2. Ibu tiri

2.9K 238 2
                                    

"Orang kuat berasal dari hati yang lemah namun mengkamuflesakannya dengan baik."

Alina merasakan jantungnya berdetak terlalu cepat. Perasaan kacau, dan nafasnya tak beraturan. Tubuhnya bergetar seperti menahan hantaman batu yang menimpanya. Tangannya beralih menutupi jeritan dan isakan.

Memberikan ekspresi takut dan terkejut. Saat melihat objek yang mengerikan. Seorang wanita yang tergantung di jendela besar, tambang besar melingkari leher jenjangnya.

Dengan langkah cepat dia menghampiri mayat itu. Mengabaikan perasaan takut. Berusaha menggapai ujung pakaian ibunya yang menjuntai. Hatinya sudah meyakini satu hal, bahwa ibunya telah tiada. Tetapi, tetap menyanggah pikiran itu.

"Ibu! Bangunlah! Apa yang kau lakukan?"

Alina menangis meraung-raung. Merasakan tekanan dalam suaranya yang macet. Tangisan yang mengiris hati siapapun.

"Ibu! Berhenti menakutiku!"

Dia sama sekali tidak mengerti, kenapa ibunya melakukan hal ini. Semua ini berawal dari dirinya yang ingin membangunkan ibunya sarapan. Sebab, sudah beberapa hari ini. Dia jarang keluar kamar. Jadi, berinisiatif untuk menjemput wanita itu.

Tetapi, yang dilihatnya sekarang benar-benar mengguncang mental siapapun. Dia berusia 7 tahun. Sudah mengetahui apa itu hidup dan mati. Dan mengetahui niat wanita itu.

"Ibu! Kumohon!"

"Alina! Apa yang terjadi?"

Suara Alex yang tiba-tiba, membuat Alina mengalihkan pandangan. Pria itu awalnya ingin meminta tanda tangan Sandra, namun tidak menyangka akan disuguhkan mayatnya yang tergantung tambang sebelum tujuannya tercapai.

Alina mendekati ayahnya yang berdiri kaku didepan pintu. Seolah baru saja kehilangan kesadaran saat melihat mayat istrinya tergantung indah dengan pakaian serba putih.

"Ayah! Ayo bantu ibu turun! Ibu pasti kesakitan!" Alina menarik lengan ayahnya dengan kasar.

Sementara Alex baru saja kembali ke dunia nyata. Dia berlari seraya berteriak memanggil istrinya. Mencoba melepaskan ikatan tali yang sudah menggental.

Karena kekalutannya yang gila. Dia berusaha melepaskan ikatan itu dengan brutal. Tidak memakai logika dan kesadaran. Sampai kemudian menyadari betapa sia-sia. Dengan cepat dia berlari kearah laci.

Saat matanya menemukan benda yang dicari, langkahnya secepat kijang. menggapai tambang yang mengikat istrinya. Menggunting dengan ganas. Berharap dapat menyelamatkan pujaan hatinya.

Sampai mayat itu luruh didekapannya. Dia memeluk dengan erat. Tangisan tak henti keluar dari sudut matanya. Menggeram, meraung dan berteriak hingga membuat Fania yang sedang sarapan dimeja makan ketakutan. Sementara para koki pribadi mereka merasakan keheranan.

Ketua asisten rumah tangga memeluk Fania yang terkejut. Para maid berlomba-lomba keatas untuk memeriksa sesuatu. Hanya untuk mendapatkan adegan mengerikan dan menyedihkan. Dimana seorang suami yang memeluk istrinya dengan pilu. Serta putri mereka yang terisak disampinya.

____________________________

"Fania, Alina. Sekarang kau akan tinggal disini bersama tante Miah," ucap Alex dengan sumringah.

Tatapan sepasang saudari kembar itu menuju pada wanita cantik dengan perut membuncit. Mereka mengenalnya, tentu saja. Dia adalah teman akrab ibunya -Miah.

"Halo! Tante aku sangat merindukanmu! Kemana saja kau selama ini?"

Fania bertanya riang, dia sudah lama sekali tidak bertemu teman mainnya. Karena dulu, ketika ibunya masih hidup dan sibuk dengan sesuatu. Dia selalu menitipkan mereka pada tante Miah.

"Aku tentu baik, aku juga sangat merindukanmu bawel," Miah mengusap puncak kepala Fania dengan sayang. Tersenyum secerah bunga matahari. Menyejukkan hati sang pemandang.

Berbeda dengan Fania yang diselimuti keceriaan saat melihat Miah. Justru Alina sebaliknya. Dia memandang wanita itu dengan datar.

"Hai Alina, bagaimana kabarmu?" Tanya Miah ketika menyadari kebisuannya.

"Aku baik," singkat, padat dan sangat jelas. Hingga membuat Miah tidak mampu melanjutkan percakapan.

"Baiklah, ayo kita keatas. Melihat-lihat kamar baru kalian!" Seru Alex, memecahkan kecanggungan putri bungsungnya dengan Miah.

Mereka naik keatas tangga, berbicara satu sama lain. Mengabaikan ekspresi Alina dibelakang.

"Sabarlah, kepribadiannya berubah setelah insiden itu," Alex mencoba menenangkan Miah. Dia melihat kekhawatiran dimatanya tatkala memandang Alina.

Sedangkan Miah, hanya mengangguk lesu sebagai jawaban.

TBC

Girl in The Dark (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang