LH[52]

2.6K 177 25
                                    

HAPPY READING 💚💚💚

Tidak semua cerita harus didengar. Tidak semua penjelasan harus dimengerti. Tidak semua rahasia harus terungkap.

Semuanya hanya tentang waktu. Seberapa lama cerita, penjelasan, dan rahasia itu akan tersimpan. Lalu, bagaimana sikap yang diambil ketika semua itu terkuak.

Tidak ada orang yang benar-benar tahu seperti apa dampak yang ditimbulkan oleh ketiga hal itu, kecuali diri sendiri.

Muak, semua rasa itu bergumul dalam benak ku. Perlahan perasaan jijik dan benci tumbuh. Mereka tumbuh bersama di dalam diri ku yang telah rusak. Tidak ada jalan untuk kembali. Kertas yang memang sudah kotor itu semakin tak beraturan.

Mendengar Bunda baru ingin menjelaskan tentang apalah itu, aku terlalu malas. Apa dengan penjelasan yang diberikannya kehidupan ku akan membaik? Tidak. Aku akan semakin hancur. Aku akan memaki diri ku sendiri hanya untuk sebuah pengertian yang menyakitkan.

Mereka jelas tidak membutuhkan ku. Hadir ku hanyalah sisipan dalam cerita hidupnya. Jadi, untuk apa aku harus mengambil peran lebih dari seorang yang tak dianggap.

Jika mereka saja bisa berlaku sekejam itu pada ku. Kenapa aku harus mempertahankan simpati ku? Mereka telah lama bahagia tanpa diri ku. Kini,  biarkan aku hidup bahagia tanpa bayang-bayang rasa bersalah pada mereka.

Yatim-piatu?

Status itu tidak terlalu buruk untuk ku. Telah lama aku cocok menyandangnya.

"Sandra..."

Aku duduk di pinggiran kasur. Menatap balik manik Bunda yang terlihat sendu.

"Aku telah lama membenci diri ku sendiri lebih dari orang lain membenci ku, kamar ini menjadi saksi untuk semua rasa frustasi ku, gak ada yang tahu seberapa tertekannya aku untuk berada pada titik ini" aku menjeda ucapan ku yang terdengar datar. "cerita, penjelasan, dan rahasia biar kalian simpan untuk diri kalian sendiri, karena sama seperti kalian, aku juga ingin punya bagian yang memang benar milik ku sendiri" Bunda terlihat menegang di tempatnya berdiri.

"Kasih sayang orang tua kandung huh...belakangan ini aku menyadari bahwa itu bukan bagian ku, mengejar sesuatu yang bukan milik kita memang sangat melelahkan, bukan? Lagi pula, apa yang bisa diharapkan dari seorang anak yatim-piatu" aku tersenyum miring diakhir kalimat ku. Bunda menutup mulutnya mendengar ucapan terakhir ku.

"Sandra, kamu..." Ketukan langkah kaki yang mendekat memotong ucapan Bunda. Wanita paruh baya itu menoleh pada sosok lelaki paruh baya yang merupakan suaminya.

"Bisa tinggalkan kami berdua?" pertanyaan tegas itu terdengar lembut. Aku mendengus melihatnya.

Meski terlihat enggan Bunda tetap berlalu pergi setelah melirik ku sejenak.

Pintu kamar ku segera ditutup dan dikunci oleh sosok yang kini mengambil posisi duduk didepan ku.

"Apa yang kamu dengar malam itu bukanlah sebuah kebenaran!" posisi duduk ku menegak. Kepala ku sedikit miring ke kanan. Menatap penuh pada sosok yang terlihat angkuh didepan ku.

"Tentang Kak Erika yang bukan anak kandung anda?" aku mengangguk beberapa kali. "Apa peduli ku? Siapa pun yang menjadi anak kandung anda, aku tidak akan peduli" lanjut ku tenang.

Terlihat kerutan di keningnya sebelum sebuah senyum dingin terlukis pada wajah datarnya. "Benarkah? Lalu, apa yang kamu lakukan sekarang ini?" aku mengendikkan bahu mendengar pertanyaan meremehkan itu.

"Entahlah...terbiasa tidak dipedulikan rasanya sedikit aneh mendengar pertanyaan anda" aku berucap acuh-tak acuh.

"Cih...kamu pikir mereka akan terus menyokong mu dengan kondisi jiwa mu yang sekarang" aku sedikit tertegun mendengar ucapan itu. Meski sudah menyangka akan mendengarnya, rasa sakitnya tetap sama.

"Apakah anda sedang mengkhawatirkan ku sekarang?" aku menatap manik pekat didepan ku dengan remeh. Tatapan mata itu semakin terlihat dingin. Aku mengerjap pelan seraya terkekeh. "Aku akan hidup dengan baik jika itu yang anda khawatirkan, daripada hidup tanpa tujuan bukankah lebih menyenangkan bila diarahkan? Dan, soal warisan rasanya akan menyenangkan menjadi wanita gila yang kaya raya" keberanian ini, andai saja datang lebih cepat. Aku pasti tidak sehancur sekarang.

"Seolah kamu bisa mengambilnya saja" aku menaikkan sebelah alis. Senyum meremehkan sontak terukir pada wajah ku. Pada akhirnya, harta lah tujuannya.

"Kenapa tidak? Ini sedikit menyenangkan karena darah anda nyatanya mengalir dalam tubuh saya dan bukan gadis lainnya, haruskah saya menyebutnya keberuntungan melihat kekacauan anda?" sahut ku tak kalah tajam. Aku berdecih sinis melihat raut wajah yang mengeras ini. Menjijikkan melihatnya.

"Jangan..."

"Hentikan semua omong kosong ini" aku bangkit dari duduk ku, mengambil beberapa barang diatas meja dan hendak berlalu pergi.

"Terima kasih karena telah menampung saya selama ini dan menahan semua kebencian anda pada saya" aku membungkukkan sedikit tubuh ku lalu, benar-benar keluar dari kamar yang telah ku tempati hampir tujuh belas tahun hidup ku.

Langkah kaki ku sedikit ringan walau, di dalam sana aku sudah sangat kacau. Meninggalkan rumah ini sama saja dengan meninggalkan semua impian dan kenangan yang ingin kulakukan disini.

"It's okay, Sandra"

"You'll be safe" gumam ku seraya menuruni satu-persatu anak tangga.

Langkah kaki ku semakin cepat. Tidak sabar lagi keluar dari rumah ini.

Setelah ini, aku akan menjalani kehidupan baru tanpa tatapan sinis dan dingin yang menemani hari-hari. Aku juga tidak perlu lagi merasa bersalah atas suatu hal yang tidak aku lakukan. Karena, kini aku melepaskannya. Mereka semua.

Pada akhirnya tidak semua luka harus disembuhkan oleh orang yang sama. Kenapa harus mengandalkan mereka yang tidak bertanggung jawab bila diri sendiri bisa?

Aku tersenyum miris mendengar pertanyaan dalam benak ku. Jawabannya hanya satu, mereka berharga.

Ya, karena mereka berharga hingga aku mampu memberi toleransi yang tinggi. Karena mereka berharga, aku mau menunggu mereka mengobati sakit ini. Karena mereka berharga, aku rela membuang waktu sampai mengabaikan diri sendiri.

Penantian?

Waktu?

Semuanya adalah kesia-siaan

Mereka tidak butuh itu

Karena mereka...










































Tidak pernah menginginkan ku.

🎡🎡🎡

Minggu, 28 November 2021

Kasih vote dan komen yang bwanyak ya!!!

Share juga cerita ini ke temen² klian...

Jangan lupa jaga kesehatan dan jangan takut divaksin🙃🙃🙃

See you😘😘😘

Lara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang