Untuk kedua kali, awal kisah dimulai ketika seorang gadis bergaun tidur cotton hitam memandang hamparan laut. Menyaksikan ombak berlomba-lomba membasahi pasir, membawa beberapa jenis mollusca ke daratan. Udara disore hari selalu menyenangkan, langit biru kekuningan menjadi pemandangan yang rugi jika dilewatkan.
Walau ketenangan menggerayangi netranya, namun ribuan kerisauan tersimpan di hatinya. Deruan oksigen menyeret jiwanya kembali ke masa lampau. Alasan mengapa mimpi buruk terus berdatangan.
"Aku menyukainya," Firsa mengakui dengan malu-malu. Pasalnya, ini pertama kali dia jatuh cinta pada lawan jenis.
Fania menahan tawa geli, tidak tahu harus senang atau miris. Melihat sahabat dekatnya, akhirnya menemukan cinta.
"Hei, jangan mentertawakanku seperti itu," Firsa menutup wajah cantiknya menggunakan kedua telapak tangan. Ini memalukan! Dia bahkan belum mengakui perasaannya pada pria itu, tetapi sudah merasakan kegugupan.
"Aku tak bermaksud meledekmu_" Fania melanjutkan tawa, "Aku hanya_ sedikit terkejut sih, sebab tidak menyangka kau menyukai pria cupu seperti Jim Rhudnere."
Kutu buku! Seperti itulah semua orang menyebut Jim Rhudnere. Pria itu tampan, pintar dan disukai para dosen. Hanya satu kekurangannya, dia si tampan yang kikuk, tidak berwibawa dan lembek. Hanya sekali gertakan, pasti sudah meleleh tak berbentuk.
Meskipun begitu, semua warga kampus mengenal pria itu, karena dia merupakan kebanggaan pengajar.
"Tapi dia tampan kok," nada pembelaan jelas ditunjukan, Firsa cemberut. Tidak suka jika ada seseorang yang mencemooh pria impiannya.
"Hei, tampan saja tak cukup," Fania memegang pundak Firsa, "Pria berwibawa dan pemberani selalu menjadi incaran setiap wanita, karena karakter itu akan menentukan masa depan," Fania mulai menceramahi Firsa dengan lembut.
"Aku menyukai dia karena itu Jim Rhudnere, bukan yang lain. Tidak peduli seberapa bodoh tampangnya, senorak apa penampilannya, rasa suka ku tak berubah," ucapan Firsa penuh keseriusan serta keyakinan.
Perasaan sederhana dari seorang gadis polos selalu menyentuh kalbu, tetapi siapa yang tahu, bahwa keberuntungan tak berpihak pada gadis itu.
Benar, gadis itu, yang pada masa sekarang sedang memandang kosong ke lautan, tempat Poseidon melaksanakan kepemimpinan.
Si gadis penyuka gaun tidur hitam.
____________________________
"Jika kau tak menepati janji, kupastikan video ini tersebar ke seluruh dunia. Tak akan kubirkan sepasang kuping pun melewati berita ini,"
Kalimat Mike yang mengandung ancaman menjadi sumber ketakutan Alina. selama ini, dia tak pernah merasa terpojok oleh kehadiran siapapun. Sebab, hidupnya bebas dari problematika yang mengancurkan masa depan.
Dia adalah seorang dokter, bekerja dengan mendiagnosa penyakit lalu membuat keputusan untuk tahap pengobatan. Selalu menjadi orang yang didengarkan, dikagumi serta mendebat setiap senior dan junior di ruang rapat rumah sakit. Tetapi sekarang? pilihan tak didapatkan, kecuali mendatangi tempat yang sudah Mike putuskan.
Bodoh? Ceroboh? Tentu, Alina tak menolak hinaan itu.
Sebab memang itulah kebenarannya. Jika gadis lain, pasti sudah ngibrit ketakutan ketika bertemu Mike.
Tetapi hei! Siapa bilang dia tidak takut, bagaimanapun Alina adalah gadis normal.
Jika dia memiliki nyali besar, tak mungkin Alina membeli barang-barang ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl in The Dark (END)
RomanceAlina Alexander menetap di Australia selama13 tahun. Rasa rindunya pada Fania Alexander yang merupakan saudari kembar identiknya membuat dia berencana pulang. Meski diliputi keraguan karena kejadian masalalu, dia tetap meyakinkan diri untuk berdamai...