22. Perdebatan di meja makan

1.7K 166 0
                                    


Mencintai selalu memiliki dua opsi,

Jika kau menggenggamnya terlalu erat, maka dia akan mati

Jika kau menggenggamnya terlalu longgar, maka dia akan lari

Ada beberapa hal yang jarang sekali Alina lakukan, salah satunya adalah makan malam keluarga. Lebih dari 12 tahun dia melewati hari sendiri, berambisi mengejar gelar sampai melupakan bagaimana rasanya berkumpul dengan keluarga, membicarakan banyak hal dan bercanda ria. Sudah bertahun-tahun Alina kesepian, tanpa disadari, dia mulai terbiasa sendirian.

Setelah sekian lama, akhirnya dia melakukan tradisi itu, lewat perannya sebagai menantu Whitson.

Haruskah dia menyebutnya keberuntungan?

Ataukah awal dari permasalahan dalam dirinya, sebab entah mengapa, dia mulai mendalami peran ini. Betah pada kehidupan Fania yang penuh warna dan masalah, tidak seperti dirinya, selalu bersahabat dengan jalan sepi tanpa tikungan.

Sejak muda, bahkan sampai hari ini, Alina selalu iri pada Fania dalam berbagai aspek. Fania memiliki semua hal yang Alina inginkan, lingkaran pertemanan, masa kecil dan pendapat semua orang terhadap gadis itu. Sedangkan dia, selalu dijuluki gadis dingin tanpa perasaaan. Semua orang memandangnya canggung, sementara tatapan kagum ditunjukkan pada Fania.

Gadis membosankan, itu nama belakangnya.

Fania memiliki seorang suami yang kaya raya dan tampan, serta putra yang lucu dan menggemaskan.

Fania memiliki banyak uang sebab menjadi menantu Whitson,

Fania tak perlu gelar dokter untuk mendapatkan penghormatan.

Fania tak perlu bekerja siang dan malam serta dibebani oleh kematian Sandra.

Fania tak perlu bangun ditengah malam karena mimpi buruk.

Mereka memiliki fisik yang sama, keluar dari rahim yang sama, server benih mereka tak berbeda, tetapi kehidupan serta karakteristik mereka jauh sekali, bagaikan air tawar dan air laut. Di permukaan terlihat persis sama-sama air, namun memiliki kandungan yang berbeda dan menyimpan kehidupan yang berbeda.

Kegelapan selalu menghantui Alina dimanapun dia berada, sampai bayangan dirinya sendiri pun tak sudi menemani.

Dibeberapa kesempatan, terkadang Alina melamun, berharap suatu hari nanti, akan ada seseorang yang menariknya dari kegelapan, lalu merayu bayangannya untuk tetap berada di belakangnya.

Jika tak berhasil, maka orang itulah yang harus menuntun Alina keluar dari terowongan gelap ini, memegang tangannya dimasa-masa tersulit maupun termudah.

Ya, harapan konyol, pikirnya.

Namun, kejadian Will membangunkan Alina ditengah-tengah mimpi buruknya. Tentang bagaimana pria itu menenangkan serta mengusap sayang pipinya, Selalu melekat di hatinya. Tatapan sedalam lautan serta suara semerdu kicauan burung dihutan belantara, memberikan Alina perasaan terselamatkan dari bahaya yang mengancam jiwa.

Dia berpikir aneh,

Mungkinkah, orang yang akan menuntun, menemani, mencintai, menghargai, selalu tepat disampingnya, adalah Will Whitson?

Orang itu, yang dia maksud akan datang suatu hari, bisakah itu Will Whitson?

Suami dari Fania? Kakaknya?

Alina tahu, dia bodoh dan idiot, sebab memiliki ketertarikan entah secara visual atau seksual pada Will. Tetapi, dia gadis normal, disuguhkan barang sebagus Will Whitson, siapa yang tak terpancing?

Aku munafik, gumamnya ditengah kebimbangan hatinya.

Dia sudah berjanji untuk tidak jatuh dalam pesona Will, tetapi Tuhan mampu membalikkan perasaannya dalam satu kejadian. Apakah ini konpensasi dari keangkuhannya?

Girl in The Dark (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang