Hardin memperhatikan wanita muda yang masih asik membaca buku novel di tangannya. Wanita itu mengenakan Dress rumahan berwarna peach yang membuatnya semakin terlihat seperti dewi. Jari lentiknya membalik lembar demi lembar yang sudah ia baca.
Merasa diperhatikan Anye menoleh dan mendapati Hardin berdiri di pintu kamarnya. "Kau sudah pulang?" tanya Anye menarik selimut hangat dibelakangnya dan membalut di tubuhnya. Diluar hujan masih turun rintik. Musim gugur membuat cuaca lebih lembab dan sering hujan.
Melihat Hardin yang masih diam ditempatnya membuat Anye berjalan mendekatinya. "Kau sudah makan?" Tanya Anye berbasa-basi.
"Sudah. Telur goreng buatanmu cukup nikmat." Jawaban Hardin membuat Anye meringis.
Sejak mereka pulang dari rumah Rebecca satu bulan yang lalu. Anye memang berusaha menyiapkan makanan sesuai kemampuannya. Dan satu-satunya bahan yang bisa ia olah adalah telur. "Kau ingin kita memesan makanan?" Tanya Anye tidak enak hati.
Hardin terkekeh. "Bagaimana jika memakanmu?" Tawar Hardin menarik pinggang Anye, membalik tubuh Anye dan menghimpitnya ke tembok. Mengunci Anye dengan mengangkat tubuhnya. Selimut yang ia sampirkan di bahunya jatuh ke lantai.
Anye memekik saat kakinya tidak lagi menyentuh lantai. Sementara Hardin menikmati posisi mereka. Melihat Anye yang hanya dibalut dress tipis benar-benar membuatnya terlihat sexy dan menggemaskan.
"Jangan melihatku dengan tatapan mesum itu!" Protes Anye berusaha melawan. "Hardin turunkan aku!" Perintahnya hilang di udara.
Anye meremas bahu Hardin gugup saat Hardin semakin menempelkan tubuhnya. Merasakan Anye yang sedikit gemetar membuat Hardin semakin semangat menggodanya.
"Kau..." Peringat Anye mengancam. "Jangan macam-macam!" Katanya lagi.
Hardin menganggukkan kepalanya dan menatap Anye menantang.
"Aku serius!" Pekik Anye geram. Saat Hardin mendekatkan tubuhnya, barulah Anye mencium parfum asing di tubuh Hardin. Damn, itu jelas wangi parfum wanita.
"Kau habis menemui jalangmu?!" Teriak Anye kesal. Tangannya mendorong kepala Hardin yang tadinya hampir menciumnya.
Hardin mengernyit tidak suka. "Jalang yang kau katakan itu tunanganku." Desis Hardin tajam. Karena kesal ia jadi menurunkan Anye kembali.
Anye dengan cepat berjalan ke arah nakas dan mulai mengobrak-abrik laci nakasnya.
"Kau kenapa?" Tanya Hardin bingung melihat Anye yang terburu-buru mencari sesuatu.
"Dapat!" Pekik Anye senang mendapati satu botol spray dan segera menyemprotkannya ke bagian tubuhnya tidak lupa mengusap-usapkannya juga
"Kau kenapa?" Tanya Hardin kesal karena tidak dihiraukan.
Anye mendelik marah padanya. "Apa lagi. Tentu saja membersihkan diriku dari kuman wanita jalang yanh menempel di tubuhmu." Jelas Anye marah.
"Anye!" Geram Hardin marah mulai berjalan mendekati Anye.
"Berhenti disana. Jangan berani menyentuhku dengan tubuh kotor itu!" Pekik Anye, tangannya maju ke depan guna menahan Hardin kalau-kalau pria itu masih nekat mendekatinya.
"Kau benar-benar keterlaluan?!" Geram Hardin.
"Apanya?" Kata Anye tak mau kalah. "Kau tidak jijik berpindah dari satu wanita ke wanita lain? Dan jangan berharap aku mau disentuh olehmu. Aku tidak mau mandi hand sanitizer!" Kata Anye marah.
"Kau harusnya sadar jika kau sendiri tidak pernah memberiku hak suami. Kau tidak berhak marah atas apa yang kulakukan." Kata Hardin marah.
"Ya, kau benar. Aku tidak berhak marah tapi aku berhak melindungi diriku agar tidak tercemar kotoran. Kalau kau memang ingin bersama jalangmu silahkan berkubang dengan mereka tapi jangan menyentuhku!" Habis sudah kesabaran Anye.
![](https://img.wattpad.com/cover/255808199-288-k541798.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Emotion Love
Romance"Apa yang kau lakukan Anye?" Tanya orang itu dengan angkuhnya. Anye. Gadis itu tidak bergeming di tempatnya. Pandangannya buram. Bukan ini yang ia pikirkan. Apa begini cara memperlakukannya setelah ia mengatakan mencintai laki-laki itu. Bukankah ini...