26. Babysitter

1.4K 198 45
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

"Dengar, Mama sudah cukup pusing menghadapi kelakuanmu. Masalah ini silahkan kamu selesaikan sendiri." Rias melihat Mamanya yang berjalan pergi, meninggalkan dirinya dan dua sahabatnya. Ah, dengan sebuah kunci mobil sialan.

"Mama pasti bercanda." Gadis itu memijit pelipisnya dengan kesal, "Apa maksudnya? Aku disuruh menyelesaikan urusan ini sendiri? Memangnya salahku kalau mobil murahan ini di depan? Memangnya aku mau menabrak benda rongsokkan ini?"

Asha ikut mengangguk, dia mengerti dengan jelas bagaimana perasaan Rias saat ini. BMW i8 memang terlihat rongsokan setelah Rias tak sengaja menabraknya. "Nanti biar ku minta Papa untuk mencari bengkel, benda rusak itu sungguh mengganggu pemandangan."

Lain dengan Dimi yang menganggap dua sahabatnya itu aneh, berteman hampir sepuluh tahun tak membuat Dimi mengerti jalan pikiran mereka. "Mungkin sebaiknya kamu minta maaf dulu, Yas."

Rias menoleh dengan wajah tak percaya, "Aku minta maaf?" Tangannya langsung terangkat untuk memeriksa arloji mewah yang dia miliki. "Terlambat, kita mesti menghadiri launching berlian."

"Tapi, mobil itu milik pewaris Danapati."

"Memangnya aku perduli?"

Langkah kaki Rias berhenti ketika mendengar Asha memanggil namanya, "Apa? Kita sudah terlambat."

"Katanya kartu tadi gak bisa dipakai."

Rias menatap Asha dengan tatapan bercanda, mereka memang memesan kamar presiden suite di hotel tempat launching berlian itu. Supaya lebih dekat jika mereka ingin membeli lagi.

"Jangan bercanda, kartu itu bahkan bisa membeli hotel beserta pekerja dan keluarganya."

Asha menatap Rias tanpa mengganti ekspresinya membuat gadis itu kesal, "Pakai yang lainnya. Kau kira aku miskin sampai hanya punya satu kartu?"

"Nggak bisa semua, Yas."

"Apa?"

"Mungkin tidak kalau Mama kamu baru saja memblokir semua kartu?" Suara Dimi membuat Rias tertawa tapi karna dia tak bisa menemukan alasan lainnya. Gadis itu langsung mendengus, "Kenapa Mama mesti melakukan itu?"

"Mungkin supaya kamu hidup lebih sederhana."

"Haha.. itu lucu Mi, tapi aku sedang tidak ingin bercanda. Kenapa kartuku mesti di blokir segala?"

Dimi belum memberikan bermacam-macam kemungkinan ketika mendengar suara teriakan panik Asha. "Yas, Danapati menelpon! Bagaimana ini?"

Sialan!

°°°°

Rias tidak pernah merasa semiskin ini —oh, pernah. Tapi, tidak separah ini. Lihat sekarang, dirinya mesti terjebak di restaurant cepat saji yang banyak disukai kalangan muda-mudi untuk nongkrong. Siapa orang gila yang ingin makan ayam dengan cita rasa sama untuk yang lainnya? Mengutamakan pelanggan apanya? Rias bergidik ngeri ketika melihat penampilan makanan di depannya. Mana kokinya? Rias ingin memarahinya saat ini.

Draft (Oneshoot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang