HAPPY READING ♥️♥️♥️
Melepas mu mungkin hanya sebuah keharusan tanpa keinginan
..
.
🎗️🎗️🎗️Awan hitam bergumul di langit sore. Menciptakan jejak kelam di bumi. Perlahan rintik hujan mulai turun. Menyirami kota yang sangat panas hari ini.
Embun mulai terlihat pada kaca di dekat ku duduk. Musik jazz mengalun memenuhi ruangan cafe. Segelas cokelat panas dan kentang goreng menemani penantian ku.
Mungkin terjebak macet
Pikiran itu langsung terlintas dalam benak ku. Melihat padatnya jalanan. Mobil-mobil berjalan merayap. Sedangkan, terlihat beberapa pengendara motor menepi. Menunggu hujan mereda.
Aku menghela napas pelan. Gelisah kembali melanda. Bagaimana pun ini pertemuan pertama kami setelah hampir dua minggu tidak bertatap muka.
Aku ingin berteriak saking tidak menentunya perasaan ku.
"Ish..." ucap ku setengah merengek. Aku menghentak-hentakkan kaki beberapa kali.
Sial sial sial!!!
Segala umpatan tak henti terucap dalam hati ku. Ini semua karena, Nenek. Iya benar, andai saja ia tidak menyuruh ku mengantarkan jas sialan ini.
Argh!!!
"Udah lama?" pertanyaan dari suara yang sangat ku kenal membuat ku mendongak cepat.
Aku menggeleng pelan. Pandangan ku beralih ke arah lain.
Samudra mangambil posisi duduk dihadapan ku. Tangannya terangkat memanggil pelayan.
"Cappucino satu, kamu mau pesen minum lagi atau tambah kentang gak?" tanya Samudra, memandang bertanya ke arah ku. Aku kembali menggeleng pelan. Masih enggan bersuara.
"Oke, itu aja mbak, makasih" pelayan perempuan itu kembali menyebutkan pesanan Samudra dan berlalu.
Aku berdehem pelan. Tangan ku terangkat mengambil totebag coklat disebelah ku. "Ini dari Nenek"
Samudra mengambil alih totebag coklat bawaan ku. Tanpa melihat isinya, lelaki ini meletakkannya diatas kursi sebelah.
"Bilang makasih" aku hanya mengangguk singkat. Aku meminum coklat panas yang sudah mendingin pelan. Pandangan ku tertuju pada lalu lalang ibu kota.
Rasa canggung begitu mendominasi. Aku jadi ingin cepat-cepat pulang. Atau, ke apartemen Kena saja.
Hingga pesanan Samudra datang, keheningan menyelimuti meja kami. Hanya alunan musik yang menjadi pemecah diantara kami.
Samudra menyesap sedikit cappucino pesanannya. Kedua tangannya terlipat diatas meja. Manik kecoklatan ya menyorot ke arah ku.
"Bawa motor?" tanya Samudra akhirnya.
Aku menghela napas pelan. "Nggak, dianter supir tadi" Samudra mengangguk pelan.
Hening kembali menyapa. Kedua tangan ku terkepal di bawah meja. Sensasi dingin pada pipi kanan ku membuat ku berjengit kaget.
"Maaf" ucap Samudra pelan.
Aku hanya diam. Namun, tatapan mata ku kini terfokus padanya. Tidak ada yang berubah dari lelaki dihadapan ku ini. Ia masih sama tampannya dengan terakhir kali ku lihat. Malah rona wajahnya terlihat lebih cerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lara
Teen Fiction* FOLLOW ME FIRST❤️❤️❤️ *[DON'T COPY MY STORY!!!] *[DON'T BE SILENT READER!!!] Apakah aku tidak terlihat hingga terus diacuhkan? Apakah aku tidak berharga hingga terus dikorbankan? Aku disini, berdiri diantara kalian yang selalu mengacuhkan. cove...