"Ren.. beneran gak bisa kamu usahain?"
"Gak bisa Ra"
"Tapi itu kan pas gak hari kerja Ren, bisakah kamu datang, sebentar aja"
Lara masih mengekori Rendra yang sedang menata berkas berkas yang mau ia bawa ke kantor."Gak bisa ra, kan bisa kamu yang datang, apa gunanya ada kamu kalau aku mesti datang ke acara anak anak"
"Tapi Ren, Resya pengen kamu dateng. Dia pengen kamu lihat dia tampil" tercetak jelas wajah memelas Lara.
Sudah dari semalam Lara memberi tahu Rendra soal acara yang diadakan disekolah Resya sabtu depan, Resya dan teman teman nya akan tampil di acara tersebut, mereka akan membawakan sebuah dongeng cerita rakyat diatas panggung.
Resya, gadis kecil itu mengatakan keinginan nya agar sang ayah bisa melihat nya tampil. Karena seingat nya selama ini ayah nya tidak pernah datang ke acara acara di sekolah nya. Selalu nenek nya yang datang. Dan karena ini perdana bagi Resya untuk tampil di atas panggung, gadis itu ingin sekali ayah nya datang dan melihat nya, keinginan itu ia utarakan pada Lara, dan Lara berjanji pada Resya akan datang bersama ayahnya saat Resya pentas nanti.
Dan demi mewujudkan keinginan anak sambung nya, Lara sedari semalam sudah memberi tahu Rendra soal acara Resya itu, dan berharap Rendra bisa datang. Tapi ternyata Rendra menolak nya dia berkata sudah ada janji di hari itu.
Namun Lara tidak menyerah, keesokkan harinya pun Lara masih coba membujuk Rendra, sedari tadi setelah Rendra selesai mandi Lara sudah mengekori Rendra kemana mana, mulut nya tidak berhenti mengucapkan kata permohonan agar Rendra mau memenuhi keinginan Reysa.
"Aku gak bisa. Aku udah ada janji hari itu"
"Ren, kasihan Resya nanti dia kecewa"
Lara kini berdiri tepat di samping kursi kerja Rendra, sedangkan Rendra duduk di kursinya sibuk membolak balik berkas nya sedang mengecek sesuatu. Rendra tak menghiraukan Lara yang sedari tadi mengusik nya."Resya berharap banget kamu datang" Lara masih memohon berharap Rendra mengiyakan keinginan nya.
Terdengar helaan nafas kasar Rendra, dia jengah sedari tadi Lara tak berhenti bicara, padahal dia sudah katakan jawabannya, tapi tetap saja Lara mengusik nya terus.
Rendra berdiri dari duduknya berdiri tepat di depan Lara, jarak mereka sangat dekat karena tadi posisi Lara berada persis disebelah kursi Rendra.
Lara yang kaget karena tiba tiba Rendra berdiri sedikit memundurkan kaki nya. Tatapan mereka beradu beberapa detik."Aku gak bisa Ra. Okee." Rendra berucap sambil menatap Lara.
Lara tak gentar, dia pun ikut menatap Rendra, dengan jarak sedekat ini membuat wajah tegas Rendra terlihat jelas di mata nya. Ditatap seperti itu membuat dia grogi dan canggung, tapi Lara mencoba menutupi nya, dia gak mau terlihat terintimidasi oleh tatapan Rendra
"Sudahlah pembicaraan kita selesai, aku berangkat" Rendra berlalu ke arah pintu, meninggalkan Lara yang masih mematung ditempatnya.
*
Hari Sabtu tinggal dua hari lagi, tapi Lara belum juga berhasil membujuk Rendra untuk datang ke acara sekolah Resya. Segala usaha nya tidak berhasil, Lara sudah patah semangat. Dia sudah berhenti membujuk Rendra, yang bisa dia lakukan sekarang hanya memberi pengertian pada Resya. Mengatakan pada gadis kecil itu kalau ayah nya tidak bisa hadir karena sibuk kerja.
Raut wajah Resya langsung berubah sendu dan tidak bersemangat ketika Lara memberitahu nya soal ketidak hadiran ayah nya. Bahkan beberapa kali Resya tidak mau berangkat latihan untuk pementasan nya dan Lara harus berusaha membujuk nya terlebih dahulu agar Resya tetap berangkat latihan. Lara mengatakan pada Resya bahwa semua nanti akan datang melihat nya pentas, dia, Refi, Reyhan, nenek Fatima, bahkan bibi dan pak udin sopir mereka akan ikut melihat pementasan Resya nanti.
Walaupun gurat sedih dan kecewa kentara diwajah kecil nya, tapi Resya selalu mendengar apa yang dikatakan Lara. Dia tetap ikut latihan sampai selesai."Kamu marah?" Tanya Rendra pada Lara. Kini keduanya sedang berada di dalam kamar.
Rendra merasa Lara mendiamkan nya sedari kemarin. Melayani Rendra dalam diam, menyiapkan makanan, menyiapkan pakaian, tidak ada percakapan ringan seperti hari hari sebelumnya. Biasanya setiap malam Lara selalu melaporkan kegiatan anak anak seharian, mulai dari anak anak berangkat sekolah, Les bahkan kadang Lara juga melaporkan pengeluaran keuangan pada Rendra. Beli apa saja anak anak seharian. Ia lapor kan serinci mungkin.Namun dua hari ini berbeda dari biasanya, Lara menjadi pendiam tidak ada laporan laporan yang beberapa bulan ini sering ia dengar.
"Aku tau kamu marah" ucap Rendra sambil mengeringkan rambut basah nya dengan handuk, ditatap nya Lara yang sedang mengganti sprei mereka
"Aku gak marah"
"Lalu kenapa sejak kemarin kamu mendiamiku?"
"Karena gak ada yang mau aku omongin." Jawab Lara seenaknya.
Kini dia sudah selesai memasang sprei, dan kini beralih ke keranjang pakaian kotor yang ada di didekat pintu kamar mandi."Aku akan usahain datang ke acara Resya, tapi aku belum bisa memastikan bisa atau tidak. Mudah mudahan aku bisa mempercepat meeting nya jadi aku bisa datang tepat waktu." Lara terhenti dari kegiatan nya ketika mendengar perkataan Rendra.
"Jadi intinya bisa datang atau tidak?" Lara memastikan jawaban Rendra
"Belum pasti"
"Yaudah aku anggap kamu gak bisa datang" Lara menyimpulkan jawaban Rendra yang terkesan bertele tele.
"Kenapa begitu? Bukankah aku bilang akan ku usahakan biar bisa datang"
Terdengar Lara mendengkus sebal."Aku gak mau memberikan Resya ketidakpastian, aku udah susah payah membujuk dia supaya dia tetap tampil di acara itu walaupun dia tau ayah nya gak mau datang, aku udah bilang ke dia kita semua akan datang mensupport dia walaupun tanpa ayah nya dan kalau sekarang kamu cuma mau memberikan harapan yang belum jelas aku gak mau mending Resya tau nya kamu gak bisa datang. Itu lebih baik"
Setelah mengucapkan nya Lara berlalu masuk ke kamar mandi.
Meninggalkan Rendra yang masih berdiri di dekat ranjang mereka.**
Hai teman teman..
Aku terharu banget baca komen kalian, support buat tulisan aku ini. Seneng Alhamdulillah banget masih banyak yang nungguin kisah ini.
Terimakasih banyak yaa semuanya..
Insha Allah aku akan kebut cerita ini.😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Lara Charanya
RomanceLara Charanya anak pertama dari keluarga yang sederhana, sejak usia 20 tahun dia sudah menjadi tulang punggung keluarga, bekerja sekuat tenaga nya dari pagi sampai malam demi memenuhi kebutuhan keluarga. Namun siapa yang menyangka pekerjaan nya seb...