3 - Bad reputation

24.4K 1.5K 29
                                    

Anye mendengar suara sepatu yang beradu dengan lantai mewah itu. Dan anye tidak berniat mengangkat kepalanya sama sekali.

"Apa kini kau menjajahkan tubuhmu dengan mengikuti kencan buta?"

Mata Anye melebar meski ia belum mengangkat wajahnya. Tapi ia mengenali suara itu.

"Angkat kepalamu anyelir."

Tidak! Anye tidak mau mengulangi kesalahan yang sama. Atau lebih tepatnya ia tidak mau kembali pada mimpi buruknya.

"Anye.." Suara itu mulai terdengar geram.

Anye tersenyum getir. Mereka tinggal di kota yang sama. Sudah pasti mereka akan bertemu. Tapi tidak di waktu yang tidak tepat seperti ini. Tapi....

Tunggu!

Bukankah teman kencannya adalah seorang pilot. Apa teman kencannya adalah....

"Angkat kepalamu anye.... Aku tidak mau mengulangi perintahku lagi." Geramnya.

Anye melihat ujung sepatunya. Dalam hitungan ketiga ia harus segera kabur... Entah bagaimana caranya.

Satu....

Dua...

"Angkat kepalamu atau aku akan menciumu disini!" Seperti biasa suara itu tidak pernah terdengar main-main.

Tanpa pikir panjang anye mengangkat kepalanya. Kini ia dapat melihat jelas wajah laki-laki yang terburuk yang pernah ia kenal setelah ayahnya, dia.....

Hardin.

Hardin tersenyum miring yang menjadi ciri khasnya. Anye benci senyum itu.

Sementara Hardin tersenyum puas. Anye-nya masih sama. Terlalu mudah ia takuti... Dan ia masih begitu dominan terhadap Anye.

Hardin memperhatikan setiap jengkal ditubuh anye. Tidak ada yang berubah dari gadis itu. Semua masih sama. Wajah polos anye, raut wajah terintimidasinya. Anye bisa dikatakan awet muda.

Tanpa tahu malu tangannya sudah mulai membelai wajah Anye. "Ternyata benar, tadinya kupikir aku salah." Ujar Hardin aneh.

Hardin tidak bodoh. Lima tahun ini ia selalu tahu dimana Anye. Apa yang dikerjakan gadis itu. Atau siapa saja yang sedang dekat dengan gadis itu. Dan selama lima tahun ini ia berusaha melupakan gadis ini. Tapi kenapa ia mulai menampakkan diri....

Karna Anye sudah berani membuka diri pada pria lain. Gadis itu bahkan dengan berani menjalani kencan buta dan menerima hadiah dari laki-laki.

Semua ini bukan karena ia cemburu.

Ia hanya berpikir Anye tidak pantas untuk itu. Perempuan sok suci seperti Anye harusnya terus berlagak sok suci dan hidup dengan kesendirian.

Semua itu lebih baik. Itu adalah hukumannya karena pernah menolaknya.

Anye menelan rasa gugupnya. Sudah lima tahun... Kenapa masih Segugup ini.

"Aku harus pergi." Ucapnya dan dengan segera berdiri.

"Maaf menyinggung... Kupikir kita tidak bisa melanjutkan kencan buta ini. Dan aku rasa kita sama sekali tidak cocok." Ujar Anye senormal mungkin. "Permisi."

Hardin tidak menahan Anye. Laki-laki itu membiarkan gadisnya pergi.

Kau harus biarkan mangsamu merasa aman disekitarmu sehingga saat ia lengah. Kau bisa melahapnya.

Hardin tersenyum miring.

"Permisi. Dimana meja yang dipesan atas nama Anyelir."

Hardin menoleh saat mendengar suara yang menyebut nama Anyelir.

Emotion LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang