(IND) Chapter Ten - Robbery

284 36 0
                                    

Dua minggu berlalu sejak kecelakaan...

Phana mencoba menggerakkan tangannya ke atas dan ke bawah dengan perlahan seperti mengangkat beban untuk melatih persendian dan tulangnya. Meskipun masih sedikit nyeri namun ia sudah bisa mengangkat benda – benda ringan dan melakukan aktivitas sehari – hari tanpa kesulitan.

Namun sebagai polisi, perkembangan itu tidak bisa dikatakan sebagai kabar baik, karena ia belum bisa menarik pelatuk atau melakukan tugas berbahaya seperti menangkap kriminal.

Hidupnya seakan berubah 180 derajat, ia hanya bisa melakukan aktivitas ringan dan duduk di kantor seharian, mengkonsumsi berbagai vitamin dan suplemen untuk tulang, dan yang paling menyedihkan adalah ia tidak boleh merokok karena akan memperlambat proses penyembuhan.

Sementara Singto harus berbagi waktu untuk mengajar dan merawat Pha, beruntung ada Veera yang membantunya. Ia masih sering mengalami kejadian aneh di sekolah maupun di sekitar apartmentnya, namun ia tidak pernah memberitahu Pha. Lama – kelamaan ia mulai terbiasa dengan hal itu dan mengabaikannya.

Sore itu, ia baru pulang dari sekolah dan langsung menuju ke apartmentnya untuk mengambil beberapa barang. Setelah memarkir mobilnya, ia segera berjalan menuju elevator dengan tergesa - gesa. Saat pintu elevator terbuka, ia dikagetkan oleh seorang pria tua yang tiba – tiba keluar dari dalam, berjalan tertatih – tatih sambil mendorong gerobak sampah, meliriknya sekilas sebelum pergi.

Singto mematung sejenak, memandangi punggung orang tua itu dengan ekspresi curiga sebelum masuk ke dalam elevator. Saat tiba di lantai yang dituju dan berjalan keluar, ia tidak sengaja melihat sebuah kartu terjatuh di lantai di depan elevator, ia mematung sejenak sebelum memungut dan membacanya.

Penerima Dana Sosial: Khem Permpoonsavat, lahir di Bangkok, 14 March 1955, berusia 65 tahun.

Singto langsung menduga dompet itu adalah milik kakek tua tersebut, ia hendak menekan tombol untuk turun namun tidak jadi, karena berpikir orang tua itu pasti sudah pergi.

Singto pun menyelipkan kartu itu di dalam kantong celananya dan melanjutkan tujuannya, ia akan mengembalikan kartu itu ke balai kota nanti, pikirnya.

Setelah selesai mandi ia pun segera menuju ke kantor polisi dan menemani Phana ke rumah sakit untuk melakukan pengecekan rutin guna mengetahui kondisi perkembangan tangannya.

.

.

.

Dari rumah sakit, mereka menuju ke sebuah warung mie untuk mengisi perut sebelum pulang ke apartment.

Singto makan sambil melamun memperhatikan Pha tanpa berkedip, pria itu sedang mengaduk mie dengan tangan kirinya dan membawanya dengan susah payah ke mulutnya.

Menyadari hal itu, Pha seraya meliriknya dan bertanya.

"Kau sedang menatapku atau mienya?"

Singto yang sedang menghisap mie langsung berhenti seketika dan segera mengalihkan tatapannya ke arah lain, lalu melanjutkan makan, berpura – pura tidak mendengar pertanyaannya.

Pha tersenyum melihat reaksinya dan meneruskan makan.

Setelah selesai, ia menghela nafas panjang dan berguman seorang diri.

"Aku sudah lama tidak merokok...lidahku terasa pahit...membuatku tidak selera makan dan sulit berkonsentrasi..." keluhnya dengan memasang wajah memelas.

Namun Singto mengabaikannya dan menikmati makanannya sambil menyeruput bir.

Menyadari hal itu, Pha lalu menarik nafas dalam dan berpikir sejenak.

(ENG - IND) Butterfly's Fate - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang