"Do you want to sleep with me baby?"
Seringai itu masih menghiasi wajahnya. Hardin berjalan mendekati Anye. Gadis itu masih membelakanginya.
"Anye" Suara dari ponsel gadis itu terdengar.
Hardin menyeringai licik. Ah, ternyata gadisnya menghubungi seseorang. Yah, ia tebak itu hanya dua teman bodohnya. Bukan masalah besar untuknya.
Anye tersentak. Kedua tangan besar itu memeluknya dari belakang. Menariknya ke belakang hingga punggungnya menyentuh dada bidang pria itu. Hardin sendiri asik menghirup aroma rambut milik Anye.
"Tell me, sweetie... Mana yang kau pilih? Beritahu sahabatmu dan aku dengan senang hati menidurimu atau menuruti semua perintahku dan aku jamin kau aman."
"..." Anye masih diam.
"Kau tidak punya banyak waktu, baby." Peringat Hardin.
"... Kedua." Jawab Anye bergetar.
"Good choice." Raut wajah puas terpapar diwajahnya. "Sekarang katakan padanya kau baik-baik saja dan tutup teleponnya."
"Daniella, aku hanya sedikit merindukanmu." Jawab Anye menahan ringisnya. Hardin menggigit bahunya dan itu menyakitkan. Itu adalah bentuk protes pria itu.
"Oh, kau bosan. Aku tidak bisa menemanimu malam ini. Tapi aku janji akan menemuimu besok." Jawab Daniella disana.
"Say No..." Hardin menggeram. "Aku bisa berubah pikiran, Anye."
Anye menggigit bibirnya. Entah siapa yang ingin ia salahkan. Kenapa ia harus berurusan dengan pria seperti Hardin.
"Tidak perlu Daniella. Mungkin besok aku akan sibuk." Jawab Anye meyakinkan.
"Sungguh?" Tanya Daniella diseberang sana.
"Ya..." Jawabnya sebelum Hardin dengan geram merampas ponsel itu dan menyimpannya di saku celananya.
"Kalian terlalu lama bicara." Mata dingin itu menatapnya jenuh. Kini Hardin sudah melepasnya, tapi ia membalik tubuh Anye hingga gadis itu menatapnya sepenuhnya.
Ia melirik kunci di samping Anye dan mengkode lewat ekor matanya. "Kuncinya. Berikan padaku."
Dengan berat hati Anye memberika kunci itu. Setelah mendapatkan kunci itu, Hardin berjalan keluar dari kamarnya dan Anye dapat mendengar suara pintu yang dikunci.
Hardin menguncinya.
Untuk beberapa saat Anye merenung. Tapi ia kembali mendengar suara kunci pintu. Hardin kembali masuk ke dalam kamarnya dan kembali mengunci kamar itu.
Ditangannya ia membawa satu gelas air dan ditangannya yang lain ada tali plastik yang entah pria itu dapat dari mana. Kali ini Anye tidak melihat seringai di wajah pria itu karena mulutnya menggigit obat.
Obat? Anye mengernyit heran melihat tingkah Hardin. Hardin tidak mungkin menyiksanya.
Pria itu memang gemar berkelahi dan didiagnosis memiliki sifat psikopat tapi ia tidak pernah membunuh, meski korbannya selalu berakhir di rumah sakit.
Hardin hanya merasakan kesenangan tersendiri saat melakukan itu dan ia tidak pernah merasa bersalah atas semua dosanya. Tapi itu dulu. Dan seingat Anye, Hardin tidak pernah melukai wanita.
Sibuk dengan pemikirannya sendiri hingga Anye tidak sadar pria itu sudah berada di depannya. Hardin meminum air di dalam gelas dan mencium Anye cepat. Pria itu dengan sengaja memasukkan obat yang tadi ia bawa ke dalam mulut Anye dan melepaskan Anye setelah yakin wanita itu meminumnya.
Anye terbatuk dan menatap nyalang ke arah Hardin.
"Do you want to play game with me?" Tawar Hardin.
Anye ingin mengumpat rasanya.
"It's easy rules." Lanjut Hardin. "Aku tidak akan menyentuhmu. Tapi tidak menolak jika kau yang menyentuhku duluan. Satu sentuhan darimu kuanggap kau menginginkanku. Bagaimana mudah bukan?" Hardin menatap Anye dengan tatapan mendamba.
"Obat yang baru kau minum..." Ia mengelus kepala Anye dengan tulus. "Itu obat perangsang." Lanjutnya dengan senyuman.
Anye melotot dan segera menarik dirinya menjauhi Hardin. "Kau licik."
Hardin terkekeh. "Calm down, babe. Aku akan membantumu. Karna itu aku membawakanmu ini." Hardin melempar tali plastik yang tadi ia bawa ke arah Anye.
Anye menatap tali itu dan Hardin dengan kesal secara bergantian. "You're crazy!"
Hardin menggidikkan bahunya acuh. Ia membaringkan tubuhnya di kasur milik Anye. "Biar kuberi tahu. Obat itu memiliki dosis yang tinggi." Hardin tersenyum dan mengedipkan satu matanya untuk menggoda Anye.
"Aku akan menunggu disini. Hanya satu sentuhan Anye~" gumamnya mengejek. Pria itu dengan tanpa dosanya memejamkan matanya dan bersiap tidur dengan damai.
Anye meringis saat merasakan tubuhnya mulai memanas. Seumur hidup ia tidak pernah meminum obat itu. Ia tidak tahu bagaimana cara mengatasinya. Dengan terpaksa Anye mengambil tali itu dan mengikat dirinya sendiri. Ia hanya bisa berdoa semoga tali itu jauh lebih kuat dari kelihatannya.
Hardin tersenyum dengan mata terpejam. Oh, ia pasti sangat menikmati malam ini. Pikirannya bahagia.
-o-
Anye merintih, menangis dan memohon padanya malam itu dan Hardin hanya menatapnya jenuh. Berbeda dengan Anye yang meraung di lantai. Hardin hanya menontonnya dan duduk manis di pinggiran kasur.
"Menyerah?" Tanya Hardin memancing.
"Ya.. ya... Aku menyerah." Seperti balita yang merengek. Anye menatap Hardin penuh permohonan, tapi saat Hardin berdiri dari duduknya, gadis itu akan berteriak menyuruhnya menjauh dan semakin bergerak mundur dengan berguling-guling seperti ulat.
Hardin terkekeh di tempatnya. Oh, ini menyenangkan. Gadis itu sangat keras kepala dan bodoh.
"Kemarilah, aku akan membantumu." Tawar Hardin lagi.
Anye menatapnya penuh harap. "Ya...." lirihnya sebelum kembali berteriak. "TIDAK!" Ia harus terus menjaga kewarasannya.
Hardin mendengus. Sebenarnya ia berbohong tentang dosis obat itu. Sebenarnya itu hanya obat perangsang biasa yang bahkan tidak berguna menurutnya tapi siapa sangka obat itu ternyata sangat mempengaruhi Anye.
"Baiklah... Terserah dirimu." Hardin kembali merebahkan dirinya di kasur dan kembali memejamkan matanya.
"Tahu begini harusnya kuberi lebih." Dengusnya kesal. Karena kini ia sendiri yang tergoda tapi apa boleh buat ia sudah berjanji.
Dan juga...
Ia masih ingin melanjutkan rencananya.
-o0o-
Well, cerita ini emang dikonsep to make you confuse, guys. Haha....
Sebenarnya ini pertama kalinya aku mau coba buat dark romance. Tapi sumpah keknya mental aku gak kuat walaupun cuma nulis. Tapi masih aku usahain.
Aku gak tau gimana perasaan penulis lainnya atau para pembaca.
Tapi jujur setiap nulis cerita aku selalu ngerasain perasaan masing-masing tokoh dan mikir gimana rasanya jadi mereka.
Deep.🔪
KAMU SEDANG MEMBACA
Emotion Love
Romansa"Apa yang kau lakukan Anye?" Tanya orang itu dengan angkuhnya. Anye. Gadis itu tidak bergeming di tempatnya. Pandangannya buram. Bukan ini yang ia pikirkan. Apa begini cara memperlakukannya setelah ia mengatakan mencintai laki-laki itu. Bukankah ini...