HAPPY READING ♥️♥️♥️
Beribu kali aku mencoba mempertahankan logika ku
Beribu kali juga aku harus menentang hati ku
Mengingatkan bahwa mungkin, kamu hanya angin lalu
Percuma karena, ikatan ini membuatku terus berharap dan bertingkah lebih
Mengistimewakan mu bagai sebuah keharusan
Aku begitu memuja
Hingga aku ketakutan akan apa yang ku rasakan🎗️🎗️🎗️
Aku tidak pernah berpikir jika, Samudra mau menjemput ku ke kelas begitu bel pulang sekolah berbunyi. Maksud ku lelaki ini dapat dihitung jari menunggu ku di depan kelas. Itu pun untuk alasan-alasan penting saja. Karena, biasanya aku lah yang menunggunya di depan kelas lelaki itu.
Kalau pun pulang bersama dan kelas ku pulang lebih lambat dari kelasnya, Samudra akan dengan senang hati menunggu ku di dalam mobilnya atau kantin sekolah. Jadi ketika melihat keberadaan lelaki yang masih terlihat sangat menawan di penghujung jam sekolah ini duduk pada kursi panjang di depan kelas, aku cukup terkejut. So surprise.
Aku hampir luluh dan ingin menggodanya dengan beberapa kalimat. Namun, begitu tiba di parkiran semua kalimat yang sebelumnya berkeliaran di otak ku buyar seketika. Aku menggigit pipi bagian dalam.
Disana Shienna berdiri tepat disebelah mobil Samudra, dengan buku menutupi wajahnya dari teriknya matahari. Terlihat wajahnya yang memerah karena kepanasan. Lalu, aku dapat melihat beberapa siswa menatapnya dengan alis terangkat dan raut mencemooh. Aku menghela napas, berusaha menghilangkan sesak.
Jena telah melarang ku pulang bersama Samudra, saat melihat lelaki itu segera berdiri ketika melihat ku keluar kelas tadi. Sahabat ku masih tidak terima dengan kejadian kemarin. Ia bahkan memandang sinis Samudra. Namun, aku tidak bisa terus menghindar. Terlebih ini tentang mama tunangan ku. Sosok yang ku hormati.
"Kak Samudra lama deh!!!" seru gadis berkuncir kuda itu kesal.
Matahari menampakkan eksistensinya dengan tidak berperikemanusiaan siang ini. Semilir angin pun tidak terasa. Wajar saja bila Shienna kesal seperti itu. Yang tidak wajar adalah kenapa juga sudah tahu panas masih menunggu di parkiran tanpa atap ini. Pengen bilang bego rasanya.
"Sorry, gue ke tempat Sandra dulu tadi" ucap Samudra seraya membuka kunci mobilnya.
Suara 'bip' terdengar. Shienna segera mendudukkan dirinya di bangku belakang. Aku mengikutinya dengan duduk di bangku depan. Sedikit linglung, mendengar Samudra berucap maaf. Kapan terakhir kali aku mendengar Samudra berucap maaf ?
Aku tertawa dalam hati. Miris dengan keadaan yang menjerat diri ku. Baru saja hendak memasang seatbelt, omelan Shienna menghentikan gerakan ku.
"Harusnya Kakak bilang dong kalo mau ke kelasnya Kak Sandra dulu jadi, aku bisa ikut atau gak nunggu Kakak di parkiran, mana panas banget lagi, aku kehausan dan kegerahan tahu" omel Shienna seraya mengibas-ngibaskan seragam putihnya. Blazer merah maroon gadis itu telah terlepas. Terlipat diatas pangkuannya.
"Ini minum dulu" Samudra mengulurkan air mineral yang telah dibukanya terlebih dahulu ke arah Shienna. Gadis itu menerimanya cepat.
Aku memalingkan wajah. Lalu, kembali melanjutkan niat ku memasang seatbelt. Mengabaikan suatu hal yang terdengar menyakitkan di dalam sana.
It's okay Sandra
It's okay
"Kak Sandra juga kalo kelasnya lama bilang dong" aku menoleh cepat begitu nama ku disebut-sebut dalam kekesalannya itu. Beralih pada Samudra yang mulai melajukan mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lara
Teen Fiction* FOLLOW ME FIRST❤️❤️❤️ *[DON'T COPY MY STORY!!!] *[DON'T BE SILENT READER!!!] Apakah aku tidak terlihat hingga terus diacuhkan? Apakah aku tidak berharga hingga terus dikorbankan? Aku disini, berdiri diantara kalian yang selalu mengacuhkan. cove...