(IND) Chapter Nine - Lend A Hand

283 35 3
                                    

Pha dan Singto saling berpencar, menyusuri jalan - jalan kecil di sekitar restoran untuk mencari untuk mencari Veera. Singto yakin gadis itu pasti sedang bersembunyi di suatu tempat dan menangis saat ini. Sementara Pha berhenti sejenak dan memejamkan matanya mencoba mengingat sesuatu.

Setelah menemukan petunjuk, Pha segera menuju ke sebuah taman bermain di seberang jalan dan berhenti beberapa meter sebelum mencapai lokasi saat melihat gadis itu sedang duduk di sebuah ayunan.

Ia mengatur nafasnya sesaat sebelum menghampirinya.

Veera sama sekali tidak terkejut dengan kehadirannya, ia sedang berayun dengan tenang sambil tersenyum dan memandang lurus ke arah pria itu.

Keduanya saling bertukar pandang selama beberapa saat tanpa saling bertukar kata.

"Maaf, aku pergi tanpa pamit....karena kupikir aku akan menangis..." ujar gadis membuka percakapan dan tertawa.

Pha membisu sejenak, lalu duduk di ayunan kosong di sebelanya dan berkata. "Aku senang bisa bertemu kembali denganmu, dan aku senang mengetahui kau baik - baik saja..."

"Kupikir kau tidak senang bertemu denganku..." ujar Veera lalu menoleh padanya dan penasaran. "Apakah kau baik - baik saja setelah kita berpisah? Apakah kau membenciku karena meninggalkanmu?"

"Tidak pada awalnya..." jawab Pha terus terang. "Aku tidak pernah menyalahkanmu karena meninggalkanku, aku hanya merasa sedih dan emosi karena aku tidak bisa berbuat apa - apa untuk mempertahankanmu di sisiku...." ia mendesah pelan.

"Maaf...."

"Tidak perlu minta maaf, semuanya sudah berlalu...." Phana berusaha menghiburnya dan mengganti topik. "Jika kau tidak ingin melakukan hal yang di perintahkan oleh orang tuamu, maka kau harus menolaknya dengan tegas...aku akan membantumu kali ini..."

Veera memandangnya lurus dengan ekspresi terkejut dan berpikir sejenak. "Kau ingin balas dendam pada orangtuaku?" tanyanya bercanda. "Atau...ada alasan lain?"

Pha tidak menjawab, ia tidak tau bagaimana mengatakan alasannya, sesungguhnya ia hanya ingin menolong gadis itu agar tidak mengalami nasib yang sama seperti korban lainnya.

"Tetapi...aku butuh sedikit waktu untuk memikirkan solusinya..." ujar Pha. "Apakah kau bisa menunggu?"

Seulas senyuman terukir di wajah gadis itu saat mendengar hal itu dan mengangguk bersemangat.

"Tentu, aku akan menunggu..." ujarnya terharu. "Terima kasih..."

Sementara itu Singto sedang memperhatikan keduanya dari seberang jalan, meskipun tidak bisa mendengar percakapan mereka namun ia bisa melihat wajah gadis itu tampak berseri dan menyimpulkan semuanya berjalan lancar.

Ia pun tersenyum dan menghela nafas lega.

Kedua orang itu tidak sengaja melihat ke arahnya dan memanggilnya untuk bergabung.

Singto terenyak seketika dan melambaikan tangannya dengan gugup, lalu melihat ke kanan kiri sebelum menyebrang. Sebuah mobil sedang melaju ke arahnya dari kejauhan, namun itu tidak membuatnya menghentikan langkahnya. Singto berjalan dengan santai sambil tersenyum dan menatap lurus ke depan.

Namun tiba - tiba saja Pha menyadari ada yang aneh pada mobil yang melaju kencang ke arah Singto dari sebelah kiri. Ia seraya melompat bangun dan berlari ke arah pria yang sedang menyebrang itu dengan kencang.

Pada saat bersamaan, Singto tiba - tiba menyadari cahaya yang terang dari arah kirinya, ia pun berhenti sejenak dan menoleh ke samping. Seakan terhipnotis, Singto membelalakkan matanya saat melihat sebuah mobil yang tidak mengurangi kecepatannya dan sedang menuju ke arahnya, membuatnya reflek memejamkan matanya karena silau.

(ENG - IND) Butterfly's Fate - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang