(IND) Chapter Eleven - Misunderstanding

301 34 2
                                    

Sejak malam itu Singto tidak bisa tidur dengan nyenyak, setiap kali ia mencoba memejamkan matanya, sosok wanita yang ia lihat di dalam toko kembali muncul di kepalanya, di tambah dengan lampu yang hidup dan mati dengan sendirinya, membuatnya yakin bahwa ia sungguh melihat hantu. Tiba – tiba saja bulu kuduknya berdiri dan sedang membayangkan saat ini wanita itu mungkin sedang mengawasinya dari sudut.

Singto langsung melompat bangun dan bergegas keluar kamar, lalu menyerbu masuk ke kamar Pha yang tidak dikunci sambil memeluk bantal.

Pha yang sedang tidur nyenyak pun langsung membuka mata dan bangun, ia seraya menoleh ke arah pintu dengan sikap waspada, dimana sebelah tangannya meraih pistol yang di simpan di dekatnya untuk berjaga - jaga.

Beberapa saat kemudian, Pha meletakkan pistolnya kembali dan menjatuhkan tubuhnya di kasur sambil menggosok matanya, lalu menoleh ke samping, memandang Singto yang sedang mematung di depan pintu.

Ia mengamati pria itu sejenak sebelum bertanya.

"Apakah kau baru saja bermimpi buruk?" tebaknya.

Singto menelan ludahnya dan tampak ragu – ragu sejenak sebelum mengangguk. "Apakah malam ini aku boleh tidur disini?" ia memohon dengan puppy eyes.

Pha menghela nafas dan berpikir sejenak sebelum mengangguk, malas berdebat. Ia lalu bergeser sedikit ke samping, memberikan ruang pada Singto sebelum kembali tidur menghadap ke samping.

Singto segera menutup pintu di belakangnya, menghampiri ranjang, meletakkan bantal dan naik ke atas dengan gerakan pelan. Namun ia lupa membawa selimut, lalu menarik selimut Phana tanpa sungkan sebelum memejamkan matanya dan mencoba tidur.

Satu jam kemudian.....

Ia masih bisa mendengar suara jam dinding yang berdetak, suara nafas pria yang sedang terlelap di sebelahnya, dan suara malam yang berdengung di telinganya. Sementara pikirannya membayangkan banyak hal yang muncul dan hilang silih berganti, dan jantungnya terasa berdebar- debar.

Singto lalu berpikir, sudah dua kali ia hampir mati dan di selamatkan oleh Pha, lalu bertanya – tanya apakah ia masih akan beruntung untuk ketiga kalinya. Semakin dipikirkan ia semakin merasa tidak tenang dan berganti posisi tidur setiap lima menit.

Tentu saja hal itu sangat mengganggu orang di sebelahnya, tiba – tiba saja Pha memutar badannya menghadap Singto dan memprotes dengan kesal.

"Apakah kau tidak bisa berpura – pura tidur dan berhenti bergerak?"

Singto seraya membuka matanya kaget sambil memandang Pha dengan ekspresi tercengang.

"M-maaf...aku tidak bisa tidur...."

Pha berusaha menahan emosinya dengan menarik nafas dalam, dan memutar otaknya sesaat.

"Kau ingin makan sesuatu?" ia mendapatkan ide.

Singto tercengang dan berpikir sejenak sebelum mengangguk.

Keduanya pun menuju dapur bersama dan membuat mie instant, lalu duduk berhadapan dan makan bersama.

"Baiklah, katakan padaku...apakah kau kembali mengalami kejadian aneh?" tanya Phana, membuka percakapan sambil menyeruput mie.

Singto membisu sejenak sambil berpikir apakah sebaiknya ia menceritakan apa yang ia lihat di toko atau tidak, namun ia tidak ingin merusak selera makan Pha dan berubah pikiran, lalu mengganti topik.

"Apakah waktu kecil kau pernah main game Nintendo?"

"Hah?" Phana tercengang seketika dengan ekspresi blank. "Kenapa kau menanyakan itu tiba – tiba?"

(ENG - IND) Butterfly's Fate - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang