"Apa yang kau lakukan Anye?" Tanya orang itu dengan angkuhnya.
Anye. Gadis itu tidak bergeming di tempatnya. Pandangannya buram. Bukan ini yang ia pikirkan. Apa begini cara memperlakukannya setelah ia mengatakan mencintai laki-laki itu.
Bukankah ini...
Amanda menatap nanar Mansion yang dulu tampak akrab dengan dengannya kini terasa asing. Mengabaikan semua yang ada disekitarnya dimana semua orang menikmati pesta resepsi pernikahan Anyelir dan Hardin. Pesta yang seharusnya adalah miliknya. Amanda tersenyum kecut mengingat hal itu.
Suara derap langkah diikuti suara seretan kain terdengar pelan di belakangnya. Amanda bisa menebak siapa yang menghampirinya.
"Kau tidak harus menunjukkan senyum kecutmu itu." Anyelir mulai membuka obrolan. Masih berjalan perlahan mendekati Amanda. Ia memang sedikit kesulitan berjalan dengan bobot gaunnya yang lumayan berat.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kenapa menemuiku?" Tanya Amanda karena seharusnya Anyelir bersama Hardin di dalam pesta, tidak perlu mengikutinya yang memilih keluar ruangan.
Anyelir memilih diam dan ikut berdiri di samping Amanda. Letak mansion yang berada di daratan yang cukup tinggi membuat keduanya bisa menikmati sunset yang indah.
"Aku belum menyerah pada Hardin." Gumam Amanda sementara Anyelir masih memilih diam.
"Kau bisa merebutnya dariku, tentu aku bisa merebutnya kembali." Pernyataan Amanda benar-benar tidak mengusik Anyelir. "Hey, kau dengar aku!" Gertaknya kesal.
Anyelir menghela nafasnya. Ia menoleh kesamping, menatap Amanda yang terlihat cantik seperti biasanya. "Aku tidak merasa merebut Hardin darimu jika itu yang kau pikirkan." Anye menjeda ucapannya. "Aku juga masih tidak percaya atas semua kejadian yang kualami karena sejujurnya ku pikir aku tidak akan menikah seumur hidupku. Semua yang ada padaku sekarang terasa sangat baru."
"Tapi kau menikahinya dan aku masih ingat bagaimana kau menghinaku." Kesal Amanda mengungkit masa lalu.
Anyelir terkekeh. "Kau yang menantangku jika kau lupa."
"Oh, aku benar-benar kesal denganmu." Amanda menggeram.
"Aku tidak akan melarangmu untuk mendapatkan Hardin kembali." Amanda sontak menoleh mendengar penuturan Anyelir.
"Hardin mungkin akan sulit mendapat keturunan jika menikahiku atau memilih tetap bersamaku. Aku sudah mengingatkannya berkali-kali dan memberinya kesempatan untuk pergi dariku."
"Kau apa?!" Jelas Amanda tersentak dengan ucapan Anye yang terkesan bohong karena yang Amanda tahu selama ini Anyelir yang selalu menggoda Hardin, setidaknya itulah yang ia bisa pikirkan.
"Sudah ku katakan. Aku tidak pernah merasa merebutnya darimu. Sejak dulu. Aku lah yang mendorongnya menjauh dariku, tapi aku tidak bisa mengelak kadang kala aku juga lupa diri dan berbalik mengikutinya." Anye melangkah ke depan, meninggalkan Amanda disana.
Anye menghentikan langkahnya sebentar dan berbalik, sinar matahari menerpa wajahnya ikut menghiasi wajahnya selain senyumnya yang menawan. Amanda melihat wanita itu lebih hidup dari sebelumnya seolah ia terlahir kembali.
"Jika ingin merebut Hardin dariku. Aku tidak akan pernah menyalahkan mu... Kau tahu, perasaan memang sulit dikendalikan. Itu seperti kutukan." Anye tersenyum lepas membiarkan beberapa helai rambutnya menari tertiup angin.