20. School?

1.5K 215 126
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.

.


"Masih mau nangis?"

Hira menatap laki-laki dihadapannya dengan tatapan kesal, sejujurnya dia masih mau menangis tapi keberadaan laki-laki itu membuatnya malu dan terpaksa menahan tangisnya.

"Nggak, emangnya saya cengeng."

"Nangis gara-gara apa? Ada yang gangguin?" Hira menggeleng, daerah sini memang cukup sepi tapi dia tidak diganggu oleh siapapun. "Tadi duit saya dipinjem sama anak murid." Jawab Hira masih sesenggukkan.

"Duitnya dipinjemin dan sekarang kamu nangis?" Hira bisa mendengar suara tawa laki-laki itu. Hal itu membuatnya kian merasa nelangsa, udah gak punya duit eh nambah diketawain pula.

"Saya kasihan sama Alto karna gak ada ongkos, Mas." Jawab Hira tak terima, setidaknya dia sudah melakukan hal benar sebagai seorang guru.

"Terus sekarang kamu yang gak ada ongkos?"

Hira mengangguk, mana dia ingat kalau lembaran yang dia berikan pada Alto adalah uang terakhirnya di dompet. Duitnya masih ada di ATM, tapi lokasi tempat penarikan duit itu jauh dari posisinya sekarang.

"Ya udah, naik deh."

Hira menatap laki-laki itu dengan bingung, "Ke motor Mas?"

"Ke punggung saya juga boleh." Suara laki-laki mulai terdengar kesal walau wajahnya masih disertai senyuman jahil.

"Jangan Mas, saya semalam habis makan banyak nanti berat. Gak lucu kalau Mas nanti jatuh dengan alasan gendong saya."

Laki-laki didepannya langsung berdecak, "Buruan naik atau mau saya tinggal? Di sini katanya tempat tumbal persugihan lho."

"Jangan gitu Mas, saya takut."

"Ya, saya juga takut. Makanya naik."

Hira buru-buru naik ke boncengan di depannya membuat laki-laki itu tertawa geli. "Nanti mau ke ATM?"

"Gak mau antar saya ke rumah aja ya, Mas?"

Laki-laki itu tertawa mendengar nada ketakutan milik Hira. "Saya anterin, tapi kamu ke ATM dulu ya. Masa gak ada pegangan duit sama sekali."

"Pinjem Mas dulu deh."

"Saya mau di pinjem?"

"Ih, bukan! Duit Mas maksudnya."

Laki-laki itu makin tertawa karna berhasil menggoda Hira sementara gadis itu sudah malu bukan kepalang. Kalau tidak ingat jika jatuh itu sakit, mungkin Hira memilih untuk menggelinding saja.

"Jangan mikir aneh-aneh pas di motor saya."

"Kenapa Mas?"

"Ini motor saya, jadi kawasan untuk mikirin saya aja."

Draft (Oneshoot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang