4 - Stay away

21.9K 1.3K 2
                                    

Sejak kejadian ia bertemu dengan Hardin, Anye kembali mengisolasi dirinya. Bahkan akhir pekan ini ia tidak menyibukkan diri di TK seperti biasa. Sudah hampir dua Minggu dan Anye tetap kekuh tidak mau meninggalkan rumahnya.

Gadis itu menyibukkan diri dengan pekerjaannya yang biasanya ia biarkan terbengkalai.

Lihatlah sekarang gadis itu begitu fokus dengan layar laptopnya sambil mengunyah lembar-lembar keripik. Ada beberapa kaleng minuman soda disana dan juga beberapa cup mie instan yang sudah kosong isinya.

"Kau serius tidak mau keluar rumah?" Itu adalah suara Arlin. Wanita itu masih sibuk membereskan beberapa kekacauan yang dibuat si tuan rumah.

"Tidak." Kekuh Anye.

Arlin menghela nafasnya. Setelah tidak mendapatkan kabar berhari-hari akhirnya ia menyerah dan bergegas mengunjungi rumah Anye. Ia sudah hapal dengan tabiat gadis itu. Sifat antisosial gadis itu terkadang sangat mengerikan.

Arlin menggelengkan kepalanya. Anye tampak masa bodo dengan kondisi disekitarnya begitu juga dengan penampilannya. Gadis itu hanya memakai kaos putih dan celana training hitam kebanggaannya. Rambutnya dicepol asal-asalan sementara kantung matanya sudah menghitam.

"Kau tidak tidur?" Tanya Arlin setelah memperhatikan penampilan Anye.

"Tidak mandi juga." Jawab Anye acuh.

Arlin memutar bola matanya. Ia meraih laptop gadis itu menutupnya dan melotot pada Anye.

"Kau bukan bocah Anye. Kau sudah dewasa. Aku pun tidak bisa mengurusmu seperti dulu karena...."

"Kau sudah menikah. Ya, ya, aku tahu." Lanjut Anye memotong ucapan Arlin. Ia berjalan ke dapur menuju westafel dan mencuci wajahnya. Namun setelah ia berbalik Arlin kembali menatapnya dengan tidak bersahabat.

"Apalagi?" Tanya Anye tanpa dosa.

"Mandi." Tekan Arlin yang dihadiahi tatapan memelas Anye.

"Airnya dingin, Lin. Sungguh aku bisa demam nanti." Rajuknya.

Arlin semakin melotot pada anye. "Kau takut mandi di jam 12 siang?!" Kini nadanya mulai naik.

Anye berdecak. "Kau sama menyebalkannya seperti ibuku." Ia kembali ke kamarnya dan mengambil handuk disana.

"Ibumu memang menitipkanmu padaku." Jawab Arlin tegas.

Anye beedecih sebal. Ya, Arlin memang lebih menyerupai kakak perempuan untuknya meskipun usia Arlin hanya lebih tua beberapa bulan tapi memang untuk masalah dewasa. Arlin jauh lebih dewasa. Ibunya bahkan menitipkannya pada Arlin seolah ia adalah bayi.

"Ayo makan." Ajak Arlin setelah melihat Anye sudah tampak lebih segar setelah mandi.

"Suamimu dinas lagi?" Tanya Anye yang diangguki Arlin. Anye hanya menjawab dehgan ber-oh ria.

Arlin memang menikah dengan seorang tentara, makanya Arlin lebih suka berada diluar rumah jika suaminya sedang dinas.

"Aku sudah tanya soal kencan buta terakhirmu dengan Daniella." Arlin membuka suara.

"Aku sudah tidak perduli." Jawab Anye Acuh.

"Ck.., dengarkan dulu!" Kesal Arlin.

"Namanya Rey. Dan dia seorang pilot. Jadi mustahil namanya berubah jadi Hardin." Jelas Arlin meski Anye sibuk dengan makanannya dan berpura-pura tidak mendengar. Tapi Arlin tahu gadis itu pasti mendengarnya.

"Anye!" Panggilnya.

Anye mendongak. "Itu tidak akan merubah fakta. Yang ku temui nyatanya adalah Hardin, bukan si supir pesawat." Jawabnya ketus.

Emotion LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang