Tuhan hanya mengakhiri kisah kami, bukan cinta kami.
Three years later
Tiga puluh enam bulan terasa seperti tiga abad untuk Will Whitson, dia telah melalui hari-harinya dengan tanda Tanya besar diatas kepala, rumit dan tak terkendali. Ada saat-saat dimana dia terbangun ditengah malam dengan sorot mata penuh kefrustasian, juga kemarahan tentang potongan-potongan memori tak berkesudahan. Ingatan itu bergulir beberapa detik, lalu menghilang pada detik selanjutnya. Namun, dari semua potongan klise itu, terdapat satu wajah asing yang memenuhi ingatannya, oh tidak, sebenarnya dia merasa familiar dengan wajah gadis itu, namun tidak bisa disebut akrab juga. sulit mengartikan perasaannya.
Dia menjalani harinya Sembilan puluh persen di tempat kerja, sisanya berusaha menguak informasi "dua tahun". Walau seluruh keluarga meyakinkan kalau dia koma selama massa itu, dia tetap yakin ada sesuatu yang terlewatkan, entah apa?
Mungkin karena Tuhan melihat kerja kerasnya, Dia segera memberikan secercah cahaya untuk melanjutkan investigasinya. Suatu waktu, Nick Whitson yang selalu mengurung diri dikamar, tiba-tiba mengajaknya makan bersama diluar, pria berusia sebelas tahun itu dengan dingin menyampaikan keinginannya lewat Samir.
"Ayah, bukankah aku sudah agak dewasa?" anak itu bertanya, fokusnya tertuang pada jendela yang menangkap siluet pejalan kaki disiang hari. Restaurant ini khusus untuk para pekerja kantoran, Will sengaja menempatkan mereka disini, karena jarak sekolah dan kantor berdekatan dengan tempat ini.
Sambil menunggu makanan sampai, mereka berbincang-bincang. Sejujurnya, hanya Will yang mencoba berbicara dengan putra semata wayangnya. Maka dari itu, dia agak kaget saat melihat Nick mengambil kesempatan untuk memulai pembicaraan.
"Ya, kau tumbuh dengan baik," Will menjawab kaku.
Nick menunduk, perhatiannya kini berubah pada Nama Tag di dadanya, dia masih menggunakan pakaian sekolahnya. Lalu dia mendongak dan berkata, "aku akan tumbuh lebih baik jika dia berada disampingku hingga kini."
Will mendadak melipat dahi, "apa maksudmu?"
Beberapa bulan setelah ayahnya sadar dari koma, kakek dan nenek serta kakek buyutnya, menekan dia untuk tutup mulut tentang ibu tirinya. Mereka membuat alasan menyedihkan dihadapan bocah laki-laki berusia delapan tahun. ketika itu, Nick berada dalam kondisi kebingungan, apalagi waktu mereka mengatakan keadaan Will semakin terluka parah jika mendengar nama ibu tirinya disebutkan.
"Ayahmu menderita penyakit yang tak bisa dijelaskan, namun yang pasti, dia tidak mengingat apapun mengenai ibu tirimu. Jika kita memberitahu dan memaksanya untuk mengingat, maka akan memperparah keadannya. Saat kamu dewasa, kamu akan mengerti."
Selalu seperti itu, semua orang memotong penjelasan hanya karena dirinya belum cukup umur. mereka menuntutnya agar memahami dan menerima berbagai situasi, hal tersebut membuat hatinya meronta-ronta. Adakah seseorang yang mementingkan perasaannya? ya hanya ibunya, ibu tirinya. Wanita yang dia pikir adalah Fania Whitson. bahkan setelah kematian, Alina Alexander tidak pernah mampir dalam kenangan Nick Whitson.
"Kau melupakannya terlalu lama, sementara aku sangat merindukannya," Nick menunduk, lalu menatap Will dengan ekspresi mendung. Dia menunggu hari ketika Will akan pulih dan mencari tahu kabar ibu tirinya. Tetapi ingatan pria itu seperti tenggelam dalam gunung merapi, dimana semua tentang wanita itu terbakar oleh lava. Apa yang ayahnya lakukan selama ini? tidak adakah hal aneh yang menganggunya sejak bangun dari koma? dia menahan agar tidak membocorkan segalanya, namun setiap detik terasa seperti tetesan air keras, melukainya berkali-kali. Dia meyakinkan diri dan melakukan berbagai kegiatan untuk melupakan kenangan tentang ibu sambungnya. Tetapi itu semua seperti memaksa seorang dokter Kardiotoraks mengoperasi pasien gagal jantung. Ya, tidak akan ada hasil yang baik, karena setelah itu, dia uring-uringan sebab kerinduan yang menghimpit dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl in The Dark (END)
RomanceAlina Alexander menetap di Australia selama13 tahun. Rasa rindunya pada Fania Alexander yang merupakan saudari kembar identiknya membuat dia berencana pulang. Meski diliputi keraguan karena kejadian masalalu, dia tetap meyakinkan diri untuk berdamai...