6. Teratai murni

2.6K 243 4
                                    

"Aku melihat kepedulian di mata mereka. Membuatku berpikir tidak ada yang salah dengan hidup Fania, kecuali rumah tangganya,"

"Apa serangga itu bersembunyi diantara bunga teratai putih?"

"Bagaimana keadaanmu?"

"Apa masih terasa sakit?"

"Kepalamu terluka, apa kau merasa pusing?"

"Aku memasak bubur untukmu,"

Alina ditembaki berbagai pertanyaan. Hingga bingung memilah jawaban. Dia butuh keheningan, kehadiran Alex dan ibu tirinya -Miah, sangat menyebalkan.

"Ibu, jangan membuat Kak Fania tambah sakit," Angella bersandar di pintu, ucapannya menghentikan antusiasme Miah.

"Diamlah, kau yang membuat kepalaku pusing. Pulanglah kerumah! Sekarang aku yang bergantian menjaga Fania," Miah melototi Angella, tak lupa membongkar susunan tupperware yang dibawanya dari rumah.

"Aku penasaran, kenapa kau sangat menyayangi Kakak. Aku merasa kau pilihkasih!"

Gadis itu mendecih malas, raut cuka terlihat jelas.

"Berhenti cemburu! Cepat pulang!" Usir Miah, seraya mendukung Fania duduk diranjang.

Angella mempertahankan wajahnya, pergi dengan hati dongkol.

"Biarkan dia, nanti juga baik sendiri."

Kalimat Alex mengalihkan perhatian Alina dari kepergian Angella. Memfokuskan kondisi fisik ayahnya yang semakin terkikis waktu.

Dulu pria itu tampan dan berkharisma, tapi sekarang semua telah berubah. Tubuh kekar tergantikan dengan perut buncit. Rambut hitam legamnya berubah memutih. Kerutan menjadi bukti bumi berotasi dengan benar.

"Buka mulutmu!"

Sepontan Alina melebarkan bibirnya, ketika disodorkan sendok berisi nasi halus oleh Miah.

"Bagus, kau harus makan banyak agar sembuh,"

Miah terus menyuapi Alina berulang kali. Menyumpalnya dengan suapan tak terkira. Alina kelabakan dalam menerima jumlah besar. Dia tersedak, memukul dada secara cepat. Berharap asupan yang menyumbat segera meluncur turun.

"Astaga, sayang ambilkan air!"

Teriakan Miah mengejutkan Alex. Dengan segera memberikan segelas air pada istrinya.

Miah membantu Fania meneguk air. Setelahnya mengembalikan gelas kosong pada Alex.

"Makan nya pelan-pelan saja!" ucap Miah mengingatkan.

Alina menampilkan raut datar. Sudah jelas siapa yang menekannya untuk terus makan. Tapi siapa juga yang menyuruhnya berhati-hati. Miah seperti seorang Ibu kebanyakan. Khawatir berlebihan namun ceroboh. Saat kesalahan terungkap, dia menyalahkan orang lain.

"Aku sudah kenyang,"

Alina menolak suapan Miah. Menggeleng dengan kondisi pucatnya.

"Baiklah, ini yang terakhir," bujuk Miah.

Tatapan Alina tertuju pada wanita itu. Dengan berat hati, dia menerima. Lalu mengunyah perlahan.

Dia meneliti penampilan Miah, merasa tidak ada banyak perubahan. Wanita itu masih tetap cantik dan segar. Dibandingkan Ibu kandungnya, Alina menyadari. Dalam standar kecantikan, Miah mengalahi Sandra.

Usia Miah dengan Alex terpaut jauh. Ketika mereka bergandeng tangan, maka yang tampak hanyalah sepasang ayah dan anak.

Sementara jika beriringan dengannya, Miah akan terlihat seperti seorang Kakak perempuan.

Girl in The Dark (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang