LH[31]

1.5K 100 3
                                    

HAPPY READING ♥️♥️♥️

Cari lah seseorang yang membuat mu nyaman untuk menunjukkan warna asli diri mu





🎗️🎗️🎗️






Cinta dan patah hati merupakan paket mutlak seperti halnya, siang dan malam, gelap dan terang, atau bahagia dan sedih. Mereka beriringan. Pernahkah kalian mendengar seseorang yang merasakan cinta, tidak pernah merasakan patah hati? Atau, pernahkah kalian melihat seseorang dengan kehidupan yang seratus persen sempurna bahagia?

Semua hal di dunia ini memanglah se-adil itu. Ada positif pasti ada negatif. Ada cinta pasti ada patah hati. Sebuah lingkaran hukum alam.

Membentengi diri dengan sekuat tenaga pun rasanya hanya sedikit membantu, ketika kamu merasakan jatuh cinta disertai patah hati. Jatuh cinta, hal paling memabukkan. Kamu akan kesulitan mengendalikan diri. Gelisah saat dia tidak membalas chat mu. Sangat senang hanya dengan melihat wujudnya walau, dari kejauhan. Jangan bilang lebay!!! Itulah kenyataannya. Jika kamu belum merasakan seperti yang ku tuliskan artinya kamu belum benar-benar merasakan jatuh cinta.

Terlalu banyak emosi dalam cinta. Bahagia, sedih, kesal, cemburu, cemas, dan yang paling menakutkan adalah patah hati dan cinta tak berbalas. Aku berkemungkinan besar mengalami dua hal paling menakutkan itu. Patah hati dan cinta tak berbalas.

Aku ketakutan. Takut bahwa mungkin hubungan pertunangan ku ini hanya sebatas status. Sebuah komitmen belaka.

Melihat bagaiamana reaksi Samudra tadi, benar-benar menampar ku untuk kesekian kalinya. Menyiratkan bahwa cinta ku tak pernah berbalas. Bahwa selama hampir tiga tahun ini semua yang terjadi merupakan fatamorgana untuk ku.

Di tengah keputusasaan akan hubungan keluarga yang buruk, aku mungkin melihat Samudra layaknya fatamorgana. Keindahan yang seharusnya aku tahu itu hanya ilusi semata. Aku terlalu buta. Aku terlalu hanyut dalam kisah cinta pertama ku sendiri.

Aku terus melupakan fakta bahwa awal hubungan kami merupakan sebuah kesepakatan para tetua. Bukan murni keinginan kami untuk bersatu.

Aku...harusnya aku berkaca dari kehancuran hubungan kedua orang tua ku. Aku-aku hanya telah jatuh lebih dahulu padanya. Salahkah aku tidak menolaknya saat, aku sendiri menginginkan kehadirannya? Aku...

"Lo bakal cepet keriput kalo banyak pikiran" seru Kak Tera seraya mengambil posisi duduk di sebelah ku.

Aku berada di apartemen Jena dan kakaknya. Aku ingin menginap saja disini. Setelah mandi dan menyiapkan segala keperluan sekolah untuk besok, aku langsung meluncur ke apartemen sahabat ku ini. Kepala ku yang penuh butuh tempat pembuangan. Jena lah tempat pembuangan limbah-limbah itu. Satu jam yang lalu aku telah puas menangis di pelukannya.

"Tinggal pake skincare mahal yang banyak, kelar deh, keriput dijamin menjauh" jawab ku enteng.

Kak Tera mendengus. Tangannya menekan-nekan tombol remot TV. Aku menoleh pada Jena yang baru saja selesai mandi.

"Drakor aja Kak, jangan nonton berita mulu, udah kayak Papa sama Mama aja Lo, selera orang tua banget tahu gak?" ucap Jena begitu duduk di karpet bulu berwarna pink dengan.

"Alah opa-opa aja Lo tonton, harga bawang ama cabe naik aja gak tahu kan, Lo? Atau, jangan-jangan nama menteri negara sendiri aja Lo kagak hafal?" Jena mendengus mendengar omelan kakak tertuanya. Aku tertawa pelan melihat raut wajah menggemaskan sahabat ku.

"There's not 'opa' without double 'p', dan hidup gue belum seenak itu sampe gak tahu harga bawang sama cabe naik, inget siapa yang suka Lo suruh belanja bulanan ke pasar!"

"Jangan adu mulut, please" potong ku sebelum perdepatan ini memanjang kemana-mana. Aku sih senang-senang saja melihat interaksi unik kedua saudara ini. Tapi, kondisi ku tidak sebaik itu saat ini.

Akhirnya kami menonton dengan tenang. Sebenarnya hanya Kak Tera yang menonton dengan khusyuk. Jena lebih memilih memainkan ponselnya. Aku sendiri menyandarkan tubuh ku yang terasa lemas.

"San..." panggil Kak Tera dengan telunjuk menyentuh bahu ku.

"Hmmm..." Jawab ku tanpa membuka mata.

"Sadar gak sih hampir setiap bulan Lo pasti ngalamin kecelakaan kek begini, kayak gak wajar aja, hmmm...orang tua Lo maksud gue bokap Lo gak tanya apa-apa gitu? Ya, walau gak keliatan peduli tapi, bokap Lo cukup baik kok San" aku tertawa dalam hati. Cukup baik yang dimaksud Kak Tera tentu tidak diperuntukkan untuk ku. Ia bahkan mengunci bibirnya rapat ketika melihat kondisi mengenaskan ku tadi. Empatinya terbabat habis bila, berhubungan tentang ku.

Aku tidak bohong tentang 'lari dari maut yang seolah meneror' seperti yang telah ku katakan pada Papa. Aku juga merasakan keganjilan ini dari lama. Aku bahkan pernah menabrak tiang listrik karena, menghindar dari tabrakan orang tak dikenal. Jujur saja aku ketakutan. Ingin rasanya mengadu pada Papa atau Mama. Tapi, apakah mereka akan peduli? Apakah mereka akan menanggapi dengan serius keluhan ku? TIDAK!!!

Aku sangat yakin mereka akan mendorong ku dengan keras begitu aku ingin bicara. Mereka tidak Sudi mendengarkan ku. Aku tidak masuk dalam daftar orang spesial yang mempunyai hak istimewa.

Aib. Itulah aku. Aku dan segala hal dalam hidup ku. Aku harus hidup dengan kemawasan diri yang sangat tinggi.

"Kak!!!" Jena berseru dengan suara meninggi. Aku membuka mata dengan tubuh terduduk spontan.

"Sorry" ucap Kak Tera penuh penyesalan. Dia memang tahu tentang kehidupan keluarga ku yang kacau.

"Kenapa sih, Je? Gak apa-apa kok Kak, gue gak tersinggung sumpah!, lagian emang gue nya suka meleng" aku mengangkat bahu acuh.

Jena melempar kacang polong ke arah Kak Tera. Menyalahkan sang kakak dengan pertanyaan yang memang normal untuk ditanyakan.

"Makan di luar kuy, gue traktir deh!" seru Kak Tera mengalihkan pembicaraan serta perhatian Jena dari kesalahannya.

"Kuy" balas ku semangat.

Jena memutar bola matanya malas aku menariknya agar bangkit dari duduknya. Mengusap wajahnya yang masih menyorot kesal. Terdengar decakan pelan dari sahabat ku. Aku tertawa saja melihat wajahnya yang bertambah kesal.

Di dekat Jena dan Kak Tera, aku merasakan yang namanya memiliki saudara. Aku memang memiliki Kak Erika, Bagas, atau Tiana yang baik hati. Namun, aku tidak benar-benar bebas berinteraksi dengan mereka. Ada sekat yang tidak pernah bisa aku lewati. Ada cemburu dan iri yang selalu ku coba untuk dikubur. Kenyataannya, aku tetaplah seorang anak perempuan yang haus akan kasih sayang kedua orang tua.

Jena dan Kak Tera merangkul ku. Menggenggam tangan ku begitu erat. Menarik ku dengan lembut menuju lingkaran keluarganya. Kedua orang tuanya yang sangat baik dan ramah, menerima ku layaknya anak perempuan mereka juga. Aku...aku menjadi diri ku dengan warna ku yang sebenarnya. Tanpa iri dan cemburu.

I'm just a little girl

A little girl with the broken parts

That always cry and need a help


🎡🎡🎡

Senin, 19 Oktober 2020

Don't forget to give your vote-comment!!!

Don't be silent reader 👉🤐👎👈

Stay Healthy 💪💪💪

See you 😘😘😘

Lara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang