Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
. . .
Tzuyu yang ditemani Mina dan Sana tengah memandang ke arah meja yang kini di isi oleh tiga orang laki-laki. Paras ketiganya memang menarik perhatian dan susah untuk di abaikan – tapi, bukan itu alasan tiga gadis itu memperhatikan ketiganya.
“Yang kelihatan tidak terlalu tinggi itu namanya Reuben Jimin Galendra. Lo tahu, hampir seluruh club di Kota ini udah pernah dia datangi dan hampir semua cewek yang sama dia itu udah pernah ‘dipakai’.” Sana mengisyaratkan tanda kutip untuk kata pakai, ya siapapun tahu artinya.
Mina mengangguk, “Dengan kata lain, Ben itu masuk ke predator paling berbahaya. Jadi, sebisa mungkin lo jangan tatap matanya.” Tzuyu mengangguk, “Eh, kenapa matanya?”
“Dia suka kedap-kedip genit. Nanti mata lo bintitan.” Tzuyu tertawa mendengar perkataan Mina yang terlihat begitu kesal dengan Jimin. Ya, fakta kalau mereka hampir di jodohkan pasti membuat Mina kesal. Seorang Anandita Mina Olive, memang cukup membenci playboy dan Jimin tentu termasuk ke dalam tipe playboy. “Oke, dua lagi siapa?”
Sana tersenyum, “Lihat yang lagi sibuk sama ponselnya? Namanya Jungkook Devon Angkara. Dia pasti lagi main game, cowok itu hobi banget sama game sampai nyerempet kecanduan. Tapi, ya sama aja kaya Ben. Dia juga gak pernah nolak cewek ya cuma masih prioritasin game.”
“Berarti dia gak bahaya?”
Sana menggeleng, “Lo gak denger? Dia sama aja kaya Ben, berarti udah beberapa kali celup sana-sini tiap cewek. Brengseknya, sebelum pagi selalu ditinggal dengan alasan mau push rank.” Sana Fidelya Nori, memang terkenal sebagai pusatnya informasi. Tapi, Tzuyu gak tahu kalau pengetahuan temannya itu sedetail ini.
“Udah-udah. Mending lo fokus sama yang terakhir soalnya dia kan yang bakalan di jodohin sama lo.” Mina berbicara membuat Tzuyu dan Sana lantas memusatkan pandangan mereka ke satu sudut. Seorang laki-laki yang berwajah datar dan terlihat menyeramkan.
“Basil Taehyung Emory. Dingin, kaku, kejam dan sialan.”
“Ha?” Tzuyu sudah menduga kalau laki-laki itu akan mendapatkan predikat jelek, tapi ia tak menyangka kalau sebanyak itu. “Kok banyak?”
Mina mendengus, “Calon tunangan lo itu, suka nyebar benih tapi ya wajahnya lempeng aja. Kalau ada cewek yang nangis-nangis didepannya pasti di biarin – bahkan, kadang malah di usir. Sumpah, sadisnya itu level paling tinggi. Heran kok banyak yang mau.”
