LH[22]

1.5K 105 6
                                    

HAPPY READING ♥️♥️♥️

Egoiskah aku jika meminta mu mencintai ku?
Meminta mu membalas rasa ku
Aku disini, berdiri dibelakang mu
Menanti dan mengiringi langkah mu
Tidakkah kamu merasakannya
Rasa ku pada mu

🎗️🎗️🎗️



Pagi ini aku terkejut dengan kedatangan Samudra yang menjemput ku. Penampilan Samudra benar-benar kacau. Wajahnya terlihat lebih bonyok dari terakhir kali aku melihatnya. Seingat ku kemarin Eko tidak menonjoknya sebanyak lebam yang berbekas seperti sekarang.

Apa perkelahian mereka berlanjut kemarin? Rasanya tidak mungkin. Karena, aku tidak mendapatkan kabar apa-apa dari Jena atau teman ku yang lainnya.

Aku menggigit pipi bagian dalam ku. Menggaruk pelan pipi kiri ku. Canggung sekali suasana di dalam mobil tunangan ku ini.

Aku juga bingung harus bagaimana. Aku belum mempersiapkan diri untuk bertemu dengannya. Semua kejadian dalam hidup ku akhir-akhir ini bergerak sangat cepat. Aku seperti naik kereta express menuju neraka. Kenapa neraka? Karena, banyak sekali ketegangan yang kuterima.

"Ehmm...did you fight back yesterday?" Samudra menggeleng pelan. Aku semakin gugup melihat tanggapannya.

Jika boleh memilih, aku tidak akan mau berangkat bersamanya. Ini tidak terduga, right. So, I must out of this shitty situatition. But, how? I just loose my mind.

Memalingkan wajah, aku menghela napas pelan. Sebenarnya apa yang ada di pikiran Samudra saat ini. Ia yang datang menjemput ku lalu dia pula yang berdiam diri selama perjalanan. Memejamkan mata sesaat, aku kembali menatap lelaki berahang tegas ini dari samping.

"I'm so sorry for any problems that happen" ujar ku lirih. Sungguh, aku tidak tahu lagi harus berkata apa. Hanya bermacam-macam jenis ungkapan permintaan maaf yang terngiang di kepala ku.

Ada semacam ketakutan dalam diri ku. Takut kehilangan. Ya, aku takut kehilangan Samudra. Walau aku selalu berucap akan melepasnya jika ia menginginkannya, namun aslinya aku sangat takut kehilangan. Ia salah satu alasan terbesar aku dapat bertahan hingga hari ini. Kehilangannya akan menjadi guncangan yang berat untuk ku.

"Not your fault " aku menggigit bibir ku pelan begitu mendengar balasan datar itu. Samudra bahkan tidak mau repot-repot menoleh pada ke arah ku.

Aku tersenyum miris. Apa yang ku harapkan? Lelaki ini pastilah sangat marah diperlakukan seperti kemarin di depan umum oleh teman-teman ku.

Sesuai firasat ku semuanya semakin kacau dan menyakitkan. Keluarga ku atau pun pertunangan ku. Salah ku selalu berharap pada orang yang tidak tepat. Salah ku yang terlanjur jatuh pada pesona Samudra.

"Mama pengen ketemu kamu, pulang sekolah" ucapan datar itu mengalihkan pikiran ku.

Jantung ku berdetak cepat. Bertemu Samudra saja aku sudah sedemikian kikuk, apalagi Mamanya. Meskipun, sifat ibu dan anak itu sangat bertolak belakang.

"Bisa besok-besok aja, nggak?" tanya ku dengan suara pelan. Aku tidak ingin kembali merasakan situasi canggung bersamanya. Hingga Samudra dalam mode friendly, mungkin.

Samudra melirik singkat ke arah ku. "Gak bisa, Mama kangen kamu" jawab Samudra tegas.

Bibir ku berkedut menahan senyuman. Hubungan ku dengan Mamanya Samudra memang dekat. Biasanya seminggu sekali aku akan berkunjung ke kediaman Samudra, untuk quality time bersama Mamanya Samudra. Mulai dari memasak bersama, menonton, belanja, terkadang juga spa atau nyalon bersama. Kami seperti sepasang ibu dan anak.

Lara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang