembari menatap ku dengan intens.
Aku menepis tangan nya dan menatap ke arah depan, "aku gak kenapa - napa alex"
"terus kenapa kamu dari tadi cuekin aku terus, biasa nya kamu selalu cerita ini lah itu lah setiap kita lagi berdua tapi sekarang nanyain aku udah makan aja enggak" ucap nya panjang lebar, "kamu marah ya sama aku?"
Aku menatap ke arah nya, "alex udah berapa kali aku bilang, aku. gak marah. sama. kamu
" ucap ku penuh penekanan."terus kenapa dari tadi kamu cuek sama aku?"
Dia terus mendesak ku membuat ku ingin meluapkan segala keluh kesah ku pada nya tapi itu semua aku tahan, aku tak mau dia menganggapku egois hanya karena aku marah karena dia tidak menjemput ku.
"aku cuma lagi pusing aja mikirin tugas yang udah numpuk" bohong ku dengan muka yang di buat seolah sedang frustasi.
Dia tersenyum lembut padaku dan memegang kedua pipi ku, "aku kira kamu marah sama aku, sabar aja ya nanti aku bantuin ngerjain tugas nya, oke" ucap nya sembari mengelus pipi ku.
"gimana kalau kita jalan - jalan dulu?" tawar nya tiba - tiba, aku mengerutkan kening ku.
"jalan - jalan" beo ku, dia menganggukan kepala nya, "kemana?" tanya ku.
"emm rahasia, yang jelas pasti kamu suka sama tempat nya" ucap nya penuh teka - teki, dia memakai kan aku sabuk pengaman yang tadi belum aku pasang dan kembali menyetir mobil nya memutar arah.
*****
Aku yang tadi nya sedang dalam mood yang sangat buruk seketika langsung tergantikan dengan rasa senang saat melihat tempat yang di tuju alex.
Dia mengajak ku ke sebuah toko es krim yang sudah beberapa hari ini ingin aku datangi, alex memang selalu bisa membuat ku luluh dalam seketika.
Dia tahu kalau aku tidak akan bisa menolak hal - hal yang berbau es krim.
"ayo masuk" ajak nya sembari merangkul pinggang ku.
Krincing...
Lonceng berbunyi ketika kita membuka pintu toko itu, dan kalian tahu tempat ini di desain dengan sangat - sangat lucu, bagaimana tidak kursi nya saja di bentuk seperti corong es krim yang sangat nyata.
Aku langsung mendudukan diri ku di salah satu kursi disana di susul alex yang duduk di depan ku.
Aku membuka buku menu yang sudah tersedia di meja, disana banyak sekali macam - macam es krim yang sangat menggiurkan membuat aku bingung memilih yang mana.
"udah pilih aja semua yang kamu mau" ucap nya membuat aku melihat ke arah nya.
"serius"
"2 rius" ini nih yang bikin aku gak bisa marah lama - lama sama dia, dia selalu melakukan hal yang paling gak bisa aku tolak.
Aku memanggil salah satu pelayan disana, "saya pesen ini, ini, ini dan ini ya mbak" ucap ku sembari menunjuk satu - persatu menu yang aku mau, aku peduli kalau nanti aku akan sakit perut karena terlalu banyak memakan es krim.
"kamu yang bayar ya" suruh ku setelah pelayan tadi pergi.
"gak masalah yang penting kamu happy lagi" ucap nya sembari mencubit hidung ku gemas.
Begitu pesanan ku datang aku langsung melahap nya, "pelan - pelan dong by nanti keselek loh" aku tetap melahap nya tanpa memperdulikan peringatan alex, yang aku pikirkan saat ini aku hanya ingin memakan es krim sepuas nya dan berharap mood ku akan menjadi lebih baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story In Love
Teen FictionMemiliki hubungan Backstreet dengan alex sama sekali bukan kemauan aluna, aluna sebenarnya juga ingin seperti sepasang kekasih pada umumnya yang bisa berhubungan terang - terangan tanpa takut ketahuan orang lain, tapi apalah daya hanya karena hubun...