HAPPY READING 💚💚💚
Papa, kenapa sangat sulit untuk mencintai ku?
Dari sekian banyaknya pertanyaan yang ingin ku tanyakan padanya, malah pertanyaan itu yang keluar dari bibir ku. Sebuah pertanyaan menyakitkan dan terdengar sangat menyedihkan.
Sebelum Papa menjawab pertanyaan ku dengan berbagai kalimat menyakitkan lainnya, aku kabur terlebih dahulu.
Rasa sakit yang ku peroleh malam ini sangat dalam. Tentang Samudra dan Papa. Dua laki-laki yang sangat aku cintai. Dua laki-laki yang menjadi titik lemah ku.
Aku bertanya-tanya dalam tangis ku. Apakah tidak ada sedikit saja cinta dari mereka untuk ku? Apakah benar kedua cinta ku bertepuk sebelah tangan? Secara beruntun?
Kenapa sangat menyedihkan?
Apa salah ku?
Aku tertawa hambar. Apa yang ku harapkan?
Dari awal, ya dari awal seharusnya aku sudah tahu bahwa hubungan kami tidak akan berjalan dengan baik. Pertanyaannya, haruskah kini aku melepaskannya? Baik Samudra atau pun Papa.
Terlalu berat untuk terus memiliki rasa ini. Lagi pula mereka tidak menginginkan perasaan yang ku miliki.
Apa pun yang Lo lakuin, semuanya gak berarti apa pun, Sandra!!!
Ya, seharusnya dari awal aku menyadarinya. Semuanya sudah salah dari awal. Kehadiran ku...kehadiran ku lah masalahnya.
Aku mencengkram erat selimut tidur ku. Menyalurkan kesakitan yang ku rasa. Tubuh ku terus bergetar. Menangis begitu hebat.
Patah hati, harus berapa kali aku merasakannya. Aku memukul dada ku. Berusaha mengalihkan sesak di dalam sana. Kenapa sangat menyakitkan?
Aku menutup kedua telinga ku, ketika suara lain dalam diri ku terus terdengar.
Kamu kembali ditinggalkan, Sandra!!!
Kamu kembali ditinggalkan...
Tidak ada seorang pun yang menginginkan kamu
Orangtua mu saja sudah lebih dulu meninggalkan mu
Lalu, apa yang kamu harapkan dari Samudra
Lalu, apa yang kamu inginkan dari berharap kembali pada Papa mu
Mereka...jelas tidak akan memilih mu
Mereka punya kebahagian mereka sendiri
Tentu saja dengan orang-orang yang mereka sayangi
Sayangnya orang-orang itu bukan, KAMU!!!
Sadarlah Sandra
Mereka tidak menginginkan kamu
Sadarlah
"Nggak hiks nggak...aku hiks aku...jangan tinggalin aku hiks..."
"Aku...aku gak mau...hiks...sendiri"
"Mama...Sandra takut, Ma...hiks...Sandra takut sendirian" aku menutup kedua telinga ku. Memanggil sosok ibu yang sangat ku rindukan, tanpa ku sadari.
Tubuh ku semakin menggigil. Aku terus menggigit pipi bagian dalam ku. Hingga dapat ku rasakan darah mulai keluar karenanya.
Mama?
Kamu pikir, dia juga akan mencintai mu?
Apakah kamu buta?
Dia sudah bahagia, Sandra!!!
Kamu melihatnya sendiri
Bagaimana senyum itu terukir begitu mudahnya
Bagaimana tangan itu begitu lembut mengusap pucuk kepala putrinya
Kamu melihatnya sendiri
Berhentilah Sandra
Berhentilah, mengharapkan...
"KENAPA? KENAPA HARUS GUE YANG BERHENTI? KENAPA HARUS GUE YANG DITINGGAL? KENAPA HARUS GUE? KENAPA?" kepalan tangan ku mulai bergerak tak tentu arah. Melampiaskan rasa sakit yang sudah terlalu lama ku simpan sendirian.
Ya, kenapa harus aku yang berhenti? Kenapa bukan mereka yang berhenti menolak kehadiran ku? Lalu, kenapa harus aku yang ditinggalkan? Kenapa bukan orang lain? Kenapa bukan Kak Erika, Bagas, atau bahkan Tiana? Kenapa hanya aku?
"Apa karena gue anak yang gak diinginkan? Tapi, gue bukan anak haram kayak Kak Erika, terus kenapa gue yang dibilang anak gak diinginkan? Hahahaha..." aku tertawa seraya memukul-mukul dada ku. Terus begitu hingga tatapan ku terpaku pada sosok yang berdiri disana.
Sosok yang terlihat begitu menyedihkan, menyorot tepat pada kedua mata ku. Aku bangkit dari posisi ku. Mendekat ke arahnya.
"Kenapa kamu terlihat sangat menyedihkan?" tanya ku padanya.
"Apa kamu juga ditinggalkan?" aku mulai mengelus benda datar nan dingin itu.
"Rasanya sangat sakit ditinggal sendirian, kan, aku juga merasakannya, rasa tercekik ini perlahan membunuh ku atau aku memang sudah mati?"
Jangan mendekat, aku tidak suka melihat wajah mu, menjauh lah kamu terlihat mengerikan dimata ku
Aku ingat itu, perkataan Mama ketika kami masih serumah dulu. Dapat kuingat raut wajah jijiknya saat melihat ku. Tatapan mata itu, aku tidak akan pernah mampu melupakannya.
Jangan pernah menyusahkan, saya gak akan segan-segan mengusir kamu!
Hahaha...aku lebih ingat lagi suara yang satu itu. Cinta pertama ku lah yang mengatakannya saat kami pertama kami pindah rumah.
Kamu mati rasa, Sandra!!!
Akhirnya aku gak akan liat wajah itu lagi
Kamu itu hanya anak yang tidak diinginkan, jangan banyak bertingkah!!!
"Sial-sial-SIALAN!!!"
Prang
Mata ku bergetar melihat apa yang baru saja ku lakukan. Cermin dihadapan ku telah berubah bentuk. Tangan ku baru saja menumbuknya begitu keras. Tapi, kenapa sakitnya masih tidak berkurang?
Aku mundur beberapa langkah. Tubuh ku terasa lemas. Aku meraung kesakitan.
Terduduk diatas lantai yang dingin. Mata ku melihat darah yang mulai menetes dari punggung tangan kanan ku. Sementara air mata terus menetes. Tenggorokan ku pun terasa kering.
Tidak hanya batin ku yang meneriakkan kesakitan. Kini fisik ku juga demikian. Sangat lemas.
"Andai aku bisa memilih, aku tidak akan pernah ingin dilahirkan" ucap ku bersamaan dengan kegelapan yang mulai menyapa ku.
Malam ini malam yang menyakitkan untuk ku. Aku tidak akan bisa melupakannya. Kala luka itu kembali tergores dengan begitu dalamnya.
🎡🎡🎡
Kamis, 24 Juni 2021
Don't forget to give your vote-comment!!!
See you😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Lara
Teen Fiction* FOLLOW ME FIRST❤️❤️❤️ *[DON'T COPY MY STORY!!!] *[DON'T BE SILENT READER!!!] Apakah aku tidak terlihat hingga terus diacuhkan? Apakah aku tidak berharga hingga terus dikorbankan? Aku disini, berdiri diantara kalian yang selalu mengacuhkan. cove...