26 - New day

13.7K 765 21
                                    

Pagi itu keduanya bangun dengan keadaan canggung. Anye maupun Hardin keduanya sudah sama-sama sadar dari tidurnya tapi memilih untuk tetap berpura-pura tidur. Membiarkan diri mereka masih pada posisi saling memeluk. Anye memilih tetap berpura-pura tidur dan membiarkan Hardin bangun lebih dulu bukan tanpa alasan.

Semalam ia tidak bisa menahan sisi emosionalnya. Akibatnya ia menangis dan mengadu pada Hardin. Itu adalah sisi terlemahnya. Anye membenci dirinya sendiri yang dengan gampangnya menjadi terlalu melankolis di depan Hardin.

Hilang sudah sisi angkuhnya.

Memikirkan itu hanya membuatnya merasa kesal dan malu pada dirinya sendiri.

Setelah ini Anye sendiri tidak yakin bisa menatap Hardin mengingat wajahnya yang pastinya masih sembab. Matanya memang sangat mudah sembab meski hanya menangis sebentar, itulah kenapa sesulit apa pun hidupnya Anye akan berusaha tidak menangis. Ia tidak suka orang-orang memandangnya dengan kasihan.

Hardin sendiri masih memilih diam.  Mengingat prilakunya semalam yang berperan seperti suami yang baik benar-benar membuatnya sedikit merasa aneh.

Helaan nafas Anye terasa menggelitik di dadanya. Hardin tersenyum kecil. Ahh, ia nyaman dengan posisi ini.

Sayangnya menyadari Anye yang tidak kunjung bangun. Akhirnya dengan berat hati Hardin memilih bangun lebih dulu.

Hari ini mau tidak mau keduanya harus pulang mengingat pekerjaan Hardin yang lumayan sibuk akhir-akhir ini dan Anye yang sedang mempersiapkan buku barunya.

Setelah Hardin membersihkan diri dan keluar dari kamar, barulah Anye membuka matanya diiringi helaan nafas. Masih dengan perasaan malu ia menenggelamkan wajahnya ke dalam bantal. 'Memalukan.' Pekiknya di kepala.

Setelah menetralkan deru nafasnya beberapa kali barulah Anye dengan cepat beranjak masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan diri.

"Warnanya terlalu cerah." Dengus Anye menatap dress dengan warna biru cerah dengan motif daisy.

Dress ini bukan miliknya. Tepatnya Hardin yang membeli untuknya. Mengingat aksi kabur Anye yang berujung sia-sia, tentu saja ia tidak memiliki persiapan apa-apa. Ponsel maupun dompetnya disita Hardin, mau tidak mau dari kemarin ia hanya menuruti Hardin.

Baru saja Anye menjatuhkan handuknya suara pintu terbuka mengagetkannya.

Hardin disana.

Keduanya terpaku beberapa saat sebelum akhirnya Hardin berdehem sebentar kemudian menutup Pintu kamar itu kembali.

Anye menggigit bibirnya dengan wajah semerah tomat. Ia malu. Barusan Hardin melihatnya telanjang. Anye sendiri sampai lupa berteriak.

Sementara diluar pintu. Hardin menghela nafasnya berulang kali. Matanya mengerjap. Apa itu?

Ini bukan sifatnya. Ia juga sudah biasa melihat wanita tanpa busana, bahkan Amanda pun sudah.

Kalau dipikir juga ini bukan pertama kalinya ia melihat Anye telanjang.

Sial, wajahnya memanas dan ia berdebar hanya karena pemandangan yang menggugah selera.

-o-

Setelah keheningan yang mengisi. Akhirnya mobil hitam itu berhenti tepat di depan rumah milik Anye. Selama di perjalanan keduanya memang memilih diam dan tidak membahas kejadian semalam atau pun pagi tadi.

"Kau sungguh membiarkanku pulang?" Tanya Anye terkejut. Ia sendiri tidak menyangka Hardin akan membiarkannya pulang.

"Memangnya kau pikir aku akan membawamu tinggal bersamaku? Amanda akan curiga jika kita tinggal bersama." Dengus Hardin.

Emotion LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang