7. Will Whitson

2.5K 228 9
                                    

"Jika kau mencintai seseorang. Kau tak perlu melakukan banyak hal. Hanya tetap disisi terburuknya. Bereksistensi pada saat yang paling dibutuhkan,"

"Perasaan cinta akan hadir ketika terbiasa."

Dunia ini penuh dengan kejanggalan. Banyak hal unik terjadi. Bahkan tidak sesuai dengan aturan pusat saraf manusia. Ambiguitas dan non logis. Tetapi, semua keanehan memiliki alasan dan bukti mengapa itu semua bisa terjadi.

Semua hakikatnya dapat diterangkan dengan ilmiah. Salah satunya, adalah mengapa bumi dan seluruh alam semesta ini tercipta. Alasan kenapa pohon kelapa disebut "1000 guna". Atau bagaimana kaktus dapat bertahan ditanah yang kering dan tandus.

Diantara eksplanasi-eksplanasi itu, semua mengandung argumen yang tak mampu dibantah serta masuk akal. Namun, mengenai romansa, Alina cukup skeptis. Misalnya, adalah mengapa Fania bertahan pada keluarga yang tak memandangnya dengan hormat. Tidak peduli kehadirannya. Untuk apa mempertahankan rumah tangga tanpa kasih?

Semua orang dapat menjawabnya. Alasannya karena "cinta". Satu kata beribu makna tanpa dasar. Alina selalu mencari tahu dalam kamus besar berbagai bahasa tentang apa arti dari kata tersebut. Tidak lebih, semua buku hanya dapat mengartikan tanpa kejelasan yang pasti. Dan kenapa perasaan itu dapat tercipta.

"Perasaan kasih sayang karena nafsu birahi. Atau keinginan untuk memiliki?"

Acap kali Alina beropini jika orang yang jatuh cinta menjadi bodoh. Membuang otak mereka demi perasaan tidak jelas. Atau melakukan hal merugi hanya untuk membuktikan rasa cinta. Buat apa? Apakah mencintai harus seidiot itu? Menyakiti dan kehilangan diri sendiri? Entah, hipotesis ini sangat aneh.

Dia mengktitik hidup Fania, ketika melihat pemandangan didepannya. Semua pelayan berjejer, menyambut kedatangannya dengan hormat dan bahagia. Seolah menunggu moment ini.

Dari semua mata yang menanti. Hanya orang asing yang peduli. Tidak ada suami maupun putra tiri yang dicintai. Sebegitu tidak penting Fania untuk mereka.

Tapi, Alina menghargai para pelayan. Melangkah anggun dan mengukir garis tipis, sangat tipis. Hingga sulit mendeteksi apakah itu senyuman atau sedikit pergerakan tanpa makna. Semua pelayan merasa kosong, tidak tahu harus bersikap seperti apa saat menangkap respon majikannya yang datar tak seperti biasa.

Mengabaikan raut mereka, Alina menaiki tangga dibantu Bibi Nia. Memasuki ruangan asing bernuansa coklat. Dekorasinya rapih dan elegant. Tak ada banyak barang, namun suasana terasa penuh. Dilengkapi dengan rak-rak buku bergenre romansa. Fiksi remaja yang diminati Fania. Sesuatu yang menjijikan untuknya.

"Nyonya, aku akan menyiapkan makan malam,"

"Tak perlu bi, aku hanya ingin istirahat saja,"

Alina menolak, dia butuh kesendirian untuk memikirkan dan menyusun strategi kehidupan barunya.

Bibi Nia tidak tahu harus bagaimana. Sejak koma selama 1 minggu, Fania berubah 180 drajat. Dia mencoba memahami, mengerakkan kepala setuju.

"Baik, istirahatlah yang banyak. Agar cepat segar."

Setelahnya, wanita itu keluar dengan keengganan. Tak lupa menutup pintu kamar kembali.

Memperhatikan seluruh desain, Alina menghela nafas berat.

____________________________

"Apakah sulit untuk dipahami?"

"Alasan aku mencitainya adalah karena itu dia. Bukan yang lain," ~Fania

Langit malam seperti biasa. Gelap namun diterangi cahaya bulan. Awan tidak bergumul menutupi bintang. Indah saat netra memandang.

Jam dinding merujuk angka 02:56 pagi. Tapi kesadaran Alina tetap terjaga. Tidak memperhatikan keindahan malam diluar. Dia terduduk di kasur lembut. Memperhatikan benda-benda yang sudah rusak secara ekstrinsik.

Girl in The Dark (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang