Anye meringis saat mendapati Hardin di depan rumahnya persis seperti pesan terakhir pria itu. Dan lihatlah ekspresi yang luar biasa itu.
Hardin menatapnya nyalang. Seolah ia sudah membuat dosa besar. Tapi apa yang ia lakukan. —Tidak ada!
"Apa yang membuatmu datang?" Anye masih berdiri di depan pintu ia tidak perduli pada sopan santun. Membiarkan pria itu masuk ke dalam rumahnya saja ia tidak Sudi.
"Kau harus mengerti bahwa Amanda tidak boleh tahu apa pun yang terjadi diantara kita." Jelas Hardin.
Anye memejamkan matanya. Good. Apa ia seorang simpanan? Apa ia tidur dengan pria di depannya? For honestly... Apa ada sesuatu yang salah diantara mereka. ...ah, ya tidak ada pertemanan yang terlalu akrab seperti ini. Anye bukan gadis polos yg tidak mengerti apa-apa.
He says 'we're just friends'
But friends don't do that.Dengan raut wajah senormal mungkin Anye menganggukkan kepalanya. "It's easy." Gumamnya.
Seharusnya jawaban Anye bisa membuat Hardin puas. Nyatanya ada hal lain yang lebih mengusik pria itu. Terlihat dari amarahnya yang belum padam. "Dan aku tidak suka kau terlalu dekat dengan malfoy."
Baiklah kali ini Anye tidak mau menoleransinya. Tapi, ia pikir sudah saatnya mereka mengambil jalan masing-masing. Ia pun berencana melepaskan pria itu.
"Hardin wait,.." Anye mengangkat kedua tangannya hingga berada di depan dada pria itu, namun tidak menyentuh sama sekali.
"Aku tidak masalah untuk persoalanmu dan Amanda. Aku pun tidak mau ikut campur lagi. Jika berhubungan denganku kau anggap beban. It's OK. Kita akhiri semuanya. But, Malfoy.... Kupikir kau tidak bisa menghalangiku atau menahanku. Kau tidak memiliki hak untuk itu." Sungguh Anye tidak habis pikir dengan jalan pikiran Hardin.
"Dan sungguh. Who do you think you are?" Tanya Anye tidak percaya.
Hardin menggertakkan gigi-giginya. Sementara tangannya mengepal kuat disisi kanan dan kirinya.
"Anye...," Geramnya. "I'm your best friend." Jelasnya.
Anye menggeleng. Terserah... Ia tidak perduli lagi dengan hal itu. "Itu tidak memberimu hak. Dan jika kau berpikir itu membuatmu memiliki hak. We're over."
Namun bukannya terkejut atau semakin emosi seperti yang sudah-sudah. Hardin malah terlihat tersenyum. Anye menatap horor senyum itu. Tidak. Itu bukan senyuman itu seringai. Sama halnya dengan naluri kelinci yang bertemu pemangsa. Nalurinya juga berkata —Lari!
Anye segera berbalik. Dan berlari menaiki tangga menuju kamarnya. Sementara Hardin berjalan dengan santainya mengikutinya menuju tangga. Setiap langkahnya berirama dan ia bersenandung.
Apa selama ini Anye lupa menjelaskan. Pria itu...
Memiliki jiwa psikopat.
"Kau tahu Anye. Saat kau memilih kembali padaku. Maka aku adalah rumahmu. Bunga yang tumbuh di perkarangan seharusnya tidak mencoba keluar dari pagarnya." Gumam Hardin yang sama sekali tidak Anye perdulikan.
Anye tinggal sendiri. Jarak rumahnya juga tidak tergolong dekat dengan tetangga. Bahkan jika ia berteriak. Maka ia sangat yakin tidak akan ada yang mendengar. Itu hanya membuang tenaganya.
Selamat!
Anye menghela nafasnya. Saat ia sudah memasuki kamarnya dan dengan gesit menguncinya. Ia mencabut kunci kamarnya dan segera berlari ke kasur dimana ponselnya berada.
Dengan tangan bergetar ia mencari kontak salah satu temannya. Saat ini ia hanya berharap keberuntungan memihaknya seperti dulu.
Cklek...

KAMU SEDANG MEMBACA
Emotion Love
Romance"Apa yang kau lakukan Anye?" Tanya orang itu dengan angkuhnya. Anye. Gadis itu tidak bergeming di tempatnya. Pandangannya buram. Bukan ini yang ia pikirkan. Apa begini cara memperlakukannya setelah ia mengatakan mencintai laki-laki itu. Bukankah ini...