"Apa yang kau lakukan Anye?" Tanya orang itu dengan angkuhnya.
Anye. Gadis itu tidak bergeming di tempatnya. Pandangannya buram. Bukan ini yang ia pikirkan. Apa begini cara memperlakukannya setelah ia mengatakan mencintai laki-laki itu.
Bukankah ini...
Gadis itu masih duduk. Matanya terus menatap pintu yang berada tepat didepannya. Deru nafasnya tidak teratur. Jelas ia sedang gugup tapi tetap memaksakan dirinya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Anye sudah mempersiapkan dirinya. Ia sudah berdandan sebaik mungkin, bahkan memoles bibirnya dengan pewarna Semerah darah. Rambutnya yang biasanya lurus dan sering menutupi wajahnya dirubah bergelombang agar kesan berani lebih tercipta.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sejak pernikahannya dan Hardin yang digelar tadi siang dan hanya dihadiri tidak sampai sepuluh orang. Anye sudah mempersiapkan mentalnya untuk malam ini.
Suara derit pintu terdengar. Ia masih masih tetap tenang. Dan pintu terbuka. Hardin disana.
Sejenak pria itu tampak terkejut tapi dengan cepat raut wajahnya berubah dan memamerkan senyum sinisnya seperti biasa.
Matanya menilai istrinya dan ia terlihat puas. "Kau menungguku?" Tanya Hardin dengan nada menyindir.
Ia tidak tahu apa yang direncanakan istrinya. Tidak seperti bayangannya Yang berpikir Anye akan ketakutan atau memohon padanya. Kini gadis itu malah duduk dengan anggun seolah menunggu kedatangannya. Tidak tanggung-tanggung gadis itu bahkan berdandan dan memakai lingerie yang entah gadis itu dapat dari mana. Apa istrinya sedang menggodanya?
"Kemarilah." Anye tersenyum menawan.
Hardin tertawa mengejek. Oh, ia menyukai ini. Anye yang nakal adalah pribadi yang baru ia ketahui. Setelah mengangkat satu alisnya dengan kesan angkuh ia berjalan ke arah Anye hingga berdiri di depan Anye tanpa meninggalkan kesan angkuhnya.
"Aku tidak bisa melihat wajahmu." Anye kembali berucap dengan mata masih memandang ke depan.
Hardin memutar bola matanya. Ah, Sebenarnya ini menyebalkan. Tapi, ia penasaran dan dengan dalih penasaran ia menuruti semua permintaan tidak langsung itu. Masih dengan segala keangkuhannya Hardin berlutut di depan Anye, membuat matanya langsung menatap Anye.
"Kau bisa melihatku sekarang?" Hardin tersenyum menawan, seolah memamerkan semua pesonanya.
Anye hanya tersenyum dan membelai helaian rambut milik Hardin dengan lembut.