.
.
."Kenapa sih, banyak yang memuja Mas Kala?" Rona yang berada di kubikelnya seketika mengerucutkan bibirnya, masih jelas diingatannya bagaimana kelakuan Boss yang dia yakini sebagai penghancur kebahagiaan.
"Namanya juga Addarma." Sahut Kika yang tengah sibuk memperbaiki cat kuku di tangan kanannya, tadi pagi Rona hampir berkeinginan memakai kacamata karna warna orange yang menyilaukan dari cat yang digunakan Kika.
"Iya, tapi lagaknya kaya Boss tau gak, Mba? Berasa yang punya."
"Dia kan emang Boss kita." Ody menyahut membuat Rona makin kesal, soalnya fakta itu susah dibantah sih. Kala merupakan salah satu Project Designer yang paling sering diminta apabila ada klien, berarti kinerja laki-laki itu memang mumpuni. Masalahnya, Rona itu bagian Human Resource Development/HRD kenapa dia ditarik jadi bagian Project?
Kika jelas memang Architectural Designer, sedangkan Ody merupakan Administrative staff yang selalu mempersiapkan masalah dokumen tender. Kika dibantu Tian sebagai Designer sementara Project Manager dipegang oleh Dylan. Jadi, kira-kira itulah silsilah bagian Project dengan Front Person-nya Kala.
Dan, Rona terjebak disini.
"Udah Dek, kamu jadi pemanis aja." Ini suara Mas Dylan yang baru datang, laki-laki itu memang kemarin lembur jadi tak aneh kalau datang agak siang. Matanya langsung melirik ke arah Tian yang sibuk bermain game. "Tian, emangnya gambar yang gue minta udah?"
Tian langsung kelabakan, Kika udah menghilang dan kembali sibuk dengan komputernya. Memang temannya itu terdidik untuk cari muka.
"Si Boss udah datang?" Ody mengangguk, dan Dylan langsung menghilang di balik pintu milik Kala. Mungkin menyampaikan hasil dari gambar yang sesuai dengan permintaan klien.
"Gue ngapain sih?" Tian dan Kika masih sempat untuk terkikik sementara Ody hanya tersenyum lembut, sampai suara telepon disamping Rona berdering yang membuat gadis itu kaget. "Hal... -hah?"
"Kenapa?" Tanya Ody ke arah Rona yang sudah melorot di mejanya.
"Si Kala minta temenin meeting, itu Boss emangnya gak berani sendirian apa, Mba? Siapa juga yang mau nyulik dia kan?"
"Rona, saya dengar."
Rona meringis mendengar suara bernada dingin dari arah belakangnya, "Tuh! Sekarang dia denger deh pas gue gosipin." Wajah Kika sudah memerah karna menahan tawa sementara Tian terdengar batuk beberapa kali.
"Rona!"
"Iya-iya, Mas Kala! Saya siap!"
••••