28. Tidak ada yang mengetahui kecuali sang pembunuh

1.6K 148 8
                                    


Firsa letih, dia mengeluarkan seluruh tenaganya untuk membopong tubuh berisi Jim Rhudnere. Tungkai mudanya terhuyung-huyung, efeksitas dari tatapan membunuh Maria Stinly yang membakar punggungnya. Wanita itu bagaikan ratu kejam Elizabeth Bathory dari Hongaria, manis namun mengerikan.

Terlahir dari kelas bawah, Firsa mengerti kapan harus kuat dan pengorban apa yang mesti dilakukan. Dia terbiasa menopang beban, ibu yang sakit-sakitan, adik kecil yang harus dibesarkan dan sekolahkan, serta menjadi tulang punggung keluarga, menjadikannya pantang menyerah, walau kakinya harus berdiri diatas barah, gunjingan dan hinaan yang seperti timpukan meteorid, atau bersujud dibawah kaki manusia yang memiliki otoritas tertinggi di seluruh galaksi, dia bersedia melewati itu semua dengan rasa hina, semua baik-baik saja, asal bisa menghidupi keluarganya.

Dia rela menjadi anjing agar bisa diberi makan, ikhlas menjadi babi untuk raja yang merentangkan kaki diatas punggungnya.

Dia rendah, menyedihkan, dan menjijikan. Namun demi hidup lebih baik, dia bersedia.

Hari ini, diatas pundaknya, seorang pria yang dia cintai mati digenggaman manusia yang paling dia hormati dan takuti.

Firsa menengok kekanan, menemukan wajah lembut dan damai Jim Rhudnere terkulai dipundaknya, tangisan keputusasaan berlomba-lomba mengukir jalur di pipi. Sesedih apapun dirinya, tak bisa membuat keadaan berbalik menjadi lebih baik.

“Aku sangat mencintainya,” Firsa bergumam pelan.

Dan siapa yang peduli pada perasaannya?

Jelas sekali dia masih si pengecut, tidak bisa bertindak apapun.

Mereka memiliki karakter yang sama, pasangan yang cocok.

Sebelum Firsa membuang mayat Jim Rhudnere, tanpa sengaja jemarinya menyentuh sesuatu berbentuk persegi dari saku pria itu.

Sedangkan, gadis menyeramkan dibelakangnya tidak menyadari gerakan Firsa mengeluarkan benda itu.

____________________________

Tengah malam selalu pas untuk melakukan ritual murtad atau pergulatan panas untuk mencapai tahap kenikmatan. Hening dan tak ada gangguan apapun, hanya terdapat lenguhan penuh keenakan serta irama kocokan alat vital yang beradu menjadi satu dan bergerak naik turun, atau maju mundur.

Namun lain dengan pasangan ini, mereka sesama wanita. Tetapi melakukan sentuhan-sentuhan membangkitkan nafsu. Meskipun payudara keduanya menyatu, tak ada kerisihan sedikitpun,  Seolah menambah rangsangan mereka untuk melakukan tindakan-tindakan gila yang tidak masuk akal.

Oh ayolah, percintaan homoseksual mana yang terlihat normal?

“Sudah cukup untuk malam ini,” itu suara yang penuh kelelahan.

“Baiklah, istirahatlah sayang,” Maria mencium gadis itu dengan intens, lalu melepaskan, perlahan duduk disisinya dan menyelimutinya.

“Malam yang indah,” gadis itu memejamkan mata dan membukanya lagi.

“Saat melakukan hal ini denganmu, aku selalu merasa lebih baik,” Maria menyenderkan kepalanya pada gadis itu.

“Benarkah? Bukan karena aku mirip dengan sahabatmu?” dia terkekeh sebentar.

Maria diam-diam menyetujui dan tidak menyanggah, “aku semakin merindukannya?”

Ketika kau mencintai seseorang, namun tidak bisa memiliki serta tak mampu mengungkapkannya, seperti terdapat bongkahan besar menghimpit dadamu. Jika mengutarakannya maka bongkahan itu akan menekanmu lebih keras, sebab cinta ini jelas tidak pantas.

Girl in The Dark (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang