Chapter 40

6.8K 241 30
                                    

Aluna mendudukan dirinya di bangku taman rumah sakit, aluna mengibas - ngibaskan tangannya ke wajahnya, "aluna harus kuat, aluna gak boleh cengeng" ucapnya menyemangati dirinya sendiri.

Tapi tetap saja aluna tidak bisa air matanya kembali keluar membasahi pipinya, "mamah, papah" lirih aluna.

Mona dan rina yang entah sejak kapan sudah berada di belakang aluna, langsung memeluk aluna sembari mengusap - usap, "jangan sedih ya, kita pasti akan selalu ada buat lo meskipun semua orang ngejauhin lo" ucap rina.

"iya lun, masa seorang aluna nangis sih"

Aluna melihat ke arah mona dan rina secara bergantian, "makasih ya, tapi aku sekarang lagi pengen sendiri, kalian bisakan tinggalkan aku dulu"

Mona dan rina saling lirik, "lo yakin" aluna menganggukan kepalanya, "yaudah kalau itu mau lo, nanti kalau butuh kita lo panggil aja ya" mona dan rina pun berdiri dan pergi meskipun ada rasa ragu harus meninggalkan aluna yang mungkin butuh seseorang di sampingnya.

Aluna menarik nafasnya dan menghembuskan kembali, "aluna gak boleh cengeng" supor nya pada diri sendiri.

Grepp

Sebuah tangan memegang bahu aluna, "rina mona, aku kan bi... Tante wina"

Yap, seseorang itu adalah wina, mama rehan, aluna berdiri dari tempatnya, "tante, tante pasti marahin aluna ya, aluna minta maaf, aluna.."

"enggak aluna, tante enggak marah kok sama aluna"

"tante gak marah sama aluna?"

Wina menggeleng sembari tersenyum lembut, "coba aluna duduk lagi" aluna pun duduk di kursi tadi lalu wina menjalankan kursi roda nya ke hadapan aluna dan memegang tangan aluna, "tante percaya aluna gak bakal pernah ngelakuin hal kotor kayak gitu"

"makasih tante"

"kamu gak perlu berterima kasih sama tante, seharusnya tante yang minta maaf sama aluna, gara-gara tante kamu harus pisah sama papah kamu" ucap wina dengan nada sendu.

"gara - gara tante juga kamu jadi di perlakukan begini dan katanya rehan juga sering bully kamu ya di sekolah, maafin ya"

"enggak papa kok tante, mungkin ini memang takdir keluarga aluna harus seperti ini, jadi aluna harus menerimanya"

Wina memegang wajah aluna dan mengusapnya dengan lembut, "kamu memang anak yang baik"

Drett

Wina menjauhkan tangannya dari wajah aluna dan mengambil telponnya yang berdering.

"aku lagi di luar"

"^_^"

"iya mas"

Wina menaruh kembali ponselnya dan menatap ke arah aluna, "aluna sayang, papah kamu nyariin, kamu enggak papakan tante tinggal?"

Aluna menganggukan kepalanya, "iya tante gak papa"

"yaudah kalau gitu tante duluan ya"

"tante mau aluna anter"

"enggak usah"

Aluna tersenyum sendu melihat punggung wina yang semakin jauh, Setidaknya masih ada beberapa orang yang mempercayai dirinya.

"tunggu, mamah" aluna lupa dirinya belum mengabari mamah nya selama 2 hari ini.

Aluna pun segera berdiri dari duduknya dan saat aluna membalikan tubuhnya, bara sudah berdiri disana.

"aluna" panggil bara.

"maaf bar, kalau kamu mau menyalahkan ku juga, bisa tidak nanti saja aku sedang lelah sekarang"

Story In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang