(IND) Chapter Five - Spirit Summoning

291 36 0
                                        

"Aku tidak menyangka ternyata kita adalah tetangga.." ujar Phana terkejut saat Singto memberitahunya bahwa ia tinggal di gedung sebelah.

Keduanya saling mengobrol di dalam elevator.

"Maaf, aku salah paham padamu waktu itu, kupikir kau mengikutiku..." Singto merasa malu dan mengganti topik. "Aku penasaran apakah kita pernah bertemu sebelumnya..."

"Well, kita pernah bertemu saat baru lahir, kau lupa?" sahut Pha sambil tertawa.

Sementara Singto tercengang dengan ekspresi bingung, mencoba mengingat sesuatu.

"Kita sudah sampai..." ia berhenti tertawa dan terlihat canggung, lalu berjalan keluar mendahului Singto.

"Ini pertama kalinya aku mengajak orang asing ke tempat ku..."

"Aw, apakah aku akan mengganggumu?"

"Jangan salah paham, apartmentku sangat berantakan karena aku selalu tinggal sendiri..."

"Aku bisa mengerti..."

Mereka akhirnya tiba di depan pintu, Phana lalu memasukkan password untuk membuka pintu dan mempersilahkan tamunya masuk setelah dirinya.

"Silahkan masuk, anggap saja rumah sendiri..." Phana menyalakan lampu dan melepas sepatunya, menaruhnya asal – asalan.

Singto mengikutinya masuk dan tidak berkomentar, ia melangkah masuk dengan ragu – ragu dan membeku seketika dengan ekspresi syok saat melihat pemandangan di depan matanya. Ia bertanya – tanya apakah saat ini ia berada di dalam apartment seorang isnpektor polisi atau sarang penyamun.

"Well, aku tidak punya waktu untuk membersihkan apartment ku..." Pha menjelaskan sambil memungut benda yang berserakan di lantai. "Maaf, jika kau merasa kurang nyaman dan ingin kembali, aku tidak akan menahanmu..."

Singto menjawab dengan ragu. "Jangan khawatir, aku sama sekali tidak...terganggu oleh semua ini..." lalu menghela nafas pelan mencoba membiasakan diri.

"Aku senang mendengarnya..." ujar Phana lega. "Baiklah, aku akan akan menyiaplan kasur untukmu..." lanjutnya lalu berjalan menuju ke kamar. "Kau ingin mandi?" tanyanya pada pria itu sebelum masuk ke dalam.

Singto tidak menjawab, ia berjalan ke sofa dan duduk dengan hati - hati, pandangan matanya tertuju pada tumpukan mie instant yang kosong dan bungkus rokok di atas meja di depannya, lalu menoleh ke samping saat menyadari tangannya menyentuh sesuatu.

Matanya terbelalak kaget saat melihat boxer hitam di bawah telapak tangannya, ia pun reflek menarik tangannya, lalu menelan ludah dengan berat, berpura – pura tidak melihatnya.

Selanjutnya ia mendengar suara air yang menetes keran dan reflek menoleh ke arah dapur, nafasnya terasa sesak saat melihat tumpukan piring kotor yang menggunung di atas meja makan dan wastafel dan kepalanya terasa pusing saat mencium bau yang menyengat dari tong sampah yang penuh.

Ini lebih mengerikan dari aktivitas poltergeist di rumahnya, pikirnya. Ia ragu apakah ia bisa berisitirahat dengan tenang malam ini.

Lima belas menit kemudian, Phana berjalan keluar dari kamar setelah selesai mengatur kasur, menemukan Singto tertidur di sofa.

Ia mematung dan memandang pria itu sejenak, "Dia pasti kelelahan hingga selalu tidur dimana saja..." ujarnya sambil menggelengkan kepalanya.

Tanpa sengaja matanya menangkap tumpukan boxer di sofa dan puntung rokok di meja, ia pun melangkah dengan hati – hati mendekati pria yang terlelap itu dan membersihkan seluruh sampah dan pakaian di sekitarnya.

Setelah selesai, ia lalu membaringkan Singto dengan hati – hati di atas sofa, lalu masuk ke kamar mengambil bantal dan selimut untuknya. 

"Selamat malam...."

(ENG - IND) Butterfly's Fate - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang