Firsa menutup mulutnya dengan telapak tangan kanan, memendam suara jeritan. Terkejut sekaligus takut, air mata meluncur bebas, menangis dengan isakan tertahan. Dia melihat tubuh Jim yang tergeletak dibawah dari atap sekolah, darah membasahi pakaian putih Jim sehingga berwarna merah.
Firsa tidak tahu, apakah Jim masih bernafas dibawah sana. Apakah tubuh pria itu mampu bertahan saat jatuh dari ketinggian gedung berlantai 3. Dia berharap ya, sebab Firsa sangat mencintai pria itu. Ingin memeluk tubuhnya yang terluka, menghubungi seseorang agar Jim dapat pertolongan. Namun, gadis dibelakang tubuhnya, menghentikan niat baiknya.
"Aku berharap kau tidak mengatakan ini pada orang lain," suara lembut itu menyegarkan telinga siapapun, tetapi di gendang telinga Firsa, itu adalah suara kematian yang disamarkan.
Firsa menutup mata erat-erat, mengepalkan tangan serta menggertakan giginya. Marah pada kenyataan bahwa dia tak berani melawan gadis itu.
"Pikirkan tentang ibu dan adikmu," lagi, gadis neraka itu mengancam menggunakan keluarganya.
Tekad bulat untuk menolong Jim akhirnya padam, tergantikan kepasrahan dan ketidakberdayaan. Firsa duduk tersimpuh, menangis tanpa suara, rasa penyesalan hadir. Dalam hati, meminta maaf berkali-kali pada Jim, pria yang dia cintai sepenuh hati. sosok yang tak pernah bisa dia miliki, entah di dunia asli atau akhirat nanti.
Kepengecutannya berawal dari sini, dan berlangsung sampai masa kini.
Dia sangat-sangat mencintai Jim, melebihi dirinya, tetapi keluarganya lebih membutuhkannya.
Saking cintanya, dia menjadi sakit jiwa. Bukan karena perasaan tulusnya namun sebab tidak terima kenyataan bahwa dia tak bisa mendapatkan pria itu.
Akhirnya, dia membuat karakter Jim dalam khayalannya sendiri. berhalusinasi, bahwa Jim selalu memeluknya di kegelapan.
Dalam ilusinya, Jim mengenakan kaus putih dengan kemeja panel yang sengaja tak dikancingi.
Hanya dengan pemikiran tidak masuk akal ini, dia dapat mengutarakan cintanya pada pria itu.
Mengutarakan cinta dalam gelap.
____________________________
Sudah jam 12 malam, tetapi mata Will masih berkilau, tidak ada tanda-tanda ingin melelapkan diri. Dia sedang duduk disisi ranjang, memperhatikan seorang gadis bergaun tidur merah tanpa lengan, menampilkan dada mulus tanpa noda. Wajah mempesona ini menarik perhatian kaum Adam saat terpejam, semakin cantik ketika terbangun.
Dari semua wanita yang dia temui, Will menyadari, mereka semua dibawah standarisasi. Karena gadis paling sempurna secara fisik sebenarnya adalah istrinya, yang selalu dia abaikan.
Will memperhatikan tubuh Alina yang tertutup selimut tebal. ini merupakan kecantikan putri tidur. Bahkan saat Alina mengernyitkan dahi karena mimpinya, kharismanya menyaingi Cleopatra, wanita tercantik di Mesir.
Ini berlebihan, tetapi kenyataan.
Will mengusap lembut pipi tirus Alina, menaikkan selimut ke lehernya. mengurangi udara dingin dimalam hari yang dapat menembus epidermis kulit. Lalu meletakkan punggung tangan didahi gadis itu, mengecek apakah demamnya sudah turun atau bertambah parah. Namun, syukurlah, keadaan tubuhnya mulai membaik.
Jam terus berotasi, dan Will masih terjaga, tak bosan-bosan menatap wajah Alina. diam-diam mengagumi hasil tangan Tuhan.
Gadis itu terlelap, terlihat sangat lelah sekali, seperti tidak pernah beristirahat sejenak saja. Will penasaran, apa saja yang istrinya lakukan ketika dia bekerja. Apakah mengunjungi salon kecantikan, atau tempat spa, apakah dia berbelanja banyak barang menggunakan kartu yang dia berikan? Will berharap itu terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl in The Dark (END)
RomanceAlina Alexander menetap di Australia selama13 tahun. Rasa rindunya pada Fania Alexander yang merupakan saudari kembar identiknya membuat dia berencana pulang. Meski diliputi keraguan karena kejadian masalalu, dia tetap meyakinkan diri untuk berdamai...