(IND) Chapter Fourteen - Ban Na Ton Chan

309 32 9
                                    

Stasiun TV local memberitakan tentang polisi berhasil menggagalkan aksi penculikan di sebuah sekolah tanpa menggangu acara event amal yang sedang berlangsung. Phana pun mendapat pujian dan penghargaan karena kasus tersebut.

Selain pemberitaan soal penculikan, sebuah media juga memberitakan tentang seorang guru terluka yang turut menjadi korban penculikan. Nama dan foto Veera pun terpampang di berbagai media, hingga mengundang perhatian banyak wartawan yang berusaha untuk mencari infomasi tentang apa yang terjadi.

Veera menceritakan bahwa ia mengikuti pelaku yang masuk ke kolam renang karena merasa curiga, namun tiba – tiba saja pelaku menyerangnya dengan pisau dan memaksanya menelan sebuah pil, lalu mengikatnya di kamar mandi, sampai Singto datang dan menyelamatkannya.

Kedua orang tua Veera yang mendapatkan berita tersebut langsung mendatangi rumah sakit tempat ia di rawat, lalu memindahkannya ke rumah sakit lain tanpa sepengetahuan Pha dan Singto.

Namun Pha tidak tinggal diam begitu saja, ia segera mengirim orang untuk mencari informasi kemana Veera dipindahkan, karena gadis itu merupakan saksi penting dari kasus penculikan dan di harapkan hadir untuk bersaksi di pengadilan.

Tentu saja hal itu mendapat penolakan keras dari pihak keluarga gadis itu, mereka malah berbalik menuduh Pha sengaja menyembunyikan putri mereka dan mengancam akan menuntutnya jika ia tetap memaksa.

Pada akhirnya, Phana dan pihak keluarga Veera mencapai kesepakatan dengan meminta Veera bersaksi secara online.

Pha akhirnya memberitahukan Singto alasan keduanya orang tua Veera memaksa putrinya menikah, dan alasan sebenarnya ia ingin menolong gadis itu, Singto tidak ingin mempercayainya.

Setelah semua urusan di Bangkok berakhir, tanpa menyia – nyiakan waktu, Phana dan Singto segera berangkat ke Ban Na Ton Chan untuk mencari petunjuk guna mengungkap rahasia di balik kutukan.

Ban Na Ton Chan, 15 October 2020....

Setelah check-in di penginapan, Pha berkeliling kota seorang diri sementara Singto memilih beristirahat di dalam kamar.

Pha tidak lupa mengunjungi wanita tua yang mencari putranya yang hilang dan membawakan banyak makanan untuknya.

Setelah itu ia mengunjungi tempat – tempat umum, kuil, dan balai kota, menanyakan informasi tentang Ying dan Khan.

Namun tidak ada seorang pun yang bersedia menceritakan tentang kutukan itu, sampai ia mengakui bahwa ia juga memiliki kutukan dan ingin meminta bantuan.

Seorang Bikkhu tua yang kebetulan pernah bekerja di rumah kepala desa Phee Sua 30 tahun yang lalu memberitahu Pha bahwa untuk terhindar dari kutukan, ia harus menemukan pasangannya yang juga lahir di tanggal, bulan dan tahun yang sama dengannya dan menikah.

Namun sebelumnya, mereka harus menjalani rentetan ritual yang dipercaya sebagai ujian untuk mengetahui apakah sayap mereka cukup kuat untuk terbang melintasi dunia ini atau sampai ke akhirat.

Pertama - tama, mereka diharuskan berkeliling desa untuk meminta restu pada seluruh penduduk dengan cara berlutut dan memohon.

Selanjutnya kedua calon pasangan akan di arak berkeliling desa dan di lempar dengan kotoran sebagai hukuman karena dianggap tercemar dan terkutuk, setelah itu mereka harus berendam di dalam air dingin semalaman untuk membersihkan noda di tubuh mereka.

Di lanjutkan dengan ritual pernikahan tradisional yang dipimpin oleh kepala bikhhu dan disaksikan oleh seluruh warga. Terakhir mereka harus menghabiskan malam bersama di sebuah kamar yang di bangun untuk menyembah arwah Ying dan Khan.

Phana syok seketika dengan wajah tercengang mendengar seluruh proses ritual tersebut dan bertanya siapa yang mengusulkan ide ritual yang tidak masuk akal tersebut dan bertanya apakah kutukan akan benar – benar hilang setelah mereka melakukannya.

(ENG - IND) Butterfly's Fate - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang