23. Sarah Amberilla

1.6K 146 1
                                    


Bagian tersulit dari mencintai adalah mengakhiri

Sarah Amberilla mengencangkan kepalan tangannya pada pegangan kursi roda. Berpura-pura buta pada kehadiran ayahnya, Mark Amberilla dan beberapa rekan kerja pria itu, termasuk Alexander, ayah dari Fania Whitson. Mereka sibuk tertawa mengingat kenangan lama ketika SMA. Tidak peduli tentang beberapa manusia workaholic itu, Sarah menambah kecepatan kakinya agar sampai menuju tangga, ingin segera meninggalkan ruang tengah keluarga.

Tetapi, suara gadis dewasa yang sengaja di buat imut, merusak rencananya.

"Kakak, kenapa terburu-buru, aku takut jatuh," Gadis di kursi roda merengek sedih.

Para pria berjas yang sedang berdiskusi kini menatap kedua gadis itu. Melihat ini, Mark tersenyum canggung lalu mengalihkan obrolan lain.

Sarah memelankan dorongannya, dia tidak ingin membuat Eliz Amberilla berteriak ketakutan dan menjadi pusat perhatian.

"Jangan membuat keributan!" seru Sarah pelan, dikuping gadis itu.

Eliz bergetar, air asin berkumpul dimatanya, siap jatuh meluncur apabila melakukan sedikit gerakan.

Mereka diam-diam menaiki tangga yang dibentuk khusus untuk kursi roda, para tukang yang disewa sengaja membuat bangunan ini untuk orang cacat macam Eliz Amberilla. Ketika mereka menjauh dari pandangan rekan kerja ayahnya di ruang tamu, Sarah merasa lega.

Dia menyesal menuruti kemauan Eliz untuk pulang dari taman bermain. Tidak tahu bahwa teman-teman ayahnya akan mengunjungi rumah mereka. Jika menyadari lebih awal, tak berani dia melewati perkumpulan di ruang tamu. Terlalu takut menghadapi wajah masam Mark Amberilla. Sebab, pria itu selalu membenci kehadiran kedua putrinya jika ada orang-orang penting datang ke rumah.

"Dengarkan aku, kau tidak boleh menangis saat pria tua itu datang dengan wajah marah," Sarah memberikan peringatan pada kakaknya setelah tiba di kamar.

"Apakah dia marah lagi?" Eliz bertanya polos, sangat tidak sesuai dengan usianya yang sudah berkepala tiga.

"Ya, tetapi dia tak akan memukul. Dan jika dia melakukannya, aku akan membalasnya. Kau tenang saja," Sarah mengusap lembut pipi Eliz, membuat gadis itu tersenyum besar, menampilkan gigi kelincinya.

Berapa kalipun Sarah melihat Eliz, rasa bersalah tak pernah sirna.

'Semua penderitaannya berawal dariku,' kalimat ini yang selalu mengikat Sarah setiap saat, sampai rasa sesak yang menyakitkan menjadi teman sejatinya. Tetapi, dia tak pernah terbiasa dengan semua ini. Tak akan pernah bisa.

Nestapa ini tidak akan menjadi bagian dari kisahnya, jika saja dia mendengarkan perkataan Eliz Amberilla beberapa tahun yang lalu, untuk tidak pergi ke bar mewah Los Angels. Saat itu, Sarah berusia 18 tahun, masa-masa dimana hanya kesenangan yang dia inginkan. Mengetahui teman-temannya meminum alcohol dan melakukan one night stand, menimbulkan ketertarikan untuk melakukan hal yang sama.

Namun, terlahir tanpa seorang ibu membuat Eliz harus menggantikan peran itu untuk adiknya. Dia harus memantau ketat Sarah sampai membuat gadis itu muak dan jengah terkurung dalam jeruji yang tak terlihat.

Karena penjagaan hebatnya, Eliz mengetahui rencana nakal Sarah. Lalu tanpa ampun menceramahi dan menamparnya untuk menyadarkan anak itu. tetapi perlakuan ini, menghasilkan pemberontakan Sarah. Dia menulikan telinga, dan malah menemui teman-temannya di bar. Sarah pikir, dia tak pernah salah pergaulan, kakaknya lah yang kuno dan ketinggalan jaman.

Eliz yang marah pada adiknya, dengan sigap menyusul, hanya untuk mendapati Sarah sedang dikerubungi oleh para pria hidung belang. Jiwa pelindungnya keluar, berusaha menyelamatkan adik satu-satunya dari hewan liar yang dikelilingi nafsu.

Girl in The Dark (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang