6 - Back to earth

20.5K 1.4K 13
                                        

Anye meratapi beberapa kertas di hadapannya. Kertas itu adalah hasil karya tulisnya yang akan naik cetak. Suasana ruangan masih tenang dengan beberapa perdebatan sampul buku atau berapa banyak buku yang akan terbit. Entahlah... Anye tidak terlalu perduli.

"Bagaimana kau setuju Anye?" Tanya seseorang tiba-tiba.

Anye mendongak. Ia bingung harus menjawab apa, karena sejak tadi ia memang tidak fokus. Laki-laki dengan kemeja biru itu tersenyum lembut seolah mengerti. Kalau tidak salah laki-laki itu adalah kepala penerbitnya.

"Kau suka sampul yang mana?" Ulang laki-laki itu.

Anye mengerjapkan matanya. "Mungkin yang pertama." Jawab Anye ikut menyetujui suara terbanyak.

"Kau yakin?"

Anye mengangguk tanda setuju.

"Baiklah rapat kita selesaikan hari ini." Laki-laki itu menutup rapat dengan suara yang ramah.

Anye tidak terlalu banyak bicara. Ia membereskan beberapa kertas dihadapannya dan ikut berdiri.

"Anye!" Panggilan itu menghentikan Anye. Lagi-lagi dari orang yang sama.

"Kau tampak pucat?" Ujarnya setelah berhasil mendekati Anye.

Anye tampak heran. Ia memang memiliki kulit putih yang pucat. Warna kulit yang ia dapat karena hidupnya yang dominan di dalam rumah.

"Tidak." Jawab Anye datar.

"Kau yakin? Aku rasa kau sakit?" Tangan besar pria itu menyentuh dahi dan pipinya.

"Kau hangat Anye? Apa kau bawa mobil?"

Anye menggeleng. Ia memang jarang menggunakan mobil. Ia lebih suka menaiki bus. Bergabung dengan banyak orang dan memperhatikan banyak orang untuk inspirasi ceritanya.

"Baiklah aku akan mengantarmu." Ujarnya.

"Tidak perlu." Jawab Anye. Ia tidak terlalu suka berdekatan dengan laki-laki, apalagi yang tidak akrab dengannya.

"Tidak perlu sungkan, kau bisa membalasku nanti dengan mentraktirku." Laki-laki itu menarik bahu Anye dan memaksa mereka jalan bersama. Seingat Anye mereka tidak pernah sedekat ini.

Pria itu membukakan pintu mobilnya untuk Anye. "Terima kasih tuan." Gumam Anye.

"Tuan?" Tanyanya heran. "Tidak perlu terlalu formal, panggil saja namaku." Lanjutnya.

Anye menggigit bibirnya. Ia bingung, entah lupa atau memang ia tidak pernah tahu nama pria dihadapannya ini. Yang jelas Anye memang tidak tahu namanya.

Melihat gelagat Anye, laki-laki itu menghela nafasnya. "Kau tidak tahu namaku?" Tanyanya.

Anye membuang wajahnya kesamping. Wajahnya memerah. "Aku lupa." Ujarnya.

Laki-laki itu terkekeh. "Malfoy...."

"Namaku Malfoy. Mulai sekarang kau harus mengingatnya. Astaga, aku merasa dua tahun kita sebagai rekan kerja adalah sia-sia." Kekehnya.

Anye mengernyit, heran. "Kau tidak marah."

"Biasanya aku marah, tapi sepertinya dengan kau pengecualian." Jelasnya yang diangguki Anye. Ia mengacak rambut Anye dan segera berlari memutar untuk masuk ke mobilnya.

"Baiklah, kau tidak lupa dengan alamat rumahmu kan?" Tanya Malfoy.

"Kau menyebalkan." Gumam Anye yang ditertawai Malfoy. Baiklah, Anye sedikit merasa tersindir.

***

Mereka berhenti di depan sebuah toko bunga dengan warna gedung yang cerah.

"Kita berhenti?" Anye tampak bingung dan Malfoy hanya bisa tersenyum.

"Tidak keberatan menungguku kan. Aku harus menemui sepupuku sebentar. Nanti aku beri kau bunga, kau suka bunga?" Putus Malfoy dengan seenaknya lagi.

"Meski aku bilang tidak, kau tetap akan memberiku kan." Sedikit banyak Anye mulai mengerti sifat Malfoy. Sedikit aneh ia bisa seterbuka itu dengan orang baru. Ia hanya merasa sedikit nyaman.

Malfoy terkekeh. "Kau mau ikut turun."

Anye menimang sebentar sebelum akhirnya mengangguk setuju. Sepertinya ia cukup penasaran dengan bunga-bunga disana. Anye bukan orang yang tekun terhadap tanaman. Atau lebih tepatnya, ia tidak bisa menanam. Semua yang ia tanam pasti akan layu dan mati. Menyebalkan jika ia mengingat namanya diambil dari bunga yang cantik.

Interior ruangan itu terlihat elegan, penataan bunganya juga sangat rapi dan cantik. Anye menyukainya.

"Astaga dimana gadis nakal itu?" Malfoy terlihat sedikit jengkel. "Manda?!" Panggilnya yang tidak dijawab.

Toko cantik itu jadi seperti tidak berpenghuni. Terlalu hening.

Langkah Anye terhenti. Tatapannya terpaku pada dua pasang manusia dihadapannya. Matanya memgerjap sebentar. Ia tetap tenang tanpa berkomentar.

"Oh, astaga!" Malfoy menutup kedua matanya, mata Anye lebih tepatnya. Ia membalik tubuh Anye dan merengkuhnya.

"Kalian ini benar-benar!" Ujarnya lebih tegas.

Disana Amanda tampak malu dan segera mendorong Hardin diatasnya tidak lupa merapikan pakaian atasnya yang terbuka.

Hardin tampak jenuh dengan Malfoy. Ini bukan pertama kalinya Malfoy mengganggunya dan Amanda. "Kau menyebalkan." Rutuknya.

"Oh, benarkah? Kalau begitu akan lebih menyebalkan jika yang datang adalah pelanggan lain." Ejek Malfoy.

"Whatever..." Hardin menyisir rambutnya. Ia bergerak turun dari sofa tamu itu dimana Amanda masih duduk disana.

Tatapan matanya menajam saat melihat seorang wanita mungil di pelukan Malfoy. Malfoy dan seorang gadis, oh perjaka itu mulai sadar jika umurnya sudah tua. Hardin terkekeh dengan pemikirannya sendiri.

"Siapa itu?" Tanya Hardin, ia memicingkan matanya. Tapi rasanya, gadis itu tampak familiar.

"Oh ini." Malfoy yang haru saja ingin memperkenalkan Anye, terkejut dengan Anye yang mencengkram kemeja kerjanya.

"Kau terkejut ya.." kekehnya mengelus puncak kepala Anye. Astaga gadis polos ini sungguh menggemaskan. "Tidak apa-apa." Ujarnya diakhiri tepukan di bahu Anye.

"Siapa?" Kali ini Amanda yang bersuara.

"Anyelir, dia salah satu penulis kesayanganku." Ujar Malfoy memperkenalkan.

Anye mengehela nafasnya sebelum akhirnya ia berbalik tapi masih menunduk.

"Anye sedikit pemalu dan polos. Ia sedikit terkejut dengan adegan 21+ kalian." Kekeh Malfoy yang dihadiahi anggukan Amanda dan tatapan tajam Hardin.

"Anye dia adalan sepupuku, Amanda dan kekasihnya Hardin." Malfoy memperkenalkan keduanya pada Anye.

Anye tersenyum tipis. "Anye." Sapanya seadanya, tidak perduli dengan tatapan Hardin yang tajam seolah ingin menusuknya.

Pelajaran yang Anye dapat hari ini adalah Hardin kembali untuk terus melukainya.

***

Akan lebih bijak jika kau meninggalkan orang yang melukaimu dan berjalan bersama orang yang memberi rasa aman untukmu~

Emotion LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang