Menurut ahli psikologi, otak manusia memiliki volume sekitar 1.350cc, terdiri atas 100 juta sel, dan menghabiskan 20 persen energi setiap hari. Tuhan menciptakan segala bentuk mahluk hidup. Kendati demikian, manusia merupakan ciptaan-Nya yang paling sempurna dan dibangga-banggakan, kesempurnaan secara fisik dan kecerdasan diantara benda bernafas lainnya. Sistem saraf kita mampu menampung berbagai persoalan, landasan mengapa ujian berat diberikan.
Tetapi saat ini, Alina merasa teori itu agak berlebihan. Semua kejadian mengejutkan, mengandung teka-teki, mengaduk segala macam emosi yang membuat dia berpikir mati bunuh diri karena tidak sanggup menahan ketidakmasuk akalan ini, adalah sebuah angan-angan yang ingin dia lakoni. bayangkan saja berada diposisinya, adakah kesanggupan bagi kalian? Tubuh dan mentalnya seolah meliuk-liuk meminta jeda barang sedetik saja.
Belum lagi menahan kekecewaan pada setiap fakta-fakta tak sesuai ekspetasi dan jauh dari imajinasi. Kemarahan menggerogoti, penyesalan datang menghantamnya bertubi-tubi. Apakah lebih baik mengaku saja dari awal jika dia bukanlah Fania melainkan Alina saudari kembarnya? Bolehkah dia berhenti ditengah jalan, meminta pemahaman pada setiap insane?
Alina termenung disisi kolam renang berbentuk oval, tempat ini cocok untuk pelarian dari reruntuhan asteroid yang menekan pundaknya. Dia menaikkan gaun tidur sebetisnya, mencelupkan kedua kaki kedalam kolam, dingin dirasa ketika air mulai menyumbat pori-pori. Ketenangan air yang jernih mengumpulkan sekelebat diksi membingungkan dalam ingatan.
"Kau lupa nyonya? Kecelakaan mobil itu bukan yang pertama untukmu. Kau mengalami 2 kali kecelakan, 3 dengan ini," John, pria bermata kelam itu membantu mempertajam memori usang Fania.
Orang gila mana yang percaya kecelakaan mobil berturut-turut merupakan kebetulan semata tanpa ada rekayasa? Mengerikan sekaligus mengejutkan, pembunuh sangat gigih ingin memusnahkan Fania dari muka bumi. Alina memikirkan manusia disekitar Fania, bagaimana tanggapan mereka tentang pristiwa menakutkan ini, apakah tidak terlintas sedikitpun kejanggalan? Ataukah mereka sudah tahu tetapi tak ingin peduli? Wajah Alina menampilkan raut tidak bersahabat, bila membayangkan nelangsa yang diderita Fania.
Dan apa itu artinya dia adalah target pembunuh? Pembunuh mengira misinya gagal karena Fania masih hidup? Tengkuk Alina terasa dingin membayangi adegan berdarah yang mungkin akan terjadi dalam hidupnya. Menebak-nebak bagaimana sang pembunuh melakukan aksinya kembali. Mungkinkah sesadis dan sekejam Jack the ripper, atau segila Ted Bundy yang menggaet korbannya dengan pesona luar biasa. Oh yaampun! Ini menyeramkan.
Alina menengadahkan kepala, memejamkan indra, menikmati usapan udara dirambut dan lehernya. Cahaya rembulan memoles wajah semulus porselen, lensanya yang coklat terang semakin benderang ketika tertabrak sinar bulan. Dibawah langit malam, seorang wanita menebarkan keindahan alam yang menyegarkan. Bayangannya bagaikan lotus putih, tersalin dalam genangan air.
Sebanyak apapun dia menghapus ingatan, tubuh telanjang Fania yang haus gairah selalu berhasil tersimpan kembali pada setiap sel di sistem pusatnya. Dia takut rekaman itu tersebar, mengacaukan dunia informasi. Alex pasti akan malu dengan tindakan Fania, yang merupakan aib bagi keluarga. Lalu kehancuran rumah tangga, nama baik mertua, serta nama baik diri sendiri menjadi konfensasi dari kebodohannya.
Sebuah pemikiran menyangkut, 'apakah kematian Fania harus disyukuri?'
Alina telah berusaha menghubungi nomor telepon beridentitas Mike itu sebanyak seratus lebih, tetapi semesta tak merestui. Kontaknya berasal dari luar negeri, hanya operator yang menanggapi.
"Rem? Berfungsi dengan baik kok. Tak ada kerusakan apapun dalam mesin,"
"Rem bekerja dengan sempurna. Kabel dalam keadaan utuh dan mur masih berada pada tempatnya,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl in The Dark (END)
RomanceAlina Alexander menetap di Australia selama13 tahun. Rasa rindunya pada Fania Alexander yang merupakan saudari kembar identiknya membuat dia berencana pulang. Meski diliputi keraguan karena kejadian masalalu, dia tetap meyakinkan diri untuk berdamai...