LH[17]

1.4K 117 3
                                    

Terlalu banyak hal yang dipikirkan dan faktor belum makan dari pagi membuat kepala ku berdenyut. Aku menelungkup kan wajah pada lipatan tangan. Suasana kelas yang ramai di depan pintu sana tidak terlalu ku dengarkan. Maklum saja, ini kan jam istirahat.

Jena yang tidak bisa lepas dengan makanan sudah tancap gas ke kantin. Dia mengajak ku namun, aku lebih memilih menitip saja. Malas beranjak dari posisi ku. Berjalan saat kepala berdenyut nyeri sangatlah tidak enak.

Aku sedikit melirik keadaan sekitar dengan mengangkat wajah pelan. Pandangan ku juga menyapu ke arah bagian belakang kelas. Tepatnya bangku di pojok kiri yang kosong tanpa penghuninya dan peralatan sekolahnya.

Angkasa kembali bolos untuk kesekian kalinya. Anehnya tidak ada yang berani mengomentari keabsenan lelaki itu, guru sekali pun.

"Sandra!!!" panggilan dari depan kelas membuat ku mendongak malas.

Terlihat Eko, Fadil, dan Reza melambaikan tangannya. Ketiga serangkai itu memblokade jalan di pintu masuk.

"Kenapa?" tanya ku lesu, aku sedang ingin bermalas-malas di meja ku.

"Aelah sini napa Mbaknya, daripada disana sendirian bae ntar kesambet berabe kita-kita kena semprot Jena" aku mengibaskan tangan mendengar ucapan Fadil. Tumben sekali lelaki itu tidak membuntuti Jena ke kantin.

"Sini San berinteraksi sama manusia" kini giliran Eko yang berucap.

"Situ manusia?" tanya ku malas dengan kedua tangan menopang kepala.

"Hahaha..anjir si Sandra suka bener kalo ngomong" ucap Reza disela tawanya. Fadil pun demikian.

"Sialan" Eko menabok kedua lengan kawanannya bertenaga.

"Sakit goblok"

"Kasar Lo mah" kedua sahutan berbeda bergantian terdengar dari korban kekajaman Eko.

Aku menggeleng pelan melihat tingkah tiga serangkai itu. Lalu, kembali menenggelamkan wajah pada lipatan tangan. Menambah sakit kepala saja trio wek-wek itu.

Aku hampir terlelap begitu mendengar suara Eko yang terdengar panik. Aku bangkit dari duduk ku dengan spontan. Terlalu terkejut hingga terasa dentunam pada kepala ku. Aku hampir kembali terduduk jika saja Eko tidak menahan tangan ku.

"Apaan sih Ko, kepala gue lagi sakit elah!" kesal ku seraya memijat pelan pelipis ku.

"Jena, San, Jena sahabat Lo itu lagi berantem sekarang" mata ku membulat sempurna.

Tanpa pikir panjang aku segera berlari, meninggalkan Eko yang sedikit terpaku sebelum mengikuti langkah kaki ku. Astaga apa yang dipikirkan Jena hingga ia membuat keributan di sekolah. Jena mungkin pemarah tapi, sahabat ku itu tidak suka mencari ribut. Lagi pula, siapa yang mau mengusik perempuan itu. Melihat lingkaran pertemanan yang kami miliki sangat jarang orang-orang ingin mencari gara-gara.

Aku membelah kerumunan kantin. Napas ku tersengal. Aku tidak pernah suka pelajaran olahraga, terutama lari.

"Eh Ulet Ket-Ket gak usah keganjenan deh Lo geli gue liatnya" Jena berseru jijik bersamaan dengan diri ku yang telah berhasil membelah kerumunan.

Sudah kuduga. Harusnya aku tidak membiarkan Jena ke kantin bersama yang lainnya. Lihatlah siapa yang berdiri berhadapan dengan sahabat ku. Shienna dan Samudra.

Aku ingin maju, menengahi keributan  sebelum semakin kacau. Sebuah tangan menahan ku. Aku menatap Fadil tajam.

"Biarin dulu, San" aku meronta berusaha melepaskan genggaman tangan Fadil yang semakin mengerat. Sejak kapan lelaki ini berada di dekat ku.

"Lepas" Fadil tidak menggubris sedangkan, suasana semakin riuh.

"No, just watch it now!" aku mendengus tak terima mendengar ucapan lelaki ini.

"Aku gak keganjenan kok Kak, lagian ku rasa aku gak punya masalah sama kakak" aku memejamkan mata begitu mendengar suara Shienna. Selain itu kepala ku kembali berdenyut nyeri.

"Gak ganjen Lo kata? Kurang ganjen apa Lo yang suka ngerusuh-in hubungan orang lain? Mau jadi PHO Lo?" Sorakan setuju terdengar begitu keras begitu Jena selesai bersuara.

Astaga Jena...

"Jena!!!" aku menatap Samudra yang mulai bersuara. Lelaki itu tidak suka keramaian dan sekarang dia harus menjadi pusat keramaian. Ia pasti risih.

Aku kembali mencoba melepaskan tangan dari genggaman Fadil. Tidak bisakah lelaki ini mengerti situasinya.

"Fadil please" gelengan Fadil membuat ku hanya mampu menggigit pipi bagian dalam.

"Diem Lo Sam!!! Dulu gue pernah bilang kalo Lo gak bisa jaga Sandra dan cuma kasih dia kesakitan lepasin sahabat gue tapi, apa jawaban Lo saat itu dengan sok-nya Lo bilang bakal bahagia-in sahabat gue, dengar Sam sebagai sahabat gue gak peduli dengan perasaan Lo atau simpenan Lo ini karena, yang gue tau sahabat gue gak baik-baik aja saat ini" air mata ku meluruh dengan cepat aku menghapusnya. Tersentuh akan kepedulian Jena.

"Siapa yang Lo maksud simpenan, Jena?" terdengar nada kelam dalam tanya Samudra. 

Aku menggeleng pelan ketika, tatapan Jena jatuh pada ku yang berada di belakang tubuh Angkasa.

Ku mohon, ku mohon Jena, jangan ucapkan apa pun, ku mohon...

"Ooohhh bukan simpenan ternyata terus apa dong JAL-LANG" dapat ku lihat tangan Samudra yang mengepal kuat hingga urat-urat tangannya terlihat. Suasana gaduh membisu seketika.

Tangan kekar itu terangkat, barayun dengan cepat.

"SAMUDRA STOP IT!!!"

PLAK

Hening.

Sangat hening.

Mata ku terpejam. Dalam hati berhitung sampai angka tiga sebelum membuka mata. Membalas tatapan manik coklat dihadapan ku dengan seulas senyum. Ya, suara tamparan itu berasal dari tangan Samudra yang beradu dengan kulit pipi ku. Sakit sekali rasanya.

Untuk pertama kalinya aku merasakan sebuah tamparan. Ku kira aku akan merasakannya dari salah satu orang tua kandung ku. Nyatanya tidak, lelaki yang berstatus tunangan ku lah menjadi yang pertama.

"S-Sandra" Samudra terbata memanggil nama ku.

Aku tersenyum menanggapinya. Tidak ada yang perlu disesali, semuanya telah terjadi. Aku akan lebih menyesal jika, Jena lah yang terkena tamparan. Dapat ku lihat Shienna yang menutup mulutnya tidak percaya, tidak hanya perempuan itu tapi beberapa orang juga demikian.

"Morning Sam, shhhssst" sapa ku diakhiri dengan desisan. Tamparan yang kuat hingga rasanya rahang ku akan berpindah posisi.

"Aku tau, kamu gak bisa tahan emosi, kan?" terdengar decakan pelan dari sekitar ku. Aku tidak peduli. Tatapan ku masih sangat teguh membalas tatapan tajam Samudra.

"Jangan sakiti siapa pun, Sam" ucap ku seraya aku melirik Shienna sebelum, menarik tangan Jena menjauh. Membawanya keluar dari kerumunan yang cukup padat.

Setidaknya hanya aku yang tersakiti

Tak apa Sandra

Everything's gonna be alright!!!

You just fine, too fine

You're a good girl, dear

Don't worry, everything's gonna be okay

Don't mess up

🎡🎡🎡

RABU, 29 Juli 2020

Don't forget to give your vote-comment!!!

Don't be silent reader 👉🤐👎👈

Keep Healthy 💪💪💪

See you😘😘😘

Lara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang