Sore hari diruang inap Bu Dinar
"Ra, kamu gak usah cari uang lagi buat biaya operasi ibu." Dengan suara pelan dan lemah nya bu Dinar dengan wajahnya yang pucat berbicara pada putrinya. Bu Dinar sangat tau saat ini Lara sedang berusaha mencari uang untuk biaya operasi nya, semua usaha sudah Lara lakukan dari menjual motor, meminjam ke saudara terdekat, semua sudah Lara lakukan, tapi semua itu belum cukup untuk mencukupi semua biaya operasi yang dibutuhkan bu Dinar. Dan kesulitan Lara itu menjadi pikiran bu Dinar selama dia sakit.
"Ibu gak usah pikirin soal uang ya, sekarang yang harus ibu pikirkan kesembuhan ibu aja." Saat ini diruangan ini seperti biasa hanya ada Lara dan ibunya. Lara duduk dikursi disebelah brankar sang ibu. Tangan nya tak henti mengusap tangan Bu Dinar yang bebas dari infus.
"Ra, ibu gak mau dioperasi, ibu maunya lihat kamu menikah"
"Ibu, kenapa bahas nikah lagi, sekarang ibu sehat dulu ya sembuh dulu" masih dengan lembut nya Lara mencoba memberi pengertian pada ibunya.
"Ibu gak mau nyusahin kamu nak, ibu udah pasrah sama penyakit ibu. Sekarang satu hal yang benar benar ingin ibu lihat, ibu ingin melihat kamu menikah."
Suara bu Dinar yang memohon dan terdengar lemah seperti ini semakin membuat hati Lara seolah tersayat, sebegitu besarnya kah keinginan ibunya melihat dia menikah, sampai sampai keinginan itu selalu ibunya utarakan. Lara hanya tersenyum tangan nya masih mengusap tangan ibu nya."Iya, ibu sehat dulu ya."
Ibunya hanya diam, tubuh nya semakin melemah akhir akhir ini, Bu Dinar hanya takut ia tak punya waktu melihat anak sulung nya menikah, impian dia sekarang hanya ingin melihat Lara menikah.
Dan tanpa mereka berdua sadari seseorang ada dibalik pintu yang sedari tadi celah nya sedikit terbuka, berdiri membelakangi pintu dan mendengar dengan jelas percakapan Lara dan ibu nya.
***
Duduk sendiri dibangku taman yang masih berada diarea rumah sakit, melamun memikirkan kata kata dokter beberapa jam yang lalu saat Lara menemui nya, dokter mengatakan Bu Dinar harus segera dioperasi, dengan resiko besar yang diambil, bu Dinar tetap harus dioperasi segera, karena jaringan tumor di kepala Bu Dinar semakin membesar. Operasi harus secepatnya dilakukan. Dan itu artinya Lara harus segera mendapat uang nya, sedang kan sampai saat ini uang Lara belum juga cukup, beberapa saudara dijogja sudah berusaha membantu Lara, tapi karena pada dasarnya keluarga besar Lara bukan dari kalangan berada, kehidupan mereka hanya sederhana dan mereka hanya bisa membantu sesuai kemampuan mereka. Lara memaklumi keadaan itu.
"Apa yang harus aku lakukan?" pertanyaan itu sedari tadi berputar di benak nya. Lara benar benar buntu tidak tau harus bagaimana.
"Boleh saya duduk disini?" Lamunan Lara seketika terhenti ketika mendengar suara berat yang tiba-tiba muncul. Kepalanya mendongak kearah suara itu.
"Oh, Pak Rendra? Kenapa pak? Resya terbangun lagi? Mencari saya?"
Terkejut karena tiba tiba Rendra muncul berdiri didepan nya membuat Lara berfikir kalau mungkin Resya menangis mencari nya, jadi Rendra memanggil nya kesini, ya tadi sebelum Lara berakhir ditaman ini sebelumnya dia berada dikamar Resya sampai gadis kecil itu tidur, barulah dia pamit ke kamar ibunya pada ibu Fatima. Tapi kembali ke kamar ibunya urung dilakukan dan memilih duduk ditaman menjernihkan pikiran nya yang kalut."Enggak, Resya masih tidur"
"Oh, syukurlah"
"Boleh saya ikut duduk disini?"
"Silahkan pak"
Rendra pun ikut duduk dibangku panjang, sebangku dengan Lara.
"Saya punya solusi untuk masalah kamu" setelah keheningan beberapa saat diantara mereka, akhirnya Rendra membuka suara
KAMU SEDANG MEMBACA
Lara Charanya
RomanceLara Charanya anak pertama dari keluarga yang sederhana, sejak usia 20 tahun dia sudah menjadi tulang punggung keluarga, bekerja sekuat tenaga nya dari pagi sampai malam demi memenuhi kebutuhan keluarga. Namun siapa yang menyangka pekerjaan nya seb...