37.1 - Her Smile

17.4K 756 0
                                        

Kehebohan tercipta setelah kabar penikahan Hardin dan Anyelir tersebar. Karena publik hanya mengetahui jika Amanda adalah tunangan Hardin. Bukan tanpa alasan publik menjadi heboh. Karena Hardin sendirilah yang memicunya. Undangan resepsi pernikahan tersebar hampir ke semua penjuru. Hardin benar-benar membesar-besarkan acara resepsi itu.

Anye mendengus melihat begitu banyak gaun yang sudah ia coba di hadapan Hardin. "Aku lelah." Keluhnya.

Hardin terkekeh melihat istrinya yang tampak berkeringat. "Baiklah kita bisa melanjutkannya nanti." Katanya perhatian.

Hardin mulai membimbing Anyelir turun dari lantai atas rumahnya ke lantai bawah. Hardin memang memaksa Anye pindah ke rumah baru mereka setelah hubungan mereka semakin harmonis. Tentu saja tinggal di rumah Anyelir melukai ego tinggi Hardin. Ia tidak mau dicap menumpang di rumah istrinya entah oleh siapa pun.

"Ibu dan keluarga kecil kakakmu sudah sampai. Mereka memilih menginap di rumah ibuku." Jelas Hardin karena memang Anyelir belum mengetahui itu.

"Benarkah?" Girang Anye tidak sabar menemui keluarganya. "Oh, dari semua acara melelahkan ini. Kehadiran keluargaku seperti oasis!" Gumam Anye berlebihan.

"Kau menyindirku? Ah, tidak kau tidak menganggapku sebagai salah satu oasismu?" Protes Hardin merasa tidak adil.

Anye menatap Hardin meledek. "Kan sudah kubilang hanya pesta kecil tapi kau yang memilih pesta megah hingga membuatku ikut repot." Dengusnya merengut.

"Ini pernikahan pertama dan terakhirku. Tentu saja harus megah." Kata Hardin tanpa bantahan.

Anye tertawa mengejek. "Kau yakin?" Sedikit Anye mulai mendekati Hardin. Tangannya membelai perut keras Hardin. Membuat pria itu mengerang atas godaannya dan hal itu lucu bagi Anye. "Kau yakin tidak akan tergoda wanita lain?" Goda Anye mengejek.

Hardin sempat memejamkan matanya dan membukanya kembali dengan pandangan tajam pada Anye.

"Kau tahu, kau selalu menatapku setajam itu. Sejak dulu aku takut melihat matamu. Kupikir kau membenciku." Geram Anye tidak suka dengan tatapan Hardin.

Hardin menarik pinggang Anye, membuat keduanya lebih dekat. "Apa aku boleh tergoda wanita selain dirimu?" Tanya Hardin menyatukan dahi mereka, meski Hardin harus menunduk.

Anye menggeleng. "Aku akan membunuhmu jika kau berani melakukan itu."

Hardin terkekeh. "Sejak awal aku tidak punya pilihan selain hidup denganmu, bukan?"

Anye ingin mengelak tapi memang itu kenyataannya. Ia jadi merasa seperti wanita kejam disini. "Kau membuatku seperti pemeran antagonis." Rengut Anye kesal.

Hardin tersenyum. "Bukankah kita sama. Kau tahu Harley dan Joker terlihat serasi karena mereka memiliki banyak kesamaan."

"Mereka gila dan jahat." Sela Anye.

Hardin menggeleng. "Mereka sama-sama keras jika menyangkut perasaan."

Anye tampak berpikir sejenak. "Tapi mereka akhirnya putus." Protes Anye tidak suka jika Hardin menyamakan kisah mereka dengan Harley dan Joker. Ia tidak suka membayangkan akhir mereka jika sampai berpisah. Meski ia mendapatkan Hardin dengan merebutnya dari tunangannya.

"Lupakan bagian itu. Nyatanya tidak ada yang lebih cocok menjadi pasangan Joker selain Harley." Nafas Hardin memburu mengingat kedekatan mereka. "Jangan pernah berpikir buruk tentangmu. Karena aku juga bukan laki-laki yang baik. Kau harus menerima ini. Kau menikahi laki-laki jahat yang siap menghancurkan dunia agar memilikimu." Hardin mengecup bibir Anye singkat.

"Kau siap?" Tanya Hardin tersenyum manis.

Anye mengangguk berpikir Hardin sedang berusaha bersikap romantis padanya.

"Baiklah kita ke kamar." Raut wajah Anye mendadak pucat saat Hardin kembali bersuara. Ia ingin kabur tapi Hardin sudah lebih dulu menggendongnya.

"Aku tidak mau!" Teriak Anye yang sama sekali tidak digubris Hardin. "Hardin, mereka menunggu kita." Lanjutnya mengingatkan Hardin soal keluarga mereka yang mungkin saja menunggu mereka.

"Mereka bisa menunggu." Jawab Hardin semangat.

"Aku lapar!" Teriak Anye mencari alasan yang lain.

"Sama aku juga. Jadi ayo kita makan."

Anye mengerang definisi makan Hardin tentu berbeda darinya. "Kau menyebalkan." Pasrah Anye akhirnya memilih mengalah.

"Kenapa kamarnya sangat jauh." Keluh Hardin memancing tawa Anye. Rumah mereka yang sekarang memang berkali-kali lipat lebih besar dari pada rumah Anye yang dulu. Anye sudah protes tapi tentu saja Hardin tetaplah Hardin tanpa penolakan.

--------

Part yang ini aku bagi 2 soalnya mau promosi. 😂

Sebenernya aku rajin kok Up tapi di cerita sebelah. Karena cerita ini mau tamat jadi aku lebih fokus ke cerita sebelah hehe....

Yang mau mampir di cerita baru. Silahkan gaskan...😎

😎

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Emotion LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang