"Cinta adalah tentang suka dan duka. Jika kau hanya terjebak dalam duka. Itu bukan cinta, tapi membodohi diri dalam romansa," ~Alina
"Bukan cinta jika tak merasakan kebodohan." ~Fania
Setiap hal terbentuk dalam ketidaksempurnaan. Diantara kelebihan tentu ada kekurangan. Semua memiliki porsi masing-masing. Justru sebab itulah manusia sanggup berbaur satu sama lain. Melalui perbedaan, mereka menerima kekurangan dan kelebihan. Namun, interpretasi itu seketika lenyap. Tatkala Alina melihat objek didepannya.
Seorang pria mengenakan kemeja hitam dan celana bahan licin sedang duduk angkuh di meja makan. Menghirup kafein hitam tanpa gula seraya membolak-balik lembaran koran berita ekonomi berbahasa inggris. Raut tanpa ekspresi memberi tampilan arogansi yang kentara.
Seolah kedudukannya tertinggi di dunia ini. Mempertahankan prestise lelaki sejati. Adakah yang lebih menggugah dari pria tampan sombong bersama kekayaan melimpah ruah? Pria itu seolah tak memiliki kekurangan bahkan secelahpun. Alina tak bisa menyanggah dan cukup terpesona. Ya! Hanya sedikit terpesona.
"Kenapa kau terus melihatku?"
Jiwa Alina kembali pulang ketika mendengar intonasi berat.
"Aku hanya merasa penampilanmu agak suram," jawabnya datar.
Mendapat kritikan pedas mengenai tampilan, Will agak jengkel. Walau begitu, dia berusaha nampak tak terpengaruh pada keganjilan istrinya. Tidak biasa mendapat respon tanpa perasaan. Membuat kalbunya sedikit tidak nyaman.
"Terserah," ucap Will, setelah lama membisu.
Sementara Alina, berusaha mengurangi kegugupan karena takut ketahuan sedang memperhatikan. Mengalihkan tatapan, lalu melanjutkan suapan.
Suami sialan! Memang aneh kalau istri mengagumi suami sendiri? Dasar tua bangka tidak romantis.
Alina merengut, kekesalan menghampiri. Lagipula untuk apa pria itu ada di rumah ini. Sangat tidak biasa untuk seorang Will Whitson tinggal dirumah sampai pagi, bahkan memakan sarapan bersama.
Bukan tanpa alasan kebimbangan ini menyertai. Melalui informasi yang diperoleh dari bibi Nia. Alina memfilterisasi, bahwa Will jarang kembali ke rumah. Dia akan pulang pada waktu yang diperlukan. Seperti ketika Nick membutuhkannya. Atau ketika membutuhkan kehadiran Fania di pesta bisnis. Bagaimanapun, seluruh dunia sudah mengenal Fania sebagai istri Will Whitson. Tentu menggandeng Fania merupakan akting dihadapan publik maupun keluarga untuk membangun citra sebagai kepala rumah tangga yang baik.
Cihh, menjijikan sekali para orang kaya. Alina mendecih dalam hati serta merasakan simpati untuk kakaknya. Bagaimanapun, dia mengenal Fania melebihi orang lain. Dia adalah sosok lemah lembut. Kebaikan hati menjadi nama belakangnya. Tetapi, siapa yang menyangka akhir hidupnya sangat tragis. Belum lagi, dilanjutkan dengan drama tidak masuk akal ini.
Apakah karakter baik hati membuat Fania berakhir begini. Semua orang menyenangi dan menghormati. Mungkin hal itu yang membangkitkan emosi dan iri hati orang-orang terdekat hingga menghasilkan etikad buruk?
Itulah landasan mengapa hidup harus berjalan dengan seimbang. Tak perlu terlalu baik. Tak boleh terlalu jahat. Cukup menghadapi sesuai objek. Maka hidup akan tenang.
Kemunafikan tercipta karena takut ditinggalkan.
Alina paham itu, tetapi bersosialisasi dengan banyak orang tidak selamanya baik. Ada beberapa hal menakutkan terjadi karena sangat terkenal.
Makanya, hidup tidak boleh selalu bergantung pada orang lain. Adakalanya kita mengandalkan diri sendiri. Tak perlu menunggu orang lain memberikan bantuan. Jika bisa sendiri, why not? Lakukan sendiri!
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl in The Dark (END)
RomanceAlina Alexander menetap di Australia selama13 tahun. Rasa rindunya pada Fania Alexander yang merupakan saudari kembar identiknya membuat dia berencana pulang. Meski diliputi keraguan karena kejadian masalalu, dia tetap meyakinkan diri untuk berdamai...