Amanda menatap sendu kepergian Hardin. Jangan katakan ia tidak menahan Hardin. Ia sempat memohon dan menahan lengan kokoh itu. Berharap jika Hardin sedikit saja memikirkannya, tapi yang ia dapatkan adalah tatapan tajam yang sanggup membuatnya seperti jelly.
Tangannya yang tadinya menahan lengan kokoh itu mulai tahu diri dan melepaskannya.
Apa ini akhir kisahnya. Sampai akhir pun dirinya hanya menjadi tempat persinggahan sementara.
Amanda menutup mulutnya. Menahan isaknya yang sudah lama ia tahan. Ia sudah memberikan segalanya untuk pria itu. Ia hanyalah seorang gadis yang mendamba cinta dari sosok yang selama ini ia cintai.
Meskipun Hardin bukanlah yang pertama menyentuhnya, tapi ia bersumpah hanya Hardin satu-satunya pria yang ia izinkan menyentuhnya. Menyentuh tubuh, hidup dan hatinya.
Ia tidak membutuhkan apapun.
Ia hanya membutuhkan pria itu.
Hardin berlari dengan kencang sampai ke area parkir. Ia mengumpat, sadar saat tidak menemukan Anye dimana pun.
Sejak kapan gadis lemah itu memiliki stamina kuat untuk berlari?
Setelah mengelilingi parkiran dan tidak menemukan apa-apa. Hardin terkekeh. Ternyata tanpa ia sadari gadisnya sudah tumbuh sangat liar.
Ia menyukai Anye yang polos dan lugu seperti dulu, tapi Anye yang pembangkang dan memiliki stamina yang energik seperti ini membuatnya semakin tertantang.
Ia menyukainya.
Hardin terkekeh.
"Larilah Anye. Lari sampai ke ujung dunia, dan saat aku menemukanmu. Kau akan sadar seberapa keras pun kau menolak, takdirmu adalah aku." Hardin merebahkan tubuhnya di area parkir menatap langit-langit parkiran disana. Ia mengatur nafasnya, lelah.
Tanpa ia sadari Anye berdoa kepada Tuhan agar Hardin tidak menoleh ke samping dan menemukannya di bawah kolong salah satu mobil.
"Astaga apa pria itu tidak bisa rebahan ditempat yang layak." Anye menggigit bibir kesal.
Dari ujung ekor matanya Hardin dapat melirik gadis dengan sweater rajut it sedang mentapnya dengan pandangan takut, marah dan kesal.
Bibirnya tersenyum tipis.
Lihat ia menemukannya. Dan ia dapat melihat gadis itu masih setakut itu padanya. Anye-nya belum seberani itu ternyata.
-o-
Nyaman.
Anye tersenyum saat sudah mencapai toko buku yang selalu ia kunjungi di akhir pekan. Toko buku itu selalu menyimpan banyak buku tua yang tidak pernah membosankan. Anye menyukai novel historical. Ia menyukai suasana yang mungkin tidak akan pernah ia rasakan kecuali dari buku-buku tua itu.
Saat ia memasuki toko buku itu ia langsung menghirup aroma buku tua dan teh herbal.
Pemilik toko itu bernama madam Marlin. Ia wanita tua yang menarik. Ia adalah wanita tua yang menyukai ketenangan. Anye pernah mendengar toko itu dibuka karena madam Marlin suka bertemu pencinta buku sepertinya. Karena itulah semua buku disana tidak dijual. Semua pengunjung hanya boleh meminjam dan membacanya disana.
"Kau benar-benar pengunjung setiaku." Sapaan itu berasal dari madam Marlin. Wanita dengan gaun lebar yang masih anggun memeluk pinggang rampingnya.
Anye tersenyum dan merapatkan jaketnya. "Yes, I am." Kekehnya.
Ia berjalan menuju rak buku paling ujung. Disanalah buku kesukaannya.
"Kau membacanya lagi?" Tanya madam Marlin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Emotion Love
Romantik"Apa yang kau lakukan Anye?" Tanya orang itu dengan angkuhnya. Anye. Gadis itu tidak bergeming di tempatnya. Pandangannya buram. Bukan ini yang ia pikirkan. Apa begini cara memperlakukannya setelah ia mengatakan mencintai laki-laki itu. Bukankah ini...