DTK=37

80 13 8
                                    

"DEVI!VIII"

Devan,Angga,Kai dan lainnya mencari keberadaan Devi dan Dinda.Kedua perempuan itu tidak terlihat sejak jam ke 4 pelajaran sampai sekarang jam 17.03 WIB.

"Gue udah cari di mana-mana tetep gada"kata Lexas yang baru saja sampai di titik temu.

"Mereka katanya kan mau ke toilet tapi kok lama banget"ucap Devan.

"Tapi pas gue lewat toilet perempuan pintunya aga rusak kaya hasil dobrakan orang terus bau nya lebih wangi dari pada hari-hari biasanya yang wangi aja ga wangi banget"jelas Sean.

"Ya lo tau sendirilah toilet cewe di Smakra gimana"kata Sanca.

"Tapi yak..gue lewat situ hawa nya bener-bener gaenak banget asli,kaya habis buat kejadian apa gitu-

"Jangan ngadi-ngadi lo bang"potong Devan.

"Gue coba cari di gudang"kata Angga yang memiliki filing,Devan mengikuti Angga sementara Kai dan yang lainnya mencari di area lain.

Angga dan Devan berlari dengan cepat menuju lift dan langsung memencet lantai paling atas.Hanya membutuhkan waktu sepersekian mereka sudah sampai dan berlari lagi menuju gudang baru saja mereka mau masuk,Angga melihat Devi sedang berdiri menghadap langit.

"Vi!astaga,kita semua cariin lo"kata Angga khawatir.

"Kamu gapapa kan Vi?"tanya Devan lebih khawatir.

Devi menatap langit dengan tatapan kosong.Angga memainkan telapak tangannya di depan mata Devi,tak ada pergerakan apapun dari Devi gadis itu hanya diam menatap langit.

Devan langsung mengengam tangan Devi dan baru lah Devi sadar,gadis itu langsung memeluk Devan dengan erat dan menangis kencang di pelukan Devan.Devan mengelus-elus kepala Devi mencoba menenangkan adik nya itu.

Setelah Devi tenang,Devan melepas pelukannya dan menghapus air mata Devi.

"Dinda?"tanya Angga.

Devi menggeleng.

"Aku gatau,bang"jawab Devi lemah.

"Tadi lo sama Dinda kan?"

"Iya,tapi habis itu aku ga ingat apa-apa,aku ga tau aku habis ngapain,aku ga tau aku habis dimana dan aku ga tau habis pegang apa tadi"jelas Devi,tangisnya semakin terisak.

"Alter...e-ego"ucap Angga pelan.

**

"Jangan temenan sama Devi deh,dia suka bawa apes.Nyatanya Dinda aja hilang kan"ucap Sia.

Devi yang sedang berjalan,mencoba menutup telinganya rapat-rapat.Ini pasti akan terjadi,Devi sudah tau itu.

"Anak pembawa sial emang gitu,ga pantes di temenin"

"Pantesan dari dulu cuma diem doang di rumah ga kemana-mana nyatanya kalo di keluarin dari kadang bakalan begini?"

Mereka menertawakan Devi,Devi menatap mereka tajam mengobarkan api permusuhan.Ia bukan manusia yang sabar akan ledekan atau apapun yang jelek mengenai dirinya,Devi bisa saja meledak menjadi sesuatu yang lebih menyeramkan daripada Devi yang sekarang.

"Ayam kali di kadang,hahaha"

"Ngapain masih di sekolah ini coba,mending di keluarin aja.Cuma bawa sial doang"

"Kalian terlalu brisik"kata Devi lalu menyender di tiang koridor memainkan jari tangannya.

"Gue pengen bikin lo semua ga bisa bicara sih,kalo bicara nya masih yang baik-baik is okay masih gue maklumin,tapi...mulut kalian itu udah ganggu ketenangan hati gue"lanjut Devi lalu memberikan senyum miris.

Gadis itu maju dengan gerakan cepat tangannya sudah berada di leher Sia,Devi memainkan kuku-kuku panjangnya di leher Sia.

"L-lo mau ngapain?!"tanya Sia.

"Cuma mau main sedikit"jawab Devi,entah dengan kekuatan apa leher Sia sudah merah namun bukan seperti bekas cakaran.

Tau bekas kerokan?nah kaya gitu.

"Akh..."rintih Sia.

"Devii,kamu sedang apa?"tanya Bu Endang.

"Kebetulan"ucap Devi lirih lalu menatap mata Sia tajam masih dengan senyuman yang sama.

"Bu,leher Sia merah.Patut di curigai-

"Lo!"potong Sia kesal.

"Sia!kamu habis ngapain?kenapa leher kamu merah kaya gitu,kamu habis berbuat macam-macam ya!"ujar Bu Endang.

"Bu eng-

"Kamu ikut ibu ke ruangan"potong Bu Endang cepat dan tak mau di bantah.

Devi menatap Sia remeh,Sia pun menatap gadis itu kesal.

"Selamat menikmati panas nya lapangan Smakra"kata Devi lalu pergi dari tempat itu.

***

Udah bisa nebak siapa Psyco-nya?

Duo Twins Kampret![✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang