Kamu tidak sekecil itu!
Kamu berharga!Mungkin bukan untukmu, melainkan orang-orang disekitar mu.
Kadang kala, kita diciptakan untuk menjadi bagian cerita orang lain atau sebaliknya.
Kamu adalah protagonis dan tritagonis. Peran utama dalam kisahmu, serta peran ketiga dalam perjalanan hidup orang lain.
Saya ulangi, kamu berharga!
Pintu kokoh berwarna abu-abu itu terbuka keras, jelas sekali Sarah Amberilla mengumpulkan tenaganya untuk bisa menghasilkan dentuman yang mengejutkan Mark Amberilla. Ruang kerja dibaluti cat emas serta kaca-kaca transfaran tak tembus pandang hanya terdapat sang empu didalamnya, tetapi saat ini, Sarah bahkan tidak peduli meski kolega pria itu hadir jua. Mungkin ini menjadi pertunjukkan bagus untuk membuat Mark tertekan karena rasa malu.
Dia menghampiri ayahnya dengan urat-urat kemarahan serta ketakutan. Tidak menerima tindakan pria itu menyembunyikan keberadaan Eliz Amberilla. Sejak lahir, kakaknya selalu berada dalam jangkauan, ketika menyadari ketidakhadiran gadis itu, kekalutan memecahkan emosionalnya berkeping-keping.
Sarah melempar pajangan kesayangan Mark, benda mahal berjuta-juta itu sudah tak bernilai, sebab yang paling berharga dalam hidupnya adalah saudarinya. namun lain halnya dengan Mark, melihat karya seni yang dibeli dari pelelangan dengan bandrol selangit, ledakan amarah menguasai.
“Dimana sopan santunmu!” Mark tidak bangkit dari kursi kerja, tetapi genangan ketidakpuasan dimatanya masih nampak jelas.
“Kesopanan? Apa kau pernah mengajarkanku bagaimana bersikap sopan!” Sarah mengambil laptop tipis pria itu lalu membanting tanpa pertimbangan. “Setelah semua hal keterlaluan yang kau lakukan, menyembunyikan kakak bukan lagi perlakuan yang bisa ku toleransikan!”
“Katakan padaku dimana kau membuangnya!” teriakan Sarah mengejutkan jantung pria itu, dia terlalu kaget sampai tidak sadar jika beberapa karyawan menguping perdebatan mereka.
“Kau kehilangan Kendali hanya karena anak cacat itu! kalian seperti najis tidak berguna!” Satu-satunya hal paling Mark sesali adalah menikah dan mempunyai anak yang tidak bisa diandalkan. Jika seperti ini, maka perusahaannya akan bangkrut tanpa pewaris saham. dia tentu tidak akan menikah lagi, trauma pada cinta. Dia hanya bisa berdoa semoga diberi umur panjang agar bisa meneruskan kerja kerasnya selama bertahun-tahun.
“Bagaimana kau bisa berkata seperti itu pada putrimu! Apa kau tidak punya perasaan? Demi Tuhan ayah, meskipun kau membenci ibu, kau tidak berhak memperlakukan kami seperti ini. bagaimanapun aku dan kak Eliz adalah putri kandungmu,” hati Sarah bedenyut nyeri.
“Aku selalu membenci apapun yang terkait dengan wanita itu, termasuk kalian,” nada Mark tidak bergelombang sedikitpun, tak goyah seolah-olah kehilangan kedua putrinya sama sekali bukan ketakutan terbesarnya saat ini.
“Aku tidak peduli pada kebencianmu, aku hanya ingin menemui kakak! Dimana dia!” tutut Sarah.
Mark tidak berbicara satu katapun, sengaja menutup rapat-rapat bibirnya atau dia malas meladeni gadis itu.
“Kenapa? kenapa kau menyembunyikannya?” Sarah bertanya pelan.
Mendengar pertanyaan sendu putrinya, dia terenyuh sebentar. Kenapa? kenapa dia nekat memasukkan Eliz ke rumah sakit jiwa, Hanya karena anak itu menyanyikan lagu ciptaan mendiang istrinya, Mengingatkan dia pada wanita jahanam itu? Apakah karena menyadari bahwa rasa cintanya pada istrinya tak pernah hilang selama ini meski dicurangi? Atau merasa marah sebab tidak bisa menghapus perasaannya? Dia tidak yakin.
“Aku sudah muak hidup dalam neraka ini! jika penyesalanmu adalah memiliki anak seperti kami. maka penyesalan terbesar kami adalah terlahir ke dunia ini!” Sarah tersedu-sedu, baru kali ini dia menampilkan kekacauannya sehingga perasaan bersalah mengalir di dada pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl in The Dark (END)
RomanceAlina Alexander menetap di Australia selama13 tahun. Rasa rindunya pada Fania Alexander yang merupakan saudari kembar identiknya membuat dia berencana pulang. Meski diliputi keraguan karena kejadian masalalu, dia tetap meyakinkan diri untuk berdamai...