8 - Obsession

22.9K 1.3K 47
                                        

Mata dingin itu menatap gadis yang baru saja melewatinya. Gadis itu tampak tenang. Anye yang dewasa sungguh sangat menyebalkan bagi Hardin.

Bagaimana bisa gadis itu tidak meliriknya sama sekali. Dan Hardin tidak akan menurunkan egonya bahkan untuk sekedar menyapa. Kejadian yang lalu masih sangat membekas di kepalanya. Bagaimana Anye menghancurkan kepercayaan dirinya dengan mencium Malfoy didepan matanya.

Ia merasa dibuang.

Gadis itu melupakannya, tidak. Lebih tepatnya ia menganggapnya tidak ada.

"Hardin?" Amanda memanggilnya. Ternyata kekasihnya itu sudah berjalan didepannya dan berhenti setelah sadar ia menghentikan langkahnya dibelakang.

Tatapan Amanda menatap lurus ke belakang Hardin. Ia tahu gadis yang baru melewati mereka adalah Anyelir. 'kau masih menyukainya?'

Ingin rasanya Amanda mengatakan itu. Tapi ia tidak akan pernah melakukannya. Mempertanyakan perasaan Hardin hanya akan membuat pria itu sadar akan perasaannya. Dan yang terburuk adalah mungkin Hardin akan meninggalkannya.

Amanda bersumpah ia akan membuat Hardin terbiasa hanya padanya. Ia akan membuat dirinya berguna dan mengerti semua yang dinginkan Hardin agar kekasihnya selalu memilihnya. Ya, semua keinginan pria itu. Anyelir hanya perasaan kutukan untuk Hardin. Ia yakin Hardin tidak pernah menginginkan wanita itu.

Karena kau tahu. Hardin tidak pernah melepaskan keinginannya seperti seorang pengecut.

"Ayo!" Amanda berjalan mendekati Hardin dan menuntunnya berjalan disampingnya. "Aku senang kau mengabulkan permintaanku. Aku tahu ini konyol tapi aku sangat ingin berkencan di mall seperti pasangan remaja." Amanda tertawa ringan. Tetap berusaha ceria.

Hardin hanya diam tidak menjawab, tapi ia tetap mengikuti kemana Amanda menuntunnya. Ia melirik genggaman tangan mereka dan mengeratkan genggaman itu. Ya, ia selalu nyaman bersama Amanda. Amanda selalu mengerti semua tentangnya. Berbeda dengan Anye yang selalu egois dan bersikap sok suci. Ia membenci dan jijik pada perempuan murahan itu.

"Ah, kau ini dingin sekali. Tapi kau banyak uang. Dasar beruang dingin. Apa kau definisi ice bear?" Amanda berpura-pura merajuk dan mengatakan hal bodoh, namun menyandarkan kepalanya di bahu Hardin.

Genggaman itu terlepas, Hardin melepaskannya. Sebagai gantinya  ia merangkul pinggang Amanda dan mencium tengkuk Amanda. Menghirup aroma mawar dari Amanda.

Bagaimana bisa ada seseorang selugu dan sebaik Amanda. Seperti seorang malaikat. Yah, gadis ini miliknya. Hanya miliknya.

"Kau kenapa?" Amanda bertanya malu-malu. Ia benar-benar terkejut Hardin mau menyentuhnya lebih intim dari biasanya.

Karena selama ini Amanda selalu merasa Hardin menyentuhnya dalam keadaan marah.

Apakah ini saatnya. Kekasihnya itu sudah mulai terbiasa.

"Apa kita bisa memulainya?" Pertanyaan Hardin sukses membuat Amanda diserang ribuan kupu-kupu.

"Aku sudah memulainya sejak dulu." Amanda tersenyum saat mengatakan itu.

-o-

Anyelir tersentak saat seseorang menariknya dan membawanya entah kemana.

"Apa yang—?" Ucapannya terhenti, sadar jika yang berbuat kasar padanya adalah Hardin.

Hardin menariknya dan membawanya masuk ke dalam lift dengan kasar. Tubuh Anye terlempar dan menghantam ujung sisi lift. Baru saja ia akan memprotes tubuhnya sudah ditahan lebih dulu. Hardin mengunci tubuhnya.

"Har—" ucapannya kembali terpotong. Hardin menciumnya dengan kasar. Ini bukanlah ciuman pertamanya. Ia juga dulu pernah beberapa kali berciuman dengan Hardin dan perlakuan pria itu pernah lebih kasar. Tapi kali ini terasa lain.

Anye merasa direndahkan.

Hardin menjauhkan wajahnya sembari mengatur nafasnya. Menatap wajah Anye yang memerah dan basah karena air mata. Anyelir menangis.

"Kau sudah puas?" Anye sekuat tenaga menahan Isak tangisnya.

"Belum." Hardin mendekatkan wajah mereka kembali, ia berbisik. "Tentu aku belum puas menyiksamu. Kupikir rasamu akan menyenangkan. Apa kau tahu.... Rasamu benar-benar menjijikkan. Bahkan lebih buruk dari pada jalangku."

Hardin menyeka bibirnya. Ia meludah kesamping. "Shit, rasanya benar-benar buruk. Apa ini yang dirasakan para pria yang menyentuhmu?" Ia kembali mengunci Anye.

"Aku ingin tahu...." Hardin mendekatkan wajahnya pada Anye dan berbisik pelan ditelinga gadis itu. "Siapa yang pertama menyentuhmu? Siapa yang paling banyak menyentuhmu?"

Anyelir menggigit bibirnya. Ia tidak akan pernah menjawab semua ucapan gila itu. Ia tidak akan menjawab jika semua pertanyaan itu adalah Hardin sendiri. Ia tidak akan membiarkan dirinya dihina dan direndahkan oleh Hardin lagi. Terlebih ia membenci semua sentuhan itu. Ia menyesal pernah disentuh oleh makhluk bernama Hardin.

"Kau tidak menjawab? Ah...., Aku tahu kau pasti lupa bukan? Melihat kau yang begitu gampangnya mencium Malfoy dan dicium olehku. Kau pasti sangat terbiasa." Hardin membelai wajah Anye. Ia tetap memasang wajahnya setenang mungkin. Meski sebagian dirinya berteriak ingin Anye menyangkal semua ucapan menohok darinya.

"Kau tahu. Aku bukalah gadis bodoh seperti yang dulu. Mereka bisa menyentuhku dan kami sama-sama menikmati. Tapi tidak ada yang bisa menyentuh perasaanku. Semua hanya permainan. Aku tahu kau adalah orang yang paling mengerti ini."

Wajah itu terlihat lebih tegas dari sebelumnya. Dan untuk pertama kalinya Hardin melihat wajah tegas itu. Anyelir benar-benar berubah.

Siapa dalang yang membuat Anyelir yang lugu dan penuh ketakutan dengan sosok dihadapannya ini.

Anye menangkap wajah Hardin ia mengecup bibir Hardin kemudian menjauhkan wajahnya. Ia tersenyum tipis.

"Kau tahu Hardin. Setidaknya kau harus bersyukur masih bisa merasakan rasa ciuman yang buruk saat menciumku. Karena bagiku, ciumanmu tidak ada rasa sama sekali. Semuanya hambar."

Ia menepuk punggung Hardin, merapikan jaket kulit hitam itu dan mengelus dada Hardin, bersamaan dengan itu pintu lift yang terbuka.

Amanda disana.

Anyelir tersenyum dengan sensual Diaman Hardin masih mengunci tubuhnya.

"Maaf kau ditinggalkan. Sepertinya kekasihmu lebih ingin bersamaku. Apa itu melukaimu?" Pertanyaan itu jatuh pada Amanda yang masih mematung ditempatnya.

"Amanda." Hardin memanggil namanya, biasanya Amanda akan sangat senang. Tapi sekarang rasanya sakit sekali.

Anyelir menunduk dan keluar dari Hardin yang mengurungnya.

"Kau tahu. Kami baru saja berciuman panas. Katanya ciuman itu rasanya buruk. Lebih buruk dari rasa jalangnya. Apa kau tahu Hardin sering bermain dengan para jalang. Oh, tidak...."

Anye menutup mulutnya "Kuharap kau bukan salah satu jalangnya."

"Sekian aku permisi." Anye tersenyum lembut dan melambai pada keduanya sebelum akhirnya ia melenggang pergi.

Anye Menghela nafasnya setelah sampai di parkiran. 'Bagus Anye. Kau sudah melakukan yang terbaik.' batinnya ikut mendukung.

Tubuhnya jatuh disamping mobil yang entah milik siapa.

Jantung anye kembali berdebar saat mendengar suara langkah kaki yang berlari kearahnya. Anye mengumpat pelan sebelum bersembunyi.

Benar saja. Hardin mengejarnya.

Gila.

Pria itu benar-benar tidak waras.

Ia pikir Hardin akan repot menjelaskan sesuatu pada kekasihnya, tapi yang ia dapati adalah Hardin mengejarnya. Hubungan gila apa yang dimiliki keduanya.

Satu yang anye simpulkan dari keduanya.

Mereka sama-sama terobsesi.

-o-

Emotion LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang