12. Tuxido Maroon

2.2K 198 2
                                    

'Aku benci pesta!' Alina menggerutu, namun tidak mengutarakan secara jelas.

Dia membaca satu-persatu huruf yang tertera pada kertas mewah mengkilap ditangannya. Acara pesta ulang tahun pernikahan Andreas Lim dan Putri Calista, pria ini adalah pengusaha batu bara tersohor di Eropa. Keluarga Lim mengundang tamu-tamu penting dari berbagai negara, salah satunya adalah Will Whitson.

"Kau harus menemaniku," Will memberikan pernyataan, tidak mengharapkan penolakan.

Keinginan untuk mengutarakan ketidaksetujuan menyeruak, namun apa kualifikasinya? Selain mengangguk dan mengiyakan perintah sang raja dari istana bisnis.

Meskipun terlahir sebagai anak orang berada, Alina tidak memiliki minat dengan cara hidup orang kaya. Apalagi mengikuti organisasi sosialita. Berkumpul bersama, memamerkan harta dan kecantikan. Menurutnya, itu tidak berguna dan norak.

'Harta dan kecantikan berada diurutan kedua setelah potensi,'

Will duduk diseberangnya, menyebarkan aura kepemimpinan, membekukan suasana.

"Aku ingin kau mengenakan ini," pria itu menyodorkan sebuah kotak hitam berpita, dengan tenang membakar rokok, memainkan asap melalui bibir tebalnya. Menginput asap dan mengoutputnya dengan lihai, namun untuk pertama kali, Alina merasa terpikat oleh pergerakan sederhana.

"Apa ini?" tanya Alina, menghalau imajinasi liarnya.

"Bukalah," Will membiarkan bola mata hitamnya mengikuti pergerakan Alina.

Sementara Alina sudah menerka, memangnya apalagi yang akan diberikan untuk pesta selain gaun dan satu set perhiasan mewah?

Tetapi sesuatu yang tak terpikirkan adalah, barang-barang dihadapannya bermerk. dia tidak begitu memahami tentang fashion, namun Dior merupakan brand terkenal. gadis mana yang tak mengetahuinya? aku tidak sekampungan itu!

Dan hal yang tidak diketahui Alina adalah, bahwa gaun dan perhiasan itu, khusus dibuatkan untuknya. Hanya satu di dunia, terbatas.

***
"Aku selalu suka keindahan, dan mencintaimu adalah keputusan terindah dalam hidupku." ~Jim Rhudnere

Selain tidak menyukai pesta, Alina benci berkumpul, nongkrong-nongkrong tidak jelas. Tetapi hari ini, dia terpaksa mengikuti rencana ketiga sahabatnya, oh bukan! Mereka adalah sahabat baik Fania. Yaitu Sarah, Firsa dan Maria.

Untuk menggali informasi lebih dalam, dia harus hadir diantara mereka. 'Mungkin ada petunjuk,' pikirnya.

Bersiap diri, menggunakan dress hitam selutut, dilengkapi tas tangan mungil. High hils putih membuat tubuh langsingnya semakin tinggi. Surai nya dibiarkan tergerai, terlihat halus dan lembut.

Semuanya telah siap, tinggal memasuki mobil dan membiarkan Jhon menyetir untuknya.

***
"Cinta tidah harus memiliki. Namun, katakan padaku, siapa yang tidak ingin memiliki cintanya?"

Alina memandang restoran bintang lima didepannya. Dia membuka pintu mobil usai mensugesti diri agar terlihat tenang dan elegan. Melangkah anggun, tidak terganggu dengan panasnya sinar matahari.

Ketika memasuki pintu restoran, dia memberitahu ruangan pribadi atas nama Maria Stinly, memang gadis itulah yang merencanakan pertemuan ini.

"Selamat datang Ny.Whitson," sapa pelayan wanita, saat bertemu pandang dengannya.

Wanita itu menunjukkan jalan dan mengantarnya ke ruangan nomor 128. Diantar seperti ini agak membuat Alina merasa berbeda dari konsumen lain. Melihat perlakuan khusus yang mereka berikan, dia yakin jika Fania dan kawan-kawan menjadikan restoran ini sebagai tempat favorit.

Girl in The Dark (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang