27 - Every night

14.3K 822 6
                                        

Helaan nafasnya terasa berat. Anye bahkan tidak tahan untuk tidak memutar bola matanya. Jengah, tentu saja.

"Kau seharusnya menyambutku dengan hangat!" Sindir Hardin kesal. Pria itu masih berdiri di depan pintu dengan balutan setelan kerjanya.

Jam menunjukkan pulul 11 malam. Hardin memang lembur beberapa hari terakhir ini.

"Aku bukan istri yang baik. Kalau tidak suka diceraikan pun aku tidak masalah." Jawab Anye malas. Ia masih sangat ingat kalau pria itu beberapa minggu lalu berkata ingin membagi waktu atau akan jarang datang menemuinya. Nyatanya yang terjadi hampir setiap malam Hardin datang kerumahnya.

Tentu saja beberapa malam Anye enggan membukakan pintu, tapi bukan Hardin jika tidak bisa masuk ke rumahnya dengan berbagai cara. Dan setiap ia tidak membuka pintu besoknya Anye harus mendapati beberapa aset di rumahnya hancur kemudian siangnya akan diganti dengan yang baru.

Hardin tertawa sinis. "Tidak masalah aku bisa mengajarimu." Dengan langkah cepat Hardin mengangkat tubuh Anye.

Anye melotot dan menatapnya marah. "Turunkan aku bodoh!"

Hardin menghentikan langkahnya. "Disini?" Tanya Hardin membuat Anye mendelik kesal. Sekarang keduanya ada di tangga menuju lantai dua.

"Ya, jika kau ingin membunuhku." Sindir Anye kesal tapi ketakutannya tidak bisa ia sembunyikan terbukti dengan kedua lengannya yang mengerat di leher Hardin.

Dengan usil Hardin semakin mengeratkan rengkuhannya, membuatnya leluasa menghirup tengkuk Anyelir.

"Jangan mencuri kesempatan!" Geram Anye marah.

"Aku tidak mencuri. Aku hanya mengambil hakku." Jawab Hardin santai. Sudut bibirnya naik ke atas. Oh, ia suka saat Anye menegang hanya dehgan kalimat yang berhubungan dengan kata "Hak".

"Ka, kau mau melayaniku." Sial. Umpat Anye pada dirinya sendiri. Kenapa bicaranya terbata.

"Jika jawabanku iya. Bukankah artinya sekarang?" Jawaban Hardin bersamaan dengan kakinya yang sampai di anak tangga terakhir.

Anyelir segera melompat dari gendongan Hardin sayangnya ia kalah cepat. Hardin sudah kembali berhasil memeluknya dari belakang.

"Tidak!" Teriak Anye protes.

Hardin menggigit bibirnya cukup dalam agar menahan tawa yang akan keluar dari mulutnya. Ini menyenangkan. Entah kapan terakhir kali ia merasakan kesenangan ini.

"Kau takut?" Tantang Hardin. Kepalanya sengaja ia tumpukan di bahu Anye. Dengan pelan ia berbisik. "Kenapa tingkahmu seperti anak perawan." Kekehnya pelan namun sangat berefek pada Anye.

Raut wajah kesalnya memudar dan berganti dengan raut suram. Tubuhnya yang awalnya memberontak mulai diam tidak melawan.

Merasa Anye diam. Hardin  melepaskan pelukannya. Tatapannya menajam dan emosinya siap meluap. Dengan kasar ia membalik tubuh Anyelir. "Kau pernah melakukan sex?" Tanya Hardin marah.

Anyelir diam dengan wajah tertunduk.

"Wah..., Aku yang suamimu saja tidak pernah." Nada sinis itu terdengar.

"Siapa?" Tanya Hardin marah.

"Bagaimana jika aku yang bertanya?" Potongnya cepat. Akhirnya Anyelir mengangkat kepalanya. Menatap Hardin dengan pandangan marah.

"Malam itu. Saat aku mabuk? Apa kau  benar-benar memperkosaku?"

Hardin memiringkan kepalanya. Tatapannya melunak. Mencari kepicikkan dalam mata Anyelir. Senyumnya kembali terbit meski versi Anye itu adalah smirk.

Emotion LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang