28 - Can I....?

14.9K 800 6
                                        

"Kau tidak akan mendapatkan anak dariku." Lanjut Anye.

"Karena kau tidak mau?" Tanya Hardin memotong.

"Bukan." Jawab Anye cepat. Kali ini tatapannya terlihat rapuh tapi bibirnya tersenyum tipis.

"Karena aku tidak bisa mengandung."

-o-

Anye pikir ia akan mendapatkan tatapan cemooh dari Hardin tapi yang ia dapati Hardin hanya memberinya tatapan biasa.

"Kau tidak mau menghinaku?" Tanya Anye menatap Hardin aneh.

Dahi Hardin berkerut. "Haruskah?"

Anye menggelengkan kepalanya. "Lupakan." Jawabnya malas. Ia kemudian bergerak menidurkan tubuhnya, bersiap untuk tidur.

"Hey, kau tidak mau melanjutkan ceritamu?" Ucapan Hardin hanya bergeming di udara. Kesal tidak dijawab Hardin memilih menggoyangkan tubuh Anye. "Anye?!" Panggil Hardin.

Sesaat Anye menghembuskan nafasnya kasar dan berbalik marah. "Sungguh Hardin. Kau harus sadar. Menikahiku tidak memberi manfaat untukmu. Apa kau masih tidak mengerti."

"Siapa yang bilang kau tidak bisa hamil?"

"Itu memang hasil pemeriksaanku. Rahimku terlalu lemah untuk dibuahi dan kupikir ini adalah jawaban karena sejak dulu aku tidak ingin ada anak yang terlahir ke dunia yang kejam ini." Anye tertawa miris.

"Karena itu kau tidak mau menikah?" Tebak Hardin tapi dijawab dengan gelengan kepala Anye.

"Karena aku bukan gadis perawan." Jawab Anye terdengar putus asa. "Mungkin dinegara ini adalah hal biasa. Kau pun mungkin berpikir begitu. Tapi tidak di negara asalku. Kebanyakan gadis asia di tuntut untuk menjaga keperawannya sebagai bentuk kehormatan gadis itu. Mereka yang bukan perawan sebelum menikah biasanya akan diolok atau lebih parahnya pihak keluarga laki-laki akan menolaknya."

Hardin memutar bola matanya. "Kalian para asia terlalu menjujung adat tradisi."

Anye mendelik kesal atas komentar Hardin. "Pria asia jauh lebih baik dari pada dirimu."

"Oh, ya bukankah di negaramu pria gemar berselingkuh?" Ejek Hardin.

"Ya, seperti dirimu." Jawab Anye enteng yang mengundang wajah dingin Hardin.

"Apa itu artinya kau selingkuhanku?" Jawab Hardin.

"Tergantung kau melihatku sebagai apa." Jawaban Anye sukses membuat Hardin sedikit merasa tidak nyaman.

"Kau tidak perlu merasa berdosa. Cukup ceraikan aku dan Kembali pada tunanganmu."

Hardin tertawa sinis. "Teruslah katakan cerai dan kau akan tahu akibatnya."

Anye menoleh. Apa Hardin sedang mengancamnya?

"Tidurlah." Perintah Hardin tapi kali nada suaranya terdengar marah. Kali ini Anye tidak menjawab dan menuruti perintah Hardin. Ia bahkan hanya diam saat pria itu membawanya masuk ke dalam dekapan pria itu.

Harus Anye akui, percakapan singkat mereka tadi membuatnya mengenang masa dimana mereka masih berteman baik. Hanya saja Hardin tetaplah Hardin. Pria dingin yang arogan dan pemaksa.

-o-

Dari kejauhan Anye melihat seorang wanita paruh baya yang terlihat kerepotan dengan belanjaannya. Beberapa kantung belanja di kedua tangannya membuat wanita itu terlihat sangat kewalahan. Jangan berharap Anye akan membantunya karena bagaimana pun dirinya memang bukan orang yang perduli.

Meski sudah bersikap cuek pada akhirinya Anye menghela nafasnya saat salah satu kantung buah wanita itu rusak dan membuat semua buah yang ditampung kantong itu berhamburan di jalan.

Emotion LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang